"Adakah alun-alun lain seindah Krasnaya Ploshchad?" tanya Svetlana Rybashova, gadis Rusia yang cantik jelita, yang mendampingi kami di alun-alun indah di pusat kota Moskwa pagi itu. Krasnaya Ploshchad, yang selama ini dikenal sebagai Lapangan Merah atau "Red Square", sejatinya bermakna Lapangan Cantik. Dan sambil memandang Svetlana, kami pun dengan senyum mengembang menjawab, "Tidak ada!". Krasnaya Ploshchad sungguh sangat menawan! Begitu juga Svetlana.Â
Nama Lapangan Merah sama sekali tidak berhubungan dengan Tembok Kremlin, yang berdiri persis di sebelah Lapangan Merah, yang kebetulan berwarna merah bata. Pun tidak ada sangkut pautnya dengan komunisme yang seolah identik dengan warna merah.Â
Dalam bahasa Rusia kuno, kata "Krasnaya" memang berarti "Merah". Tetapi, bisa juga bermakna cantik. Ya, seperti Svetlana!Â
Betapapun, nama Lapangan Merah sudah terlanjur dikenal di seluruh dunia. Apalagi jika dihubungkan dengan sejarah Rusia itu sendiri.
Masih ingat sebutan kelompok pekerja yang ikut menumbangkan era Tsar saat Revolusi Rusia di tahun 1917? Namanya, "Red Guards". Begitulah, ketika sejarah komunis Uni Soviet (Rusia) bergulir, nama "Red Square" pun diasosiasikan dengan sebutan merahnya "Red Army".Â
Seakan manut pada mantra para pelancong dunia yang kerap bersabda, "Anda belum ke Moskwa, kalau tidak pernah menginjakkan kaki di Lapangan Merah!"
Alhasil, lapangan ini pun selalu dipenuhi wisatawan sepanjang waktu. Lapangan bersejarah ini memang menawan. Dikelilingi deretan bangunan dengan arsitektur indah membuatnya kian memesona.Â
Tidak mengejutkan, pada tahun 1990, UNESCO pun mengganjarnya dengan status bergengsi sebagai UNESCO World Heritage Site.
Sebagai ibu kota Rusia, kota Moskwa adalah salah satu destinasi wisata yang sangat populer. Dari sekitar 24 juta wisatawan yang mengunjungi Rusia di tahun 2019, diperkirakan separuh di antaranya mengunjungi Moskwa dan tentunya juga ke Lapangan Merah ini.
Sekilas lapangan ini mengingatkan kita pada Lapangan Tian An Men di kota Beijing, China. Meskipun ukurannya lebih kecil dari Tian An Men, tetapi Lapangan Merah jelas lebih cantik dengan parade arsitektur khas Rusia. Mulai dari Katedral St. Basil hingga Museum Sejarah Negara.
Di era Tsar Ivan III (abad 15), lapangan ini pernah menjadi semacam pasar malam, tempat berkumpul para pedagang dari berbagai belahan dunia. Maklum saja, lapangan ini terletak sangat strategis antara Tembok Kremlin (pusat kekuasaan Rusia) dan Kitay-gorod, suatu kawasan perdagangan bersejarah.
Tidak itu saja. Para Kosmonot Rusia juga disambut rakyat di sini. Begitu pula pesta tutup tahun yang biasanya diselimuti udara sangat dingin minus belasan derajat celcius pun dipusatkan di Lapangan Merah. Pendeknya, di sinilah hampir semua aktivitas penting di kota Moskwa dilaksanakan!
Lapangan Merah terletak memanjang di sisi timur Tembok Kremlin, di sebelah utara Sungai Moskwa. Berbentuk persegi panjang, lapangan ini menyajikan begitu banyak spot instagrammable bagi pecinta fotografi. Dari sudut manapun Anda berdiri, selalu ada pemandangan menarik yang menakjubkan.
Di sisi yang sama juga, terdapat Mausoleum Lenin, yakni makam salah satu tokoh pendiri paham komunisme dan pemimpin Uni Soviet yang paling berpengaruh.Â
Mungkin saja keindahan Lapangan Merah yang membuat Vladimir Lenin, sekalipun sudah wafat, tetap enggan menjauh dari lapangan kebanggaannya ini. Mausoleum yang pintu masuknya selalu dipenuhi antrean panjang itu dibangun tahun 1924 oleh arsitek Alexey Shchusev.
Fasade GUM yang didesain arsitek Alexander Pomerantsev sungguh indah, bak sebuah istana saja. Selain itu, interior-nya pun tidak kalah menarik dengan sentuhan warna pastel dan dihiasi berbagai ornamen menawan.Â
Di gedung dengan panjang 250 meter serta lebar 90 meter ini, terdapat lebih dari 100 toko berbagai produk terkenal, kafe dan restoran.
Dengan lokasinya yang begitu strategis, GUM pun berkembang menjadi pusat perbelanjaan kelas atas. Deretan butik mahal dari berbagai jenama terkenal bisa ditemukan di sini, di antaranya Burberry, Bulgari, Louis Vuitton, Prada, dan lain-lain.
Museum Sejarah Negara ini adalah salah satu museum terpenting di kota Moskwa. Koleksi museum ini diperkirakan telah mencapai sekitar 4,3 juta item. Selain itu, di museum ini juga Anda bisa temukan "One Red Square Restaurant", sebuah restoran terkenal yang menyediakan makanan khas Rusia.
Katedral kecil ini resminya bernama "Cathedral of Our Lady of Kazan", sebuah gereja Orthodox Rusia yang cukup penting. Katedral ini dibangun di abad ke-17 untuk memperingati diusirnya pasukan Polandia dari Moskwa.
Lapangan Merah memang bak pameran karya arsitektur. Dan bangunan paling terkenal yang berdiri di sini tidak lain adalah St.Basil's Cathedral yang berada di sebelah tenggara lapangan ini. Katedral ini adalah sebuah mahakarya arsitektur yang paling menonjol di Lapangan Merah dan juga di Moskwa.
Katedral St. Basil atau "Cathedral of Vasily the Blessed" dibangun atas perintah Ivan IV Vasilyevich atau terkenal dengan julukan "Ivan the Terrible" dari tahun 1555 sampai 1561.Â
Tsar pertama Rusia ini membangun katedral dengan penuh gaya. Sembilan kubah berbentuk bawang dengan desain berbeda tampil penuh warna menarik. Sangat menakjubkan!
Menurut legenda, demi memastikan bahwa sang arsitek tidak merancang bangunan yang lebih indah di tempat lain, Ivan IV yang terkenal akan kekejamannya konon membutakan mata arsitek katedral ini. Pantas saja, Tsar ini dijuluki "Ivan the Terrible" atau "Ivan yang Mengerikan".
Pesona St. Basil Cathedral juga pernah menggoda hati Napoleon. Sang kaisar Prancis kabarnya berkeinginan untuk memindahkan katedral ini ke kota Paris. Tentu saja, hal ini mustahil dilaksanakan.Â
Kecewa, Napoleon lalu memerintahkan untuk menghancurkannya dengan mesiu. Untunglah rencana itu tidak terlaksana. Hujan lebat yang turun menggagalkan niatnya.
Dari satu kapel ke kapel lain dihubungkan oleh koridor-koridor sempit bak labirin. Meskipun kapel-kapel dibangun terpisah, tetapi konstruksi sebuah menara tunggal bisa mempersatukan semuanya menjadi satu katedral.
Lapangan Merah kian menawan jelang sore. Begitu pula Svetlana, gadis Moskwa berambut pirang  yang sudah menyelesaikan tugasnya. Dan ketika bayangannya menghilang di balik Gerbang Iberia atau "Resurrection Gate", penulis masih terpaku di tempat yang sama. Di tengah Lapangan Merah yang mendadak terasa sepi. Â
***
Kelapa Gading, 20 Maret 2021
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua foto-foto adalah koleksi pribadi, kecuali 1 foto Mausoleum Lenin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H