Tidak heran, IOC pun sekali lagi memberikan kesempatan ke Jerman (baca: Jerman Barat) untuk menjadi Tuan Rumah '1972 Summer Olympics' atau Munich 1972. Inilah Olimpiade Musim Panas terbesar yang pernah berlangsung di era itu. Dan Olimpiade ini pula diharapkan sekali lagi membawa pesan perdamaian dunia.
Sayang sekali, harapan itu tidak terwujud. Munich 1972 justru selamanya dikenang sebagai salah satu Olimpiade paling berdarah dalam sejarah Olimpiade. Di kota Munich inilah terjadi serangan teroris yang mengakibatkan terbunuhnya 11 atlet asal Israel dan seorang polisi.
Peristiwa yang menghebohkan dunia ini kemudian dikenal sebagai “Munich Massacre” (Pembataian Munich) dan juga dikenal sebagai “Black September”, nama kelompok militan Palestina saat itu. Kisah menyedihkan di pentas olimpiade ini pun pernah diangkat oleh Steven Spielberg dalam film “Munich” (2005).
PD II tidak hanya meninggalkan kehancuran di negara-negara yang kalah perang. Di kelompok negara pemenang pun timbul berbagai konflik yang berujung ke Perang Dingin (Cold War) di antara dua kubu, yakni Blok Barat yang dimotori anggota NATO dan Blok Timur yang didukung Pakta Warsawa.
Kota Moskwa seharusnya menyambut ceria musim panas nan cemerlang di bulan Juli - Agustus 1980 itu. Apalagi ibu kota Uni Soviet (kini Russia) sedang bersiap menjadi Tuan Rumah Olimpiade Musim Panas (Moscow 1980) yang pertama kali berlangsung di negara Blok Timur.
Namun, akibat invasi Uni Soviet ke Afghanistan, puluhan negara di dunia, termasuk Jerman Barat dan Jepang, ikut memboikot pesta Olimpiade ini. Uni Soviet pun meradang. Boikot yang didukung Amerika Serikat itu pun berhasil mengurangi jumlah negara peserta turun drastis. Dari 120 menjadi 81. Jumlah peserta terendah sejak tahun 1956.
'1980 Summer Olympics' pun seakan menjadi awal aksi boikot memboikot berikutnya. Dan persis seperti diduga. Uni Soviet dan negara-negara pendukungnya bakal membalas boikot AS dan sekutunya itu. Dan itulah yang terjadi di Olimpiade Musim Panas 1984 yang berlangsung di kota Los Angeles, AS.
Pesta Olimpiade bertajuk '1984 Summer Olympics' yang lebih dikenal sebagai Los Angeles 1984 memang tercatat sebagai Olimpiade Musim Panas tersukses. Baik dari aspek penyelenggaraan maupun secara finansial.
Namun, harus diakui, secara kompetisi, Olimpiade ini pun tidak berbeda jauh dengan Olimpiade sebelumnya di Moskwa. Betapa tidak, beberapa negara kuat di Olimpiade kembali tidak hadir. Jika di Moskwa, AS dan sekutunya menolak berpartisipasi. Kali ini giliran Uni Soviet dan 13 negara Sosialis lainnya yang memboikot. Meskipun dengan alasan berbeda.
Uni Soviet menuduh AS telah melanggar semangat Olimpiade dengan menggunakan pentas olahraga terbesar di dunia itu sebagai ajang mengeruk keuntungan. Pasalnya, inilah pertama kali sebuah organisasi penyelenggara memaksimalkan dukungan dunia korporasi untuk menyelenggarakan hajatan raksasa ini.