Jangan tanya apa yang ada di balik Tembok Kremlin di era Komunis Soviet. Semuanya serba misterius. Tembok itu seakan memisahkan pemerintah Soviet dengan rakyatnya. Kesan tertutup dan dingin seakan menyatu dengan pusat kekuasaan bekas Uni Republik Sosialis Soviet yang telah bubar itu. Bahkan menara-menara lonceng katedral pun ikut diam membisu. Tetapi, itu doeloe!
Di masa Perang Dingin (Cold War), yakni selepas Perang Dunia II hingga tahun 1990, berita politik dunia selalu didominasi berbagai kisah ketegangan politik dan militer antara dua kubu yang berseteru.
AS dan sekutunya NATO di satu pihak dan Uni Soviet serta negara satelitnya di lain kubu. Di saat itulah pusat pemberitaan seakan berporos di dua lokasi. Gedung Putih di Washington DC dan Kremlin di Moskwa.
Namun, semuanya tinggal lembaran sejarah. Angin perubahan yang berhembus kencang di wilayah Eropa Timur pada akhirnya menyebabkan Uni Soviet kolaps di tahun 1991. Dan Russia, pewaris utama Soviet, pun tidak lagi seperti dulu.
Negara Tirai Besi inipun mulai membuka pintu-pintunya yang dulu selalu tertutup. Begitupun dengan Kremlin yang kini bisa dikunjungi siapapun.
Pada awalnya benteng ini terbuat dari kayu. Tetapi, di era Ivan Kalita (1325-1340), sebuah benteng batu pun mulai dibangun. Selanjutnya, pada abad ke-15, Ivan III Vasilyevich, pangeran Russia pertama yang bergelar Tsar membawa beberapa arsitek ternama dari Italia, seperti Anton Fryazin, Mark Fryazin dan Pietro Antonio Solario.
Para arsitek tersebut ikut merancang konstruksi benteng menjadi kian kokoh dan indah. Itulah benteng Kremlin yang masih berdiri sampai saat ini.
Begitu juga beberapa bangunan penting dan bersejarah lainnya, seperti Palace of Facets dan Great Kremlin Palace, yang merupakan kediaman resmi Presiden Federasi Russia, meskipun jarang digunakan.