Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pulau Weh, Pesona di Ujung Paling Barat Indonesia

26 April 2021   11:59 Diperbarui: 30 Juni 2022   21:53 2384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bareng di Tugu Kilometer Nol. Sumber: koleksi pribadi

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki 17,508 pulau. Berjajar dari Sabang, kota di ujung paling barat sampai Merauke di ujung paling timur Indonesia, dalam bentangan jarak sekitar 5,120 km! Dari Laut Andaman hingga Laut Arafura. Sungguh fantastis! Dan salah satu pulau yang sangat layak dikunjungi adalah Pulau Weh, sebuah pulau vulkanik kecil yang indah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Tidak banyak pulau yang memiliki letak geografis istimewa seperti Pulau Weh. Kota Sabang, yang diakui sebagai kota paling barat di Indonesia serta Tugu Kilometer Nol Indonesia pun berada di atas pulau yang termasuk dalam provinsi Aceh ini.

Bahkan dengan mendengar lokasinya saja sudah membuat banyak pelancong penasaran ke sana. Nah, bagaimana kalau kita juga melaju ke sana. Anda mau ikut, bukan? Yuk!

Sejatinya, Pulau Weh bukanlah pulau paling barat di Indonesia. Adalah Pulau Benggala yang berada di posisi sebagai pulau paling barat di Indonesia. Pulau karang tidak berpenghuni ini terletak di tenggara Teluk Benggala atau selatan Laut Andaman.

Akan tetapi, siapa yang tidak kenal nama kota Sabang yang begitu termasyhur. Anda pasti ingat lagu "Dari Sabang sampai Merauke". Betul! Sabang yang dimaksud adalah kota di Pulau Weh ini.

Provinsi Aceh dan Pulau Weh telah lama menjadi destinasi impian bagi penulis untuk menjelajahinya. Pucuk dicinta ulam tiba. Akhir Februari 2020 lalu, sebuah komunitas fotografer lanskap mengajak penulis berburu foto ke Pulau Weh. Singkatnya, setelah semalam di Banda Aceh, besoknya kami segera bersiap untuk menyeberang ke Pulau Weh.

Foto lanskap seperti ini yg membuat fotografer tergoda datang. Sumber: koleksi pribadi
Foto lanskap seperti ini yg membuat fotografer tergoda datang. Sumber: koleksi pribadi
Namun, seperti ungkapan "Setiap perjalanan mempunyai ceritanya sendiri". Begitu pula yang kami alami hari itu di Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh. Sebuah tantangan alam yang sejenak membuat kami diliputi keraguan untuk meneruskan perjalanan ke Pulau Weh. Langit biru nan cerah di pagi itu rupanya membuat laut pun ikut bergelora.

Setelah hampir sejam tertunda, kapal cepat yang rencananya kami tumpangi akhirnya memutuskan batal berangkat. Pilihan tersisa hanya Kapal Lambat ASDP atau feri yang akan tetap menyeberang. Ternyata penyeberangan di bulan Februari adalah salah satu perjalanan yang paling dramatis dan tidak terlupakan.

Laut yang sedang bergelora di bulan Februari. Sumber: koleksi pribadi
Laut yang sedang bergelora di bulan Februari. Sumber: koleksi pribadi
Setelah lebih dari tiga jam terus menerus diterpa gelombang tinggi yang seakan tidak lelah berkejaran, kami akhirnya merapat di Pelabuhan Balohan, Pulau Weh.

Menurut seorang teman di Aceh, angin kencang dan gelombang tinggi masih kerap datang di bulan Februari. Waktu terbaik ke Aceh antara April sampai Oktober, yakni di saat Angin Muson Timur, ketika laut cenderung lebih tenang.

Jejak sejarah Pulau Weh telah terdeteksi sejak masa Pleistosen atau zaman Es. Pulau Weh ini pernah terhubung dengan daratan Pulau Sumatra. Namun, Pulau Weh kemudian terpisah oleh laut setelah meletusnya gunung berapi terakhir kali pada zaman itu.

Selain lokasinya yang spesial, Pulau Weh memang memiliki beberapa pantai yang indah serta spot menyelam dengan pemandangan bawah laut yang memesona. Tidak mengejutkan, pulau di tepi Laut Andaman ini pun kian populer sebagai destinasi wisata bahari terdepan di Aceh.

Pantai Iboih (kiri) dan Pulau Rubiah (kanan). Sumber: koleksi pribadi
Pantai Iboih (kiri) dan Pulau Rubiah (kanan). Sumber: koleksi pribadi
Potensi wisata ini membuat Aceh makin menarik dikunjungi. Jangan lupa, provinsi berjuluk Serambi Mekah ini juga memiliki salah satu masjid terindah di Indonesia. Itulah Masjid Raya Baiturrahman yang menjadi ikon kota Banda Aceh.

Kota Sabang sendiri merupakan kepulauan di seberang utara pulau Sumatra yang meliputi Pulau Weh dan beberapa pulau kecil lainnya. Kota yang dikenal sebagai kota paling utara dan sekaligus paling barat di Indonesia ini menawarkan keelokan garis pantai yang indah, air laut nan biru dan bersih, serta lingkungan kota nan hijau.

Namun demikian, bagi sebagian besar wisatawan, Sabang lebih sebagai kota transit sebelum langsung menuju Pantai Iboih, salah satu resort pantai yang sangat menawan hati. Terletak sekitar 20 km dari pusat kota Sabang, Pantai Iboih adalah salah satu destinasi yang paling banyak dituju di Pulau Weh.

Perahu-perahu yg siap mengantar wisatawan. Sumber: koleksi pribadi
Perahu-perahu yg siap mengantar wisatawan. Sumber: koleksi pribadi
Kawasan wisata ini terbilang paling komplet. Selain memiliki berbagai jenis hotel, dari kelas backpacker sampai berbintang, Pantai Iboih juga menyediakan berbagai sarana pendukung lainnya. Misalnya, kafe, warung, toko ritel, penyewaan peralatan menyelam, dan lain-lain.

Tentu saja, daya tarik utama pantai ini adalah panorama indah yang tersaji di sini. Air lautnya yang jernih dan berwarna hijau kebiruan sungguh menggoda.

Bahkan ketika air laut sedang tenang, perahu kayu yang bersandar di tepi dermaga yang jernih bak melayang di udara. Banyak pelancong pun kerap memujinya bak sepotong surga di bagian ujung barat Indonesia.

Keunggulan Pantai Iboih tidak berhenti di situ. Persis di seberangnya terdapat Pulau Rubiah, satu dari empat pulau yang ada di sekitar Pulau Weh, yang juga memiliki taman laut yang tidak kalah memikat.

Pulau Rubiah hanya berjarak sekitar 350 meter dari dermaga Iboih. Deretan perahu kayu kecil di dermaga selalu siap mengantar pengunjung ke pulau ini untuk berenang dan snorkeling. Waktu tempuh hanya sekitar 15 menit.

Lokasi snorkeling di Pulau Rubiah. Sumber: koleksi pribadi
Lokasi snorkeling di Pulau Rubiah. Sumber: koleksi pribadi
Di samping taman lautnya yang indah, Pulau Rubiah rupanya menyimpan sejarah yang tidak kalah menarik. Menurut situs "Haji-Kemenag", Pulau Rubiah pernah menjadi lokasi karantina haji laut di masa Hindia Belanda. Jemah Haji yang akan berangkat dan pulang dari Makkah akan menetap dulu di pusat karantina di pulau ini selama 40 hari. Lama sekali!

Selain wisata bahari, salah satu kunjungan wajib yang tidak pernah dilupakan semua wisatawan yang ke Pulau Weh adalah menuju Tugu Kilometer Nol Indonesia.

Tugu penanda geografis yang unik ini sangat penting bagi Indonesia. Diresmikan pada 9 November 1997 oleh Wapres RI Try Sutrisno saat itu, Tugu Kilometer Nol dianggap sebagai simbol perekat dari Sabang sampai Merauke.

Monumen yang menjadi kebanggaan warga Sabang ini terletak tidak jauh dari Pantai Iboih. Hanya sekitar 7.5 km atau 20 menit berkendara. Di samping monumen megah ini, dari lokasi yang sama terdapat sebuah jembatan kayu tempat menyaksikan sunset yang indah. Dan inilah salah satu spot memotret yang sangat indah.

Foto bareng di Tugu Kilometer Nol. Sumber: koleksi pribadi
Foto bareng di Tugu Kilometer Nol. Sumber: koleksi pribadi
Ketika mengunjunginya di sore itu, penulis bertemu banyak wisatawan asing asal Malaysia dan sejumlah rombongan wisatawan domestik. Tugu Kilometer Nol memang telah menjadi salah satu destinasi wisata populer di Pulau Weh.

Jika kedua objek wisata terkenal di atas relatif mudah dijangkau, lain lagi dengan Pantai Goa Sarang yang seakan tersembunyi dari rute wisata umumnya. Padahal, Pantai Goa Sarang yang terletak di balik pinggang sebuah bukit itu sangat eksotis.

Gua-gua yang menjadi sarang burung walet dan kelelawar ini kini sedang menanjak di pentas pariwisata nasional, khususnya di kalangan petualang yang suka tantangan. Mudah diduga, spot foto yang sangat instagrammable di sini yang membuatnya bak magnet yang sukses menyedot datangnya makin banyak pengunjung.

Panorama sunset di Pantai Goa Sarang. Sumber: koleksi pribadi
Panorama sunset di Pantai Goa Sarang. Sumber: koleksi pribadi
Dua hari di Pulau Weh berlalu begitu cepat. Dan sebelum menuju dermaga untuk menyeberang kembali ke Banda Aceh, ada satu pantai batu karang lagi yang memiliki lanskap yang memukau. Sebuah spot untuk pecinta sunrise. Godaan itulah yang membuat kami semuanya rela bangun subuh dan melaju ke sana.

Pantai Ujong Kareung terletak tidak jauh dari Kota Sabang. Dan berbeda dengan pantai lainnya, pantai ini tidak memiliki area berpasir. Namanya saja "Kareung" yang artinya karang. Begitulah. Wilayah pantai inipun didominasi bebatuan karang yang kokoh. Sayang sekali, di pagi itu angin kencang dan gelombang tinggi membuat wajah pantai terlihat lebih garang dari biasanya.

Penulis di Pantai Ujong Kareung. Sumber: koleksi pribadi
Penulis di Pantai Ujong Kareung. Sumber: koleksi pribadi
Pulau Weh sungguh memiliki aset wisata yang potensial. Pesonanya pun masih sangat orisinal. Sesuatu yang jarang kita temui di destinasi wisata yang sudah berkembang pesat. Dan jika Anda ingin mencicipi sepotong 'surga' yang tersembunyi di ujung barat tanah air tercinta, jangan lupa ada sebuah pulau bernama Pulau Weh.

Sudah #RinduWisataLagi? #DiIndonesiaAja.

***

Kelapa Gading, 26 April 2021
Oleh: Tonny Syiariel

Catatan: Semua foto-foto adalah koleksi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun