Meskipun tergolong bongsor, pesawat ini memiliki kecepatan 0,85 Mach atau 909 km per jam. Sementara jarak maksimum yang bisa dicapai sekitar 13,570 – 15,000 km. Maskapai Qantas asal Australia bahkan pernah menjajaki penerbangan non-stop dari London ke Sydney pada tahun 1989. Tanpa penumpang maupun cargo. Dan bentangan jarak sekitar 18,000 km itu dapat ditempuh dalam waktu 20 jam 9 menit.
Akan tetapi, dunia aviasi berubah drastis di sepanjang 2020. Akibat pandemi yang seakan tidak berujung, semua maskapai ternama di dunia mulai kesulitan meraih penumpang dalam jumlah besar. Pesawat berbadan lebar dengan kapasitas besar pun menjadi tidak efisien. Dan tidak hanya itu, pandemi ini pun seakan merubah tren bepergian penumpang.
Hingga Maret 2021 lalu, berita seputar maskapai yang merelakan armada 747 pensiun dini tidak terelakkan lagi. Lufthansa, misalnya, selain telah mengirim beberapa pesawat 747 ke Mojave Desert- AS yang dikenal sebagai kuburan pesawat terbang, maskapai asal Jerman ini juga telah memarkir 6 pesawat Boeing 747-400 di bandara Twente- Belanda. Ini bandara penyimpanan pesawat dan juga melayani pembongkaran pesawat yang sudah tidak digunakan.
Maskapai lainnya, yakni China Airlines, juga merelakan armada Boeing 747-400 untuk berhenti beroperasi sejak 20 Maret 2021 lalu. Seperti dilansir media aviasi “Simple Flying”, China Airlines telah menggunakan armada Boeing 747 sejak tahun 1970-an. Namun, atmosfer penerbangan global yang tidak menguntungkan telah memaksa maskapai asal Taiwan ini merubah strateginya.
Tidak hanya Lufthansa dan China Airlines, maskapai terkenal KLM Royal Dutch Airlines pun telah mengirim pesawat Boeing 747 terakhirnya dari Bandara Schipol ke Bandara Teruel- Spanyol pada pertengahan Maret 2021 lalu. Tahu kan reputasi Teruel Airport?
Bandara yang berlokasi sekitar 1 jam dari Valencia ini bukan bandara biasa. Inilah bandara tempat menyimpan pesawat yang sudah tidak digunakan lagi. Nama populernya, “Aircraft Boneyard” alias Pemakaman Pesawat.
Baca juga: “A380 Menuju 'Aircraft Graveyard', Akhir Era Pesawat Superjumpo?”
Nasib yang sama dialami Boeing 747 di maskapai terkenal British Airways maupun Qantas Airways. Satu demi satu mantan Ratu Angkasa ini akhirnya harus menepi selamanya demi memberi jalan para primadona yang lebih muda, berbadan langsing dan jelas lebih efisien.
Namun, dari semua perpisahan antara Boeing 747 dan mantan maskapai pemiliknya, boleh jadi perpisahan dengan Qantas yang paling emosional. Maskapai asal negeri Kanguru Australia itu membuat suatu seremoni spesial untuk ‘Boeing 747 Farewell Flight’ di bandara Sydney pada July 2020 lalu.