Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Gili Trawangan, "Party Island" yang Mendunia

23 April 2021   09:28 Diperbarui: 28 April 2021   14:30 4055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika air laut surut di Gili Trawangan. Sumber: koleksi pribadi

Lombok, sebuah pulau di Nusa Tenggara Barat, tidak cuma memiliki pantai-pantai menawan, seperti Senggigi dan Tanjung Aan. Tidak hanya tempat berdirinya gunung berapi Rinjani yang menjulang setinggi 3,726 mdpl. Namun, pulau Lombok juga mempunyai tiga gili yang sudah termasyhur di dunia. Dan salah satu di antaranya adalah Gili Trawangan. 

Gili Trawangan, yang disebut "the Most Sociable Island" oleh Lonely Planet, penerbit buku-buku perjalanan ternama, adalah pulau terbesar dari ketiga gili (pulau kecil) di barat laut Pulau Lombok. Dibandingkan dua pulau lainnya, yakni Gili Meno dan Gili Air, maka Gili Trawangan lah yang paling mencuat di kancah pariwisata global. Pulau nan elok ini sangat tenar di kalangan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Sebutan itu tentunya berhubungan dengan sejarah pulau ini di masa lalu. Gili Trawangan sejatinya sangat tersohor sebagai "Party Island" atau Pulau Pesta sejak akhir 1980-an seiring dengan datangnya wisatawan backpacker saat itu. Dan seperti di dalam sebuah pesta terbuka, semua pengunjung seakan ingin mengenal satu dengan yang lain. Begitupun atmosfer di pulau ini. Very sociable!

Ketika air laut surut di Gili Trawangan. Sumber: koleksi pribadi
Ketika air laut surut di Gili Trawangan. Sumber: koleksi pribadi
Akses menuju Gili Trawangan biasanya melalui Pelabuhan Teluk Nare atau Pelabuhan Bangsal yang terletak di Lombok utara. Namun, bisa juga melalui pelabuhan Padang Bai di Bali, khususnya bagi wisatawan yang sudah ada di Bali dan hendak langsung ke pulau ini. 

Pelabuhan Teluk Nare menyediakan layanan kapal cepat berupa private boat. Sementara di Pelabuhan Bangsal tersedia public boat, yang baru berangkat setelah kapal terisi penuh.

Selisih harganya lumayan jauh. Jika datang dalam bentuk rombongan tentu saja lebih baik menggunakan private boat yang bisa langsung berangkat. Waktu tempuh pun berbeda. Kapal cepat hanya memerlukan waktu 10 menit. Sedangkan kapal biasa bisa sekitar 45 menit.

Bagaimana yang dari Padang Bai- Bali? Tentu saja lebih jauh. Dengan kapal cepat pun masih memerlukan waktu sekitar 1.5 - 2 jam perjalanan. Namun, opsi ini ternyata cukup banyak dipilih wisatawan. Seperti ketika periode Nyepi di Bali Maret lalu, ribuan wisatawan yang memilih berlibur sejenak ke Gili Trawangan, menggunakan kapal cepat dari Padang Bai.

Peta Tiga Gili dan rute kapal. Sumber: Burmesedays / wikimedia
Peta Tiga Gili dan rute kapal. Sumber: Burmesedays / wikimedia
Selain dikenal sebagai Pulau Pesta, Gili Trawangan juga menyimpan sejarah kelam lainnya. Kebiasaan membuang narapidana ke pulau terpencil rupanya juga dilakukan raja yang berkuasa saat itu. 

Konon sekitar 350 orang pemberontak Sasak harus menerima nasib dibuang ke Gili Trawangan di masa lalu. Meskipun alasan pembuangan ke pulau ini karena penjara yang ada sudah penuh.

Kehidupan di Gili Trawangan mulai berubah sejak sekitar tahun 1970-an. Pulau ini mulai dijadikan tempat persinggahan pelaut dari Bugis. Para perantau asal Sulawesi Selatan itu selanjutnya menetap turun temurun di sini bersama warga Sasak dan Bali. 

Dan hingga kini tentu saja tidak ada lagi narapidana yang dibuang ke sini. Bahkan kejahatan di pulau ini relatif sangat kecil, termasuk pencurian yang biasanya marak di banyak destinasi wisata populer lainnya.

Ada suatu aturan yang menarik di Gili Trawangan. Pencurian, misalnya, bisa mendapatkan sanksi yang pasti tidak terlupakan selamanya oleh sang pencuri. Pasalnya, sanksi yang diberikan adalah diarak keliling pulau oleh petugas keamanan pulau sambil membawa papan nama bertuliskan, "I'm thief, don't do what I did". Sanksi ini diberlakukan kepada siapapun yang tertangkap mencuri, baik wisatawan maupun penduduk lokal, sebelum dibawa ke jalur hukum.

Kapal-kapal kayu yg membawa wisatawan.Sumber: koleksi pribadi
Kapal-kapal kayu yg membawa wisatawan.Sumber: koleksi pribadi
Sebagai sebuah destinasi wisata, Gili Trawangan adalah yang pertama kali menarik datangnya wisatawan ala backpacker. Seperti kita ketahui, kelompok pecinta perjalanan ini selalu berani berpetualang ke mana saja. Dan pada era 1990-an itu, Gili Trawangan pun telah menjadi salah satu destinasi impian para backpacker. Reputasinya mencuat sebagai pulau pesta yang murah meriah.

Meskipun Gili Trawangan kini telah banyak berubah, namun pamornya sebagai pulau pesta terus berlanjut. Tempat-tempat pesta dan hangout (tempat nongkrong) bertebaran di berbagai sudut pulau. Mulai dari kawasan sekitar dermaga feri di sisi timur pulau, hingga kawasan sekitar Hotel Ombak Sunset di bagian barat pulau. 

Deretan payung pantai untuk wisatawan. Sumber: koleksi pribadi
Deretan payung pantai untuk wisatawan. Sumber: koleksi pribadi
Nuansa pesta pantai begitu terasa. Nyaris setiap malam ada pesta, baik di salah satu hotel, bar atau kafe. Acara pesta inipun dirotasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Keramaian pun menjadi lebih merata di atas pulau ini. Begitu populernya tradisi pesta ini, sehingga beberapa situs perjalanan ternama ikut membagikan jadwal pesta tersebut.

Frommer's, penerbit buku perjalanan asal AS, adalah salah satunya. Senin, misalnya, pesta berlangsung di "Blue Marlin". Rabu giliran di "Tir Na Nog" yang dikenal sebagai "The Irish Bar". 

Lalu, Jumat, silakan datang ke "Rudy's", salah satu bar pertama di pulau ini. Dan tentu saja di "Sama Sama" yang menampilkan musik reggae hampir setiap malam. Jadwal ini mungkin saja telah jauh berubah selama era pandemi.

Tidak mengejutkan, Gili Trawangan pun kerap dilabeli "Ibiza of the East". Ibiza sendiri adalah sebuah pulau di Spanyol yang sangat kondang sebagai destinasi kehidupan malam dan pesta pantai yang meriah. Sementara itu, situs perjalanan lainnya menempatkan Gili Trawangan sebagai salah satu "Party Island" terbaik di Asia Tenggara, sejajar dengan Koh Pha-ngan di Thailand yang terkenal dengan "Full Moon Party"-nya.

Seakan menunjang reputasinya, ratusan resto, kafe, bar dan hotel memenuhi hampir setengah luas pulau. Menurut sebuah sumber, saat ini terdapat 470 hotel di Gili Trawangan, dari kategori melati hingga kelas berbintang. Jumlah yang luar biasa untuk ukuran sebuah pulau kecil seperti Gili Trawangan.

Sebuah hotel resort di tepi laut. Sumber: koleksi pribadi
Sebuah hotel resort di tepi laut. Sumber: koleksi pribadi
Gili Trawangan adalah satu-satunya pulau yang ketinggiannya cukup signifikan di atas permukaan laut. Pulau yang biasanya juga disebut "Gili T" hanya berukuran panjang 3 km dan lebar 2 km. Tidak luas, bukan? Populasi penduduk pulau ini pun hanya sekitar 1,000 orang. Di musim puncak sebelum pandemi, jumlah wisatawan bisa jauh di atas jumlah penduduk setempat.

Nama Gili Trawangan tidak kalah menarik ditelusuri. Kata "Gili" sebetulnya berarti pulau kecil, sehingga cukup disebut Gili Trawangan. Bukan pulau Gili Trawangan. Lalu apa artinya "Trawangan". 

Rupanya nama ini berasal dari kata "Terowongan" (tunnel). Hal ini disebabkan adanya sebuah terowongan goa yang dibangun di pulau ini selama pendudukan Jepang pada Perang Dunia Kedua.

Apakah Gili Trawangan hanya untuk penggemar pesta? Tentu saja tidak bro. Bagi pehobi menyelam, Gili Trawangan juga memiliki reputasi sebagai basis penyelam.  Banyak 'Dive Center' menyediakan paket penyelaman di sekitar ketiga Gili, misalnya ke Shark Point, Manta Point, Halik, Hann's Reef, Meno Well, dan lain-lain.

Ketika malam pun tiba di Gili Trawangan. Sumber: koleksi pribadi
Ketika malam pun tiba di Gili Trawangan. Sumber: koleksi pribadi
Gili Trawangan juga sebuah pulau yang layak dijelajahi. Dari satu sisi ke sisi lainnya. Jika suka berjalan kaki, Anda bisa saja mengelilingi pulau ini. Penulis sendiri menyewa sepeda untuk berkeliling pulau. Harga sewa hanya Rp 50 ribu sehari. Lumayan bisa ke mana-mana dengan sedikit lebih cepat. Ahaha. Ada pilihan lain? Ada. Naik cidomo atau delman.

Di pulau ini ada larangan untuk semua kendaraan bermotor. Itu sebabnya, selain sepeda, hanya ada cidomo yang tersedia sebagai sarana transportasi. Kabarnya di seluruh pulau hanya terdapat 35 cidomo yang dikelola sebuah koperasi. Banyak wisatawan yang juga suka naik cidomo keliling pulau.

Jangan lupa juga pesona Gili Trawangan itu sendiri. Di pulau menawan ini Anda bisa menikmati matahari terbit di sisi timur pulau dan kemudian ikut mengantar matahari terbenam di sisi barat. Suatu 'kemewahan' yang jarang ditemukan di tempat lain.

Menyambut sunrise dari resto-hotelku. Sumber: koleksi pribadi
Menyambut sunrise dari resto-hotelku. Sumber: koleksi pribadi
Di pantai berpasir putih di sisi timur juga menyuguhkan pemandangan alam yang menakjubkan. Jika langit cerah, panorama ke arah Gunung Rinjani begitu memesona. 

Banyak wisatawan mancanegara suka sekali  menghabiskan waktu berjam-jam di sini. Berenang dan berjemur matahari (sun-bathing). Hm, ada yang suka berjemur matahari? No, thanks! :)

Bagaimana dengan pecinta foto yang gemar membuat swafoto? Inilah salah satu pulau yang sangat instagrammable. Salah satu ayunan berbingkai kayu di atas laut paling terkenal di Indonesia berada di pulau ini. Bahkan ayunan ini sempat disebut-sebut sebagai salah satu yang pertama kali dibuat di Indonesia.

Ayunan tunggal di sisi barat pulau. Sumber: koleksi pribadi
Ayunan tunggal di sisi barat pulau. Sumber: koleksi pribadi
Kehadiran ayunan-ayunan cantik ini memberikan sensasi tersendiri. Bayangkan saja. Anda membuat foto di atas ayunan yang berada di atas air ketika matahari sedang terbenam. Sangat romantis dan sensasional, bukan? Apalagi Anda memilih 'Ayunan Cinta", yakni ayunan untuk berdua bersama pasanganmu (lihat foto pertama).

Spot instagrammable memang ada yang bersifat alamiah. Dan ada juga yang sengaja dibuat. Namun, tidak bisa disangkal, di beberapa spot yang sengaja dibuat mampu menciptakan suatu pesona yang berbeda. Pesona yang selalu diburu banyak wisatawan yang ingin menyimpan sepotong kenangan tidak terlupakan.

Sunset dari depan sebuah hotel di sisi barat pulau. Sumber: koleksi pribadi
Sunset dari depan sebuah hotel di sisi barat pulau. Sumber: koleksi pribadi
Bisnis pariwisata di Gili Trawangan tentu saja masih jauh dari pulih. Setelah mengalami bencana gempa bumi di Agustus 2018 yang ikut menghempas bisnis pariwisata di kawasan ini, kini sekali lagi Gili Trawangan terpuruk akibat badai pandemi yang belum juga berakhir. Namun, Gili Trawangan pasti akan bangkit kembali.

Sebagai sebuah pulau dengan segala keunikan sejarah dan potensinya, Gili Trawangan akan kembali masuk radar wisatawan begitu industri jasa ini kembali bergerak. Dan jika Anda memilih berlibur di Indonesia, Gili Trawangan so pasti sangat layak menjadi salah satu destinasi pilihan. Pesta-pesta mungkin telah lama berakhir, tetapi pesona Gili Trawangan tetap selamanya berkilau.

Dan boleh jadi, inilah saat paling tepat mengunjunginya, sebelum Gili Trawangan kembali 'diinvasi' wisatawan mancanegara.

Sudah #RinduWisataLagi? #DiIndonesiaAja.

***
Kelapa Gading, 23 April 2021

Oleh: Tonny Syiariel

Catatan: Semua foto-foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali foto peta.

Baca juga: "#DiIndonesiaAja, Ayo Berwisata ke Maluku Utara"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun