Teriakan gegap gempita sekitar 50,000 penonton pun pecah di Colosseum. "Maximus... Maximus...". Kemenangan Gladiator Maximus atas gladiator berjuluk "Tigris of Gaul" memang mencengangkan. Padahal Kaisar Commodus begitu mengandalkan sang jagoan untuk menghancurkan Maximus, mantan jenderal Romawi yang pernah hendak dibunuhnya.Â
Tidak itu saja. Ketika jempol sang kaisar menunjuk ke bawah yang berarti sang pemenang harus membunuh musuhnya. Maximus justru mengampuni bekas lawannya itu. Seakan menentang kehendak sang kaisar lalim itu. Sebuah kisah epik, dramatis dan kolosal!
Itulah sepotong adegan dari film berjudul "Gladiator" yang dibintangi aktor macho Russell Crowe. Sebuah film terkenal dengan latar belakang sejarah Romawi di sekitar tahun 180 AD (Anno Domini). Dan rentetan adegan berdarah dan dramatis di Colosseum itulah yang menjadi salah satu daya tarik terbesar film box office ini.
Tentu saja, koloseum di film tersebut bukan Colosseum yang asli di Roma. Walaupun berukuran besar, replika koloseum yang dibangun di negara Malta itu hanya berukuran sepertiga dari Colosseum yang berdiri di pusat kota Roma. Colosseum di Roma jauh lebih spektakuler!
Colosseum tidak terpisahkan dari sejarah Romawi di masa lalu maupun kisah sukses industri pariwisata Italia dewasa ini. Selain telah ditetapkan sebagai "UNESCO World Heritage Site" dan salah satu pemegang gelar "The New 7 Wonders of the World", Colosseum sejatinya telah memberikan bukti nyata popularitasnya. Tahun 2019, misalnya, Colosseum sukses menggaet sekitar 7.6 juta wisatawan.
Nama Colosseum diyakini berasal dari patung setinggi 30 meter dari Kaisar Nero. Sementara patung sang kaisar yang terkenal karena membakar kota Roma itu mengambil model dari "Colossus of Rhodes", sebuah patung raksasa yang dibangun di pulau Rhodes Yunani pada tahun 280 SM.
Sejak dibangun antara 70-80 Masehi di era Kaisar Vespasian dan Titus, Colosseum yang awalnya disebut 'Flavian Amphitheatre' ini telah diakui sebagai salah satu pencapaian terbesar Romawi di bidang konstruksi. Bahkan setelah hampir 2,000 tahun berlalu, Colosseum masih tetap menyandang predikat sebagai amfiteater kuno terbesar di dunia.
Colosseum sendiri berbentuk oval dengan memiliki panjang 189 meter, lebar 156 meter dan tinggi tembok sisi luar 48 meter. Dengan luas keseluruhan bangunan mencapai 2.5 hektar, Colosseum pun terlihat begitu megah. Dan bisa dibayangkan bagaimana atmosfer di arena ini ketika berlangsung sebuah pertandingan berdarah.
Di zaman itu, mati hidup seorang gladiator kerap ditentukan di arena Colosseum. Gladiator sendiri biasanya berstatus sebagai budak, kriminal atau tahanan perang. Dalam beberapa kesempatan, mereka diijinkan bertarung untuk meraih kebebasan. Itupun kalau menang! Kenyataannya, lebih banyak yang mati daripada selamat.
Ke atas artinya diampuni. Sedangkan ke bawah bermakna sang pemenang harus menghabisi lawannya yang kalah. Sadis! Tetapi, itulah fakta sejarah kelam di era Romawi. Pertunjukan ini baru mulai menghilang setelah agama Kristen mulai muncul di era Kaisar Konstantin pada tahun 313 AD. Dan akhirnya berakhir selamanya pada tahun 404.
Kaisar dan keluarganya serta beberapa pejabat teras menempati podium utama yang berada di bagian utara dan selatan. Inilah tempat dengan pemandangan terbaik ke arah arena. Dan di tingkat yang sama, tetapi di platform berbeda duduk para senator Romawi.
Amfiteater ala Colosseum sebetulnya terdapat juga di berbagai kota lainnya. Meskipun tidak ada yang bisa menandingi kehebatan Colosseum Roma. Di masa keemasannya, bangsa Romawi telah membangun ratusan amfiteater di berbagai kota yang termasuk wilayah kekaisarannya.
Amfiteater Romawi pun sebetulnya bukan hanya arena pertarungan gladiator. Namun, juga berbagai acara lainnya, seperti perlombaan kereta kuda, pertunjukan sirkus, dan lain-lain. Kini sebagian di antaranya pun digunakan untuk pertunjukan seni.
Verona Arena, contohnya, telah lama dikenal sebagai tempat pertunjukan opera ternama di kota "Romeo and Juliet" itu. Bagaimana dengan Colosseum Roma?
Bagian terbawah Colosseum yang telah ditutup selama ribuan tahun kini dibuka kembali untuk umum. Di lorong terbawah Colosseum inilah bersiap para gladiator sebelum memasuki arena. Kabarnya, bagian tersembungi ini telah direnonasi selama 10 tahun dengan dukungan dana dari Tod's, salah satu perusahaan fesyen Italia yang terkenal dengan sepatu mewah buatannya.
Dan meskipun telah bersikap curang dengan menusukkan pisau ke Maximus sebelum pertarungan, pada akhirnya sang kaisar harus menerima mati di tangan Maximus sang gladiator. Colosseum pun sekali lagi bermandi darah. Kisah film "Gladiator" memang sebagian fiktif. Namun, sebagian besar lainnya berdasarkan kisah nyata di era Romawi.Â
Kota Roma tentu saja tidak hanya memiliki Colosseum. Namun, inilah ikon kota Roma dan Italia yang paling terkenal dan tidak tergantikan. Seperti tertulis di sebuah quote:
"While the colosseum stands, Rome shall stand; when the Colosseum falls, Rome shall fall....". Selagi Colosseum berdiri, Roma pun seharusnya berdiri. Bila Colosseum runtuh, Roma pun akan ikut runtuh.Â
***
Kelapa Gading, 19 Juli 2021
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua foto adalah koleksi pribadi, kecuali 3 foto, yakni adegan di film, foto lukisan dan ilustrasi interior colosseum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H