Pernahkah membayangkan suatu situasi ketika semua bandara internasional antar negara ditutup? Negara-negara dengan banyak rute domestik mungkin saja masih bisa tersenyum. Tetapi, apa jadinya dengan negara-negara yang tidak memiliki satupun rute domestik. Bisa dipastikan maskapai dari negara-negara tersebut akan segera kolaps.
Penutupan bandara internasional memang sempat menghantui dunia aviasi. Di akhir Maret 2020 lalu, banyak negara memutuskan menutup semua pintu masuk dan keluar dari bandara internasional masing-masing. Bahkan hingga kini pun sebagian negara masih menerapkan restriksi sangat ketat di berbagai bandara internasional.Â
Seperti diketahui, negara-negara dengan luas wilayah serta populasi besar umumnya memiliki jaringan penerbangan domestik yang juga luas. Hal ini setidaknya terlihat dari deretan negara dengan jumlah penerbangan domestik tertinggi di dunia. Tahun 2018, misalnya, posisi lima besar dikuasai oleh AS, China, India, Indonesia dan Jepang.
Akan tetapi, berbeda dengan pasar penerbangan domestik, pasar internasional yang sejatinya tidak kalah besar, tidak hanya didominasi oleh maskapai dari negara besar. Beberapa maskapai dari negara kecil tanpa rute domestik pun mampu bersaing dengan memiliki jaringan internasional sangat luas, khususnya ke destinasi populer di dunia.
Tidak itu saja, sebagian di antaranya bahkan selalu menduduki posisi bergengsi di dalam setiap pagelaran tahunan "Best Airlines in the World" atau "The Top Ten International Airlines". Baik yang diselenggarakan oleh Skytrax, lembaga pemeringkat maskapai penerbangan, maupun oleh Travel+Leisure, salah satu majalah perjalanan terkenal di dunia.
Siapa yang tidak mengenal maskapai terkenal asal Belanda? KLM Royal Dutch Airlines atau lengkapnya "Koninklijke Luchtvaart Maatschappij Royal Dutch Airlines", memiliki jaringan yang sangat luas di dunia. Dari Afrika Selatan, Amerika, Australia hingga Indonesia. Setidaknya, KLM menerbangi lebih dari 500 destinasi di dunia.
Di sisi lain, Schipol International Airport, bandara utama di Belanda, pun terletak tidak jauh dari tiga kota terbesar di negeri ini. Baik Amsterdam, yang terdekat ke Schipol, The Hague dan Rotterdam semuanya berada cukup dekat dengan bandara tersibuk keempat di Eropa. Jadi, memang tidak butuh penerbangan domestik.
O ya, Belanda tentu saja memiliki bandara lainnya, misalnya di Eindhoven Airport dan Rotterdam The Hague Airport. Tetapi, kedua bandara ini hanya melayani maskapi berbiaya murah atau LCC dari negara Eropa lainnya. Dan tidak ada penerbangan antar bandara di negara yang juga dijuluki Negeri Tulip ini.
Sementara itu, di kawasan Timur Tengah, beberapa maskapai ternama, seperti Qatar Airways, Kuwait Airways, Emirates Airlines dan Etihad Airways juga hanya melayani rute internasional. Ukuran negara-negara kaya minyak ini terlalu kecil dan jelas tidak memerlukan penerbangan dalam negeri.
Pada Juni 2017 lalu, Qatar sempat terlibat krisis diplomatik dengan beberapa negara tetangganya, seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir. Akibatnya, Qatar Airways pun dilarang terbang ke kota-kota di semua negara ini. Padahal, dua kota di antaranya, yakni Dubai dan Abu Dhabi adalah pasar terbesar maskapai ini.
Dan bukan hanya Qatar, tetapi juga Kuwait, Dubai dan Abu Dhabi. Dubai dan Abu Dhabi adalah dua emirate atau semacam negara bagian dari Uni Emirat Arab (UEA). Namun, keduanya memiliki armada masing-masing yang saling bersaing. Â Kedua armada itu juga sangat terkenal di dunia penerbangan internasional.
Emirates Airlines (EK) adalah maskapai terbesar di wilayah Timur Tengah dan salah satu maskapai paling sukses di dunia. Dengan jumlah armada sekitar 255 pesawat, Emirates melayani penerbangan ke sekitar 150 kota di 80 negara di 6 benua.
Jenama Emirates juga sangat terkenal di dunia. Dalam membangun jenamanya, maskapai yang berdiri sejak tahun 1985 ini, tidak ragu merogoh koceknya untuk mensponsori berbagai klub sepakbola terkenal di dunia. Hasilnya, nama Emirates pun kerap disejajarkan dengan Singapore Airlines, salah satu maskapai terbaik di dunia. Tetapi, sama persis Qatar dan KLM, Emirates tidak memiliki satupun rute domestik.
Sementara itu, maskapai kedua dari UEA, yakni Etihad Airways juga 100% fokus ke penerbangan internasional, tanpa satupun rute dalam negeri. Etihad yang mulai beroperasi sejak tahun 2003, kini telah memiliki 104 armada. Rute penerbangan yang dituju pun tercatat lebih dari 81 destinasi di berbagai belahan dunia, dari Asia, Afrika, Eropa hingga Amerika.
Tanpa sponsor mewah dari Etihad yang berdurasi 10 tahun sejak 2011 lalu, boleh jadi City tetap hanya dianggap 'noisy neighbours' alias tetangga yang berisik oleh rival sekotanya Manchester United. Etihad ikut membawa kejayaan ke City dalam satu dasawarsa terakhir.
Dari semua negara dan maskapai tanpa penerbangan domestik di atas, maka nama Singapore Airlines, maskapai kebanggaan Singapura, tentu saja paling menarik diperbincangkan. Inilah maskapai paling terkenal di dunia aviasi selama puluhan tahun.
Singapore Airlines (SIA) pernah terpilih selama 4 kali berturut-turut sebagai "World's Best Airline" oleh Skytrax. Di samping itu, SIA juga selalu memuncaki daftar maskapai internasional terbaik pilihan pembaca Travel+Leisure selama lebih dari 20 tahun. Suatu prestasi yang fantastis!
Selain terkenal dengan armadanya yang selalu berusia muda, SIA juga begitu kondang dalam layanan di atas pesawat (in-flight service). Dan maskapai ini juga selalu berusaha menjadi yang terdepan dalam berbagai hal, termasuk maskapai pertama yang mengoperasikan pesawat superjumbo A-380 pada tahun 2007 silam.
Namun, sejak dunia dilanda pandemi covid-19 setahun terakhir ini, restriksi perjalanan terjadi di mana-mana. Pembatasan perjalanan antar negara pun berimbas ke bisnis penerbangan. SIA yang memiliki sekitar 139 pesawat pun terpaksa mengandangkan sebagian besar armadanya.
Singapore Airlines memang tidak punya pilihan lain. Maskapai ini sama sekali tidak memiliki rute penerbangan dalam negeri. Jika negara-negara tujuan penerbangannya ditutup, maka SIA pasti makin merana. Bagaimana SIA bisa memiliki rute domestik, jika luas negara Singapura hanya sekitar 728 km persegi.
Tanpa rute penerbangan domestik, maka Singapore Airlines, Qatar, Emirates, Etihad dan lain-lain hanya bisa berharap agar semua pintu gerbang internasional tetap dibuka. Sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya. Dan di saat ini, ternyata "rute domestik" bisa lebih berharga daripada hanya mengandalkan "rute internasional".
Hm, jadi rindu terbang lagi....
***
Kelapa Gading, 24 Februari 2021
Oleh : Tonny Syiariel
Referensi: 1, 2, 3, 4
Catatan: Foto-foto yg digunakan sesuai keterangan di foto masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H