Tidak jauh dari sini, juga berdiri dua hotel lainnya. Salah satunya bahkan tidak kalah bersejarah. Menjadi bagian dari komplek Wisma Nusantara, salah satu gedung tertinggi di Jakarta yang mulai dibangun tahun 1964, President Hotel (kini Pullman) ikut menjadi saksi sejarah perkembangan Jakarta.
Jalan Sudirman ke arah Thamrin yg sibuk. Sumber: koleksi pribadi
Dengan berbagai gedung pencakar langit baru lainnya yang seakan berjejal di sekitar bundaran, tak pelak lagi Bundaran HI yang berada di ujung selatan Jalan M.H. Thamrin itu pun menjadi salah satu lokasi
 favorit untuk berbagai kegiatan dan perayaan di Jakarta. Bundaran HI sudah seperti
Times Square di jantung Manhattan- New York.
Wajah Jakarta memang berbeda ketika malam tiba. Seakan bersolek habis demi penampilan di sebuah panggung pertunjukan. Jakarta by Night pun bisa disejajarkan dengan wajah kota metropolitan lainnya di kawasan Asia. Lihat saja betapa indahnya kawasan sekitar Bundaran HI yang dibalut gemerlap lampu-lampu dari berbagai gedung di sekitarnya. Lovely!
Bundaran HI & Grand Hyatt Jakarta. Sumber: koleksi pribadi
Namun, sejuta wajah Jakarta yang tampil berbeda tidak hanya di seputar Bundaran HI. Masih di jalan yang sama, Jalan M.H. Thamrin, persisnya di ujung utara jalan paling terkenal di Jakarta ini, juga terdapat sebuah bundaran lainnya yang disebut Bundaran Air Mancur Thamrin. Bundaran ini berada di salah satu sudut Lapangan Merdeka yang terkenal.
Bundaran Air Mancur Thamrin. Sumber: koleksi pribadi
Lapangan Merdeka, tempat berdirinya Monumen Nasional (Monas), dulunya pernah disebut
Koningsplein (King's Square) di era kolonialisme Belanda. Sementara warga lokal saat itu menyebutnya Lapangan Gambir. Dan ketika Jepang menduduki Jakarta pada tahun 1942, lapangan ini sekali lagi berganti nama menjadi Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta).
Dari puncak gedung Sapta Pesona yang berdiri persis di depan bundaran ini, penulis berkesempatan mengabadikan keindahan kawasan ini ketika malam tiba. Monumen Nasional pun tampil sangat memikat. Begitu pula Masjid Istiqlal Jakarta yang megah dan makin menarik di malam hari. Masjid ternama yang diresmikan tahun 1978 itu ikut menghiasi Lapangan Merdeka.
Masjid Istiqlal dan Monas. Sumber: koleksi pribadi
Kembali menyusuri Jalan M.H. Thamrin ke arah selatan hingga mencapai Jalan Jenderal Sudirman, sebuah gedung pencakar langit lainnya ikut mendominasi langit Jakarta. Dengan ketinggian mencapai 262 meter,
Wisma 46Â yang sering dijuluki
Gedung Pulpen itu sungguh fotogenik.Â
Gedung dengan arsitektur unik ini dirancang perusahaan arsitektur terkenal, yakni Zeidler Partnership Architects, yang juga telah banyak merancang banyak projek ternama di berbagai negara lainnya. Hasilnya memang keren. Tidak mengherankan, gedung inipun menjadi salah satu ikon kota yang paling banyak dibidik penyuka fotografi.
Wisma 46- Kota BNI Jakarta. Sumber: koleksi pribadi
Masih di jalan ternama ini, berdiri di
rooftop sebuah gedung jangkung lainnya, mari mengagumi pesona kawasan Sudirman di malam hari. Sekilas, hutan beton di sepanjang jalan ini tidak jauh berbeda dengan kawasan pusat bisnis lainnya, seperti di Singapura, Tokyo, ataupun Chicago. Satu gedung dengan gedung lainnya seolah bersaing menjadi yang tertinggi.
Salah satu gedung tinggi terlihat berbeda. Gedung yang konon terinspirasi mitologi Yunani kuno itu, tidak mau kalah mewarnai langit Jakarta. Da Vinci Tower, yang berdiri setinggi 177 meter itu, memiliki arsitektur klasik yang berbeda dari gaya arsitektur modern bangunan tinggi lain di sekitarnya.
Menara Da Vinci dan Jalan Sudirman Jakarta. Sumber: koleksi pribadi
The Golden Triangle (Segitiga Emas) Jakarta diakui sebagai salah satu kawasan bisnis yang paling cepat berkembang di wilayah Asia Pacific. Kawasan ini meliputi Jalan M.H. Thamrin-Jalan Jenderal Sudirman, Jalan H.R. Rasuna Said dan Jalan Jenderal Gatoto Subroto. Dan kawasan segitiga ini juga meliputi kawasan bergengsi Mega Kuningan.
Lihat Humaniora Selengkapnya