Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Balada Run dan Manhattan, Dua Pulau yang Ditukar di Abad ke-17

7 Juni 2021   15:36 Diperbarui: 9 Juni 2021   02:52 2733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulau Manhattan-NYC yang dipenuhi gedung pencakar langit. Sumber: koleksi pribadi

Bukan hanya jarak antara Pulau Run di Kepulauan Banda dan Pulau Manhattan di New York yang terbentang jauh. Lebih dari 15 ribu km. Keduanya pun begitu jauh berbeda dalam segala aspek. Run hanya sebuah pulau kecil yang telah kehilangan magis pala yang menjadi andalannya di masa lalu. Sedangkan Manhattan kini adalah pusat bisnis dan finansial terkemuka di Amerika Serikat. Namun, pada suatu masa di abad ke-17, nilai Pulau Run ternyata bernilai setara dengan Manhattan. 

Sejarah memang selalu menarik ditelusuri. Apalagi sejarah yang melibatkan sejumlah fakta mencengangkan. Sebuah pulau kecil di Kepulauan Banda - Maluku bahkan pernah dinilai begitu tinggi oleh Belanda. 

Tidak tanggung-tanggung, demi mendapatkan pulau mungil seluas 330 hektar ini dari Inggris, Belanda bahkan bersedia menyerahkan Pulau Manhattan. Tak pelak lagi, pertukaran kedua pulau itu pun dilabeli "The Real Estate Deal of the Millennium" oleh Ian Burnet, penulis buku "East Indies".

Dalam suatu perjalanan ke New York, penulis pernah mendapatkan seorang pemandu lokal yang super sekali. Sang 'local guide' asal Indonesia ini telah bermukim di kota berjuluk Big Apple selama lebih dari dua dekade. 

Dia pun begitu bangga sebagai seorang New Yorker. Tetapi, setelah dua hari penuh bercerita segala ihwal tentang New York, ada sepotong episode sejarah terkait Indonesia yang terlewat. Atau boleh jadi dilupakan.

Baca juga: "New York, New York"

New York sejatinya belum tentu seperti ini andaikata Manhattan, pulau terpenting di kota megapolitan itu tetap dikuasai Belanda dan Pulau Run di bawah Inggris. Sepotong sejarah pertukaran keduanya layak tercatat dalam sejarah Manhattan- New York. Namun, sayang sekali, buku "Insight Guide - New York City" pun tidak menyebut sedikit pun tentang sejarah pertukaran yang termasuk dalam "Treaty of Breda" yang ditandatangani Belanda dan Inggris pada tahun 1667.

Pulau Run yg pernah ditukar dengan Manhattan. Sumber: Hans Peter Grumpe/ www.hpgrumpe.de
Pulau Run yg pernah ditukar dengan Manhattan. Sumber: Hans Peter Grumpe/ www.hpgrumpe.de
Manhattan adalah sebuah pulau yang terletak di ujung selatan Sungai Hudson. Pulau ini adalah salah satu dari lima borough (wilayah kota) yang membentuk kota New York pada tahun 1898. 

Meskipun berukuran terkecil dibandingkan wilayah lainnya, seperti Bronx, Brooklyn, Queens, dan Staten Island, namun Manhattan bisa dibilang sebagai borough terpenting. Betapa tidak, di atas Manhattan inilah berdiri sebagian besar kawasan paling terkenal di kota terbesar di AS ini.

Sebut saja misalnya, Financial District di Lower Manhattan, Times Square di Midtown, Central Park di Upper West & Upper East Sides, dan lain-lain. 

Di Manhattan juga membentang jalan-jalan paling masyhur di Amerika, di antaranya Wall Street, Broadway dan Fifth Avenue. Belum lagi deretan gedung pencakar langit yang memadati kawasan Lower Manhattan hingga Midtown Manhattan.

Manhattan (hijau) dan Peta Kota New York. Sumber: Julius Schorzman / wikimedia
Manhattan (hijau) dan Peta Kota New York. Sumber: Julius Schorzman / wikimedia
Dengan semua reputasi di atas, wilayah Manhattan pun dikenal sebagai salah satu kawasan paling bergengsi tidak hanya di Amerika, tetapi di dunia. Harga property di Manhattan berharga selangit. Bahkan disebut-sebut sebagai salah satu yang termahal di dunia, selain Monaco, Hong Kong, dan London.

Sejarah Manhattan sendiri berawal dari dibangunnya sebuah benteng pertahanan oleh Belanda pada tahun 1624 di Lower Manhattan. Benteng yang disebut "Fort Amsterdam" itu juga merupakan pos perdagangan Belanda saat itu. Dan di sinilah cikal bakal lahirnya kota New York.

Lower Manhattan - New York. Sumber: koleksi pribadi
Lower Manhattan - New York. Sumber: koleksi pribadi
Peter Minuit yang saat itu menjabat sebagai Direktur Jenderal Koloni Belanda Baru kemudian membeli seluruh pulau ini dari Penduduk Asli Amerika yang dipercaya berasal dari suku Indian Canarsee. Anda tahu berapa harganya?

Pulau Manhattan hanya dibeli dengan imbalan barang senilai 60 guilder Belanda pada tanggal 24 Mei 1626. Nilai transaksi yang diperkirakan setara dengan 24 dolar AS saat ini. Manhattan pun dinamakan "New Amsterdam".

Namun, pada tahun 1664, wilayah ini dan sekitarnya jatuh ke tangan Inggris, pesaing Belanda paling sengit saat itu. Nama koloni ini lalu berganti nama menjadi New York setelah Raja Charles II dari Inggris memberikan tanah jajahan ini ke saudaranya, Duke of York. Apakah Belanda akan tinggal diam? Tentu saja tidak.

Peta Kepulauan Banda. Sumber: Lencer / wikimedia
Peta Kepulauan Banda. Sumber: Lencer / wikimedia
Sementara itu, nun jauh di Kepulauan Banda - Maluku yang sudah kondang dengan julukan "Spice Islands" terjadi perseteruan yang sama antara Belanda dan Inggris. 

Belanda yang ingin memonopoli perdagangan pala di kawasan itu sudah menguasai pulau-pulau besar di Banda, seperti Banda Neira dan Lontor. Tetapi, Belanda juga berhasrat merebut Pulau Run, satu-satunya pulau yang dikuasai Inggris. Perang pun tidak terelakkan.

Pulau Run sebetulnya hanya satu dari pulau-pulau terkecil di Kepulauan Banda, yang merupakan bagian dari Maluku (Molluccas). Pada tahun 1616, penduduk asli pulau ini menyatakan kesetiaan ke Inggris yang saat itu diwakili perusahaan dagang "East India Company". Meskipun kecil, Pulau Run mempunyai nilai sangat tinggi di abad ke-17 karena keberadaan pohon pala di pulau itu.

Buah pala yg diburu di abad ke-17. Sumber: Santhosh Varghese /shutterstock
Buah pala yg diburu di abad ke-17. Sumber: Santhosh Varghese /shutterstock
Pada tanggal 25 Desember 1616, Kapten Nathaniel Courthope dan Zachary Barnett Duncan tiba di Run untuk mempertahankan pulau ini dari klaim VOC-Belanda (Dutch East India Company). Sebuah perjanjian dengan penduduk setempat pun ditandatangani yang menerima Raja Inggris James I sebagai pemimpin berdaulat di pulau ini.

Belanda pun marah dengan manuver Inggris karena dapat mengancam rencana monopoli mereka akan jalur rempah yang sangat menguntungkan kala itu. Belanda pun mengepung Run. 

Dan setelah pembunuhan Courthope dalam sebuah penyerangan pada tahun 1620, Inggris pun meninggalkan Pulau Run. Namun, perseturuan keduanya masih jauh dari berakhir.

Jalan utama di Kampung Run. Sumber: Hans Peter Grumpe/www.hpgrumpe.de
Jalan utama di Kampung Run. Sumber: Hans Peter Grumpe/www.hpgrumpe.de
Setelah terjadi perang yang dikenal dalam sejarah sebagai "First Anglo-Dutch War" (1652-1654) dan "Second Anglo-Dutch War" (1665-1667), Inggris dan Belanda akhirnya sepakat menandatangani "Treaty of Breda" (Traktat Breda) pada tanggal 31 Juli 1667 di kota Breda, Belanda.

Hasilnya, Inggris akan tetap menguasai Manhattan yang telah direbutnya dari Belanda tiga tahun sebelumnya atau pada tahun 1664. Sedangkan, Belanda mendapatkan hak sepenuhnya atas Pulau Run yang sempat dikuasai Inggris.

Pulau Run saat ini. Sumber: Nnehring/ Getty/ www.bbc.com
Pulau Run saat ini. Sumber: Nnehring/ Getty/ www.bbc.com
Pada saat itu, Belanda dianggap lebih berhasil dari Inggris. Betapa tidak, pohon pala hanya tumbuh di Kepulauan Banda di kala itu. Pala memang menjadi komoditas buah yang sangat menggiurkan hingga abad ke-17. 

Selain digunakan sebagai bumbu, pala atau bahasa Latinnya Myristica fragans juga dimanfaatkan sebagai obat dan bahan pengawet. Harganya pun selangit di Eropa. Bahkan lebih mahal dari emas di era itu.

Bagaimana dengan Manhattan? 

Tidak banyak yang percaya akan prospek pulau yang sebagian area merupakan hamparan rawa itu. Siapa sangka Manhattan justru berkembang menjadi metropolis segemerlap New York saat ini. Padahal saat itu, demi monopoli pala di Kepulauan Banda, Belanda bahkan tidak ragu menukar Manhattan dengan Pulau Run.

Kawasan Midtown-Manhattan. Sumber: koleksi pribadi
Kawasan Midtown-Manhattan. Sumber: koleksi pribadi
Akan tetapi, sejarah selalu menyimpan sejuta ironi. Ketika Manhattan telah begitu berkembang menjadi salah satu wilayah paling gemerlap di Amerika. Pulau Run nyaris terlupakan. 

Dan bila Manhattan (New York) kerap disebut sebagai kota yang tidak pernah tidur. Maka Run seakan sedang tidur panjang sejak pamor pala mulai meredup sejak abad ke-18.

Lebih dari 350 tahun telah berlalu sejak pertukaran fenomenal itu. Namun, kehidupan di pulau Run seakan belum beranjak jauh sejak dulu. Betapapun, Run telah mencatat sebuah sejarah yang sangat unik. Harum buah pala mungkin tidak lagi menggoda datangnya penjelajah masa kini. Tetapi, harum namanya akan selamanya tercatat dalam sejarah dunia. Pulau kecil di Kepulauan Banda ini pernah bernilai setara dengan Manhattan di New York.

***

Kelapa Gading, 7 Juni 2021

Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1, 2, 3

Catatan: Foto-foto yang digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun