Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Colosseum, Arena Tanpa Ampun para Gladiator

19 Juli 2021   09:38 Diperbarui: 20 Juli 2021   01:04 2895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan gladiator dan kode jempol ke bawah karya Gerome. Sumber: phxart.org / wikimedia

Dinding luar Colosseum - Roma. Sumber: koleksi pribadi
Dinding luar Colosseum - Roma. Sumber: koleksi pribadi
Darah memang telah menjadi bagian dari sejarah panjang Colosseum yang dibalut berbagai kisah pertempuran. Baik antar sesama gladiator, antar tahanan dengan binatang buas, dan lain-lain. Bahkan pada saat 100 hari perayaan pembukaan Colosseum, konon lebih dari 9000 hewan buas terbunuh. Dan entah berapa banyak gladiator yang juga ikut mati bersimbah darah di sini.

Di zaman itu, mati hidup seorang gladiator kerap ditentukan di arena Colosseum. Gladiator sendiri biasanya berstatus sebagai budak, kriminal atau tahanan perang. Dalam beberapa kesempatan, mereka diijinkan bertarung untuk meraih kebebasan. Itupun kalau menang! Kenyataannya, lebih banyak yang mati daripada selamat.

Salah satu adegan di film Gladiator. Sumber: dreamworks / www.imdb.com
Salah satu adegan di film Gladiator. Sumber: dreamworks / www.imdb.com
Colosseum sejatinya dibangun sebagai arena untuk menghibur warga kota Roma. Dan pembunuhan menjadi salah satu momen yang selalu ditunggu penonton yang seakan haus darah. Betapa tidak. Ketika salah satu lawan telah tergeletak tak berdaya di arena, penonton pun menunggu penuh antusias arah jempol sang kaisar.

Ke atas artinya diampuni. Sedangkan ke bawah bermakna sang pemenang harus menghabisi lawannya yang kalah. Sadis! Tetapi, itulah fakta sejarah kelam di era Romawi. Pertunjukan ini baru mulai menghilang setelah agama Kristen mulai muncul di era Kaisar Konstantin pada tahun 313 AD. Dan akhirnya berakhir selamanya pada tahun 404.

Lukisan gladiator dan kode jempol ke bawah karya Gerome. Sumber: phxart.org / wikimedia
Lukisan gladiator dan kode jempol ke bawah karya Gerome. Sumber: phxart.org / wikimedia
Di balik kisah gladiator di atas, arena Colosseum pun secara tidak langsung menggambarkan strata sosial yang ada di kota Roma. Tempat duduk di Colosseum dirancang menjadi beberapa tingkatan berbeda. Dari podium utama dan level pertama untuk kalangan atas, hingga lantai tertinggi (paling jauh) untuk rakyat jelata.

Kaisar dan keluarganya serta beberapa pejabat teras menempati podium utama yang berada di bagian utara dan selatan. Inilah tempat dengan pemandangan terbaik ke arah arena. Dan di tingkat yang sama, tetapi di platform berbeda duduk para senator Romawi.

Ilustrasi interior Colosseum. Sumber: Inklink Firenze / www.smithsonianmag.com
Ilustrasi interior Colosseum. Sumber: Inklink Firenze / www.smithsonianmag.com
Pada tingkat berikutnya, duduk kalangan bangsawan Romawi yang berpengaruh. Dan begitu seterusnya. Makin ke atas makin rendah status sosial yang mendudukinya. Kaum wanita, misalnya, berdiri di tingkat tertinggi yang dibuat dari kayu. Di masa itu, wanita memang belum memiliki hak yang sama seperti kaum pria. Di bidang politik, misalnya.

Amfiteater ala Colosseum sebetulnya terdapat juga di berbagai kota lainnya. Meskipun tidak ada yang bisa menandingi kehebatan Colosseum Roma. Di masa keemasannya, bangsa Romawi telah membangun ratusan amfiteater di berbagai kota yang termasuk wilayah kekaisarannya.

Tempat duduk berjenjang di Colosseum. Sumber: koleksi pribadi
Tempat duduk berjenjang di Colosseum. Sumber: koleksi pribadi
Dari sekian banyak yang pernah dibangun, masih terdapat sekitar 230 amfiteater Romawi yang telah ditemukan. Beberapa di antaranya telah direnovasi dan menjelma sebagai objek-objek wisata ternama di masing-masing kota. Di antaranya, Verona Arena- Italia, Amphiteater El Djem- Tunisia, Pula Arena- Kroasia, Arena Nimes- Prancis, dan lain-lain.

Amfiteater Romawi pun sebetulnya bukan hanya arena pertarungan gladiator. Namun, juga berbagai acara lainnya, seperti perlombaan kereta kuda, pertunjukan sirkus, dan lain-lain. Kini sebagian di antaranya pun digunakan untuk pertunjukan seni.

Verona Arena, contohnya, telah lama dikenal sebagai tempat pertunjukan opera ternama di kota "Romeo and Juliet" itu. Bagaimana dengan Colosseum Roma?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun