Swiss telah lama dikenal dengan keindahan kota-kotanya. Baik kota di kawasan pegunungan yang indah, maupun di tepi danau yang permai. Dan salah satu kotanya yang wajib dikunjungi adalah Lucerne. Kota menawan di tepi danau Lucerne dan sungai Reuss ini bak sepotong kartu pos nan cantik. Sepotong kartu yang selalu memamerkan pesona kota dengan sebuah jembatan kayu ikonik bernama Kapellbrucke.Â
Lucerne atau Luzern, ibu kota Kanton Lucerne, telah lama menjadi salah satu destinasi wisata paling populer di wilayah Swiss bagian tengah. Posisinya yang tidak jauh dari deretan gunung ternama, seperti Pilatus, Rigi dan Titlis, membuat kota berpenduduk sekitar 82 ribu jiwa ini pun menjadi basis ideal bagi para pendaki, pemain ski, maupun wisatawan.
Meskipun Lucerne tidak memiliki bandara sendiri, seperti Zurich, Basel, atau Geneva, namun kota ini relatif mudah dicapai dari berbagai kota lainnya. Bandara Zurich hanya terletak sekitar 67 km dari pusat kota Lucerne. Sedangkan Bahnhof Luzern atau Stasiun Kereta Luzern terhubung dengan hampir semua kota besar di Swiss yang dikelola Swiss Federal Railways. Zurich - Lucerne, misalnya, dilayani sekitar 40 kereta setiap hari.
Status Lucerne sebagai salah satu destinasi wisata terkemuka sejatinya telah dimulai sejak pertengahan abad ke-19. Menariknya, salah satu pelancong yang pernah mengunjungi kota ini adalah Mark Twain, penulis terkenal asal Amerika Serikat, seperti yang ditulisnya dalam salah satu buku perjalanannya yang berjudul "A Tramp Abroad".
Grand Hotel National memiliki catatan sejarah tersendiri. Di hotel inilah Cesar Ritz, hotelier kondang asal Swiss, pernah bekerja sebagai manager antara tahun 1878-1888. Cesar Ritz selanjutnya dikenal sebagai pendiri hotel-hotel mewah, seperti The Ritz Paris, The Ritz Hotel - London dan The Carlton Hotel- London. Ritz juga diakui sebagai salah satu pionir jaringan hotel dan dijuluki "King of Hoteliers".
Sebagai destinasi top, Lucerne menyambut sekitar 1.3 juta wisatawan setiap tahun. Namun, angka ini akan melonjak berkali lipat jika termasuk 'daytripper', yakni wisatawan yang hanya mengunjungi Lucerne tetapi tidak menginap di kota ini. Banyak grup wisatawan yang mengunjungi kota ini untuk wisata dan berbelanja, tetapi selanjutnya menuju kota-kota di sekitarnya untuk menginap.
Rathaus atau Balai Kota Lucerne, yang dibangun pada tahun 1606 oleh Anton Isenmann, berdiri anggun menghadap sungai Reuss yang mengalir indah di tengah kota Lucerne. Dan di sisi yang sama berderet berbagai restoran dan hotel dengan fasade nan menawan. Â
Di bagian lain sungai berdiri Gereja Jesuit yang dibangun dengan sentuhan barok. Gereja cantik dengan dua menara loncengnya ini dibangun pada tahun 1666 oleh arsitek-arsitek dari Italia dan Austria. Inilah gereja bergaya barok pertama di Lucerne dan salah satu yang terindah di negara Swiss.
Membentang secara diagonal sepanjang 205 meter di atas Sungai Reuss, Kapellbrucke atau Jembatan Kapel adalah sebuah jembatan kayu khusus untuk pejalan kaki. Dibangun pada tahun 1360, jembatan ini sempat terbakar pada tahun 1993. Namun, setahun kemudian, jembatan kayu tertua di Eropa ini dibangun kembali.
Nama jembatan ini diambil dari St. Peter's Chapel, sebuah kapel kecil dari abad ke-18 yang berdiri di Kappelplatz, yang hanya berjarak sekitar 240 meter dari Rathaus. Menariknya, Kapellbrucke tidak hanya terlihat cantik dari sisi luar, tetapi juga di bagian dalam jembatan.
Bagian jembatan yang tidak kalah menarik adalah Wasserturm atau Menara Air setinggi 34 meter berbentuk oktagonal. Menara Air ini konon pernah digunakan sebagai penjara dan ruang penyiksaan. Dan pesona jembatan kayu serta menara air inilah yang membuat Kapellbrucke pun disebut-sebut sebagai "The Most Photographed Landmark in Switzerland".
Tentu saja Lucerne bukan hanya Kapellbrucke dan objek wisata bersejarah lain di sekitarnya. Di bagian lain kota Lucerne berdiri Hofkirche St. Leodegar, Lion Monument dan Swiss Museum of Transport. Dan jangan lupa pesona Danau Lucerne itu sendiri yang kerap dihiasi kapal-kapal wisata yang berlalu lalang membawa rombongan wisatawan.
Lion Monument, misalnya, adalah salah satu monumen paling bersejarah bagi bangsa Swiss. Monumen yang juga disebut "The Lion of Lucerne"Â tampil menarik dalam bentuk seekor Singa besar yang terpahat di sebuah dinding batu.Â
Patung ini merupakan hasil karya seni dari Bertel Thorvaldsen yang dibuat untuk memperingati gugurnya tentara Swiss pada saat Revolusi Perancis di tahun tahun 1792. Sebuah kisah heroik yang mengharukan, persis seperti tampilan patung Singa yang mati tertusuk tombak itu.
Meskipun Lion Monument bukan suatu monumen yang spektakuler, tetapi tetap saja sangat populer di Lucerne. Hal ini bisa dilihat dari arus wisatawan yang terus mengalir serta kehadiran deretan toko suvenir di sekitarnya. Toko suvenir memang bak berkejaran dengan datangnya wisatawan.
Di samping semua atraksi wisata di atas, Lucerne juga menjadi basis kunjungan wisata ke beberapa kawasan wisata gunung di sekitarnya. Gunung Rigi yang berjuluk "Queen of the Mountains", misalnya, bisa dicapai hanya dalam waktu 40 menit. Begitu juga kawasan wisata terkenal lainnya, seperti Gunung Titlis yang terkenal dengan Rotair-nya, hanya berjarak sekitar 35 km dari Lucerne.
Lucerne memang surga bagi pecinta belanja. Bahkan kota ini seakan telah menjadi destinasi wisata belanja wajib bagi sebagian besar grup wisatawan asal Asia. Pasalnya, di sinilah mereka bisa menemukan berbagai toko jam tangan ternama, puluhan toko suvenir lengkap, butik-butik cokelat, dan lain-lain.
Swiss sendiri telah lama diakui sebagai negara pembuat jam tangan terbaik di dunia. Sejarah industri jam tangan di negeri ini diwarnai berbagai merek jam tangan terkenal. Di antaranya, Rolex, Patek Philippe, Tag Heuer, Tissot, Bucherer dan banyak lainnya - dengan harga ratusan euro sampai puluhan ribu euro.
Selain Bucherer yang legendaris, masih terdapat banyak toko lainnya yang tidak kalah populer, seperti Gubelin, Casagrande, Bally, dan lain-lain. Casagrande, contoh lainnya, adalah salah satu toko suvenir paling lengkap di kota ini. Di sini Anda bisa menemukan hampir semua suvenir khas Swiss. Mulai dari pisau Victorinox hingga cuckoo clock.Â
Baca juga: "Belgia dan Swiss, Dua Jawara Cokelat di Pentas Dunia"
Jalan-jalan di sekitar Schwanenplatz, seperti Grendelstrasse dan Hertensteinstrasse, yang dipenuhi ratusan toko dan kafe selalu ramai pengunjung. Dan suatu saat, ketika Anda kehilangan seorang rekan seperjalanan di kawasan belanja seperti ini, boleh jadi mereka sedang tersesat. Betul, tersesat di dalam salah toko idamannya. Ahahaha. :)
***
Kelapa Gading, 28 Mei 2021
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua foto-foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali foto Bucherer Schwanenplatz.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H