Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Skandal Watergate, Pulitzer, dan Oscar

9 Maret 2021   08:52 Diperbarui: 10 Maret 2021   11:49 1582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku alamat salah satu penyusup yg ditemukan di kamar Hotel Watergate. Sumber: US National Archives and Records Administration / wikimedia

Skandal Watergate boleh jadi skandal politik paling menghebohkan dalam sejarah politik di negara adidaya AS. Selain mampu menjatuhkan seorang presiden yang sangat terkenal, dari drama politik ini juga, koran ternama The Washington Post mendapatkan penghargaan Pulitzer. Dan film "All the President's Men" yang berkisah tentang investigasi skandal tersebut pun berhasil meraih 4 Oscar di ajang Academy Awards ke-49 pada tahun 1977 . 

Belum lama ini sebuah skandal di dunia sepak bola tetiba mengingatkan penulis akan asal-usul kata 'gate' yang menempel di balik hampir semua skandal lainnya. Betul, skandal yang dimaksud adalah "Barcagate". Sedangkan akhiran 'gate' di belakang 'Barca' berawal dari skandal politik "Watergate". Sebuah skandal yang telah lama berlalu, tetapi masih menyimpan banyak kisah menarik. 

Masih ingat kasus "Irangate" dan "Iraqgate"? Atau di Indonesia pernah muncul kisah "Bulog-gate". Dan yang teranyar kasus di FC Barcelona yang disebut "Barcagate". Sejak meledaknya kasus Watergate di AS, kata akhiran 'gate' pun seakan sinonim dari semua skandal atau isu kontroversial di dunia. Dari bidang politik, ekonomi, hingga sepakbola.

Skandal Watergate sendiri dimulai pada suatu pagi subuh, Sabtu, 17 Juni 1972. Hampir 50 tahun lalu. Kota yang biasanya sibuk itu seakan ingin rehat sejenak di akhir pekan itu. Namun, sebuah kejadian penangkapan, yang awalnya diduga kasus pencurian biasa, pada akhirnya menjadi salah satu skandal yang ikut mengubah sejarah negara adidaya Amerika Serikat (AS).

Pada pagi itu, sekitar pukul 02.30, di sebuah gedung perkantoran yang terletak di "2600 Virginia Avenue NW", polisi setempat menangkap lima laki-laki yang tengah menyusup ke kantor pusat DNC (Democratic National Committee) yang menempati seluruh lantai 6 gedung tersebut. Kelima laki-laki itu, yakni James W. McCord Jr., Bernard Barker, Eugenio Martnez, Frank Sturgis dan Virgilio Gonzlez, diduga  memasang alat penyadap di kantor tersebut.

Watergate Office Building (warna hitam) lokasi penangkapan. Sumber: Tim1965 / wikimedia
Watergate Office Building (warna hitam) lokasi penangkapan. Sumber: Tim1965 / wikimedia
Hasil investigasi selanjutnya menguak fakta yang mengejutkan. Kelima orang itu ternyata bekerja di bawah kendali CREEP (Committee to Re-elect the President), yakni sebuah organisasi yang resminya bertugas menggalang dana untuk kampanye pemilihan kembali Richard Nixon, presiden petahana dan kandidat presiden dari Partai Republik saat itu.

Komplek perkantoran Watergate sendiri terdiri dari berbagai kantor, hotel dan apartemen di wilayah Foggy Bottom, Washington, DC. Dengan luas sekitar 4 hektar, kompleks yang berdiri di tepi Sungai Potomac ini persis bersebelahan dengan gedung John F. Kennedy Center for the Performing Arts. Kompleks ini juga hanya sekitar 1.7 km dari Gedung Putih.

Kompleks Perkantoran Watergate- Washington DC. Sumber: Indutiomarus/ wikimedia
Kompleks Perkantoran Watergate- Washington DC. Sumber: Indutiomarus/ wikimedia
Penangkapan di markas besar di DNC di "Watergate Office Building" itu tentu saja sangat mengejutkan. Apalagi terjadi di tengah masa kampanye presiden saat itu. Richard Nixon, presiden petahana dari Partai Republik sedang bertarung melawan George McGovern, Senator dari Dakota Selatan dan kandidat presiden dari Partai Demokrat. Dugaan konspirasi politik pun merebak saat itu.

Akan tetapi, sejak awal skandal ini berusaha ditutupi, baik oleh anggota CREEP, maupun oleh Nixon sendiri yang terbukti ikut mengetahui adanya upaya itu. Pada bulan Agustus, Nixon bahkan berpidato dan bersumpah bahwa tidak ada satupun staf Gedung Putih yang terlibat dalam penyusupan di kantor pusat DNC.

Banyak pemilih ternyata percaya. Alhasil, pada saat pemilihan tanggal 7 November 1972, Nixon kembali terpilih sebagai presiden AS. Sang presiden petahana memenangkan pemilihan presiden itu secara meyakinkan, baik di Electoral vote maupun Popular vote.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun