Di penghujung musim dingin lalu, ketika badai pandemi covid-19 mulai menderu melanda Eropa, penulis masih menemukan lautan suka cita di seluruh kota Helsinki. Matahari gilang gemilang seakan tidak lelah menghiasi langit di ibu kota Finlandia itu. Indah menawan hati! Namun, di kota yang sama, dalam beberapa hari kemudian, mendung tebal seketika menutupi kota ini. Helsinki bagai kota yang ditinggalkan. Begitu sepi dan murung. “Daughter of the Baltic” pun akhirnya menyerah kepada sang virus peneror dunia yang hingga kini masih enggan pergi.
Kalender 2020 segera berganti dalam beberapa jam. Tahun ini pun bakal selalu dikenang sebagai “The Year of Struggle” – Tahun Perjuangan, setidaknya bagi industri pariwisata yang babak belur dilanda topan badai covid-19.
Sejak akhir Maret 2020 lalu, restriksi perjalanan pun mulai diterapkan di mana-mana. Dan andaikata, ada perjalanan penulis yang layak dikenang sepanjang tahun 2020, maka itu adalah perjalanan wisata terakhir di Maret lalu ke negara Finlandia.
Perjalanan antara tanggal 11 – 20 Maret 2020 lalu itu sejatinya sudah diawali segumpal keraguan. Antara rasa cemas mengingat pandemi yang sudah menembus batas wilayah beberapa negara Eropa dan hasrat yang kuat berburu fenomena Aurora Borealis di Lapland, Finlandia. Singkatnya, godaan Aurora mengalahkan semua keraguan itu.
Akan tetapi, belum seminggu berada di Finlandia, sebuah berita di media lokal begitu menyentak. Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin, yang masih muda dan cantik, kabarnya segera menetapkan 'State of Emergency' alias situasi darurat terkait covid-19. Kami pun bergegas kembali ke Helsinki dengan membatalkan beberapa acara kunjungan.
Sungguh berbeda dengan Helsinki yang baru enam hari lalu kami temui. Gerakan cepat pemerintah Finlandia belakangan terbukti berhasil menekan laju penyebaran covid-19 di negara ini.
Helsinki atau Helsingfors, nama awal kota ini dalam bahasa Swedia, adalah ibukota negara Finlandia atau Suomi – nama negara ini dalam bahasa Finlandia.
Kota cantik berjuluk "Daughter of the Baltic" didirikan oleh Raja Gustav I dari Swedia 1550. Tetapi, status sebagai ibukota baru disandangnya pada tahun 1812, ketika ibu kotanya dipindah dari Turku ke Helsinki oleh Tsar Alexander I dari Russia.
Pada tahun 1817, di bawah arahan Carl Ludwig Engel, seorang arsitek asal Jerman, Helsinki mulai dibangun cepat. Wajah kota dipenuhi berbagai bangunan dengan gaya arsitektur yang seakan meniru bangunan yang ada di kota tetangganya Saint Petersburg, bekas ibukota Russia di masa lalu.
Menariknya, Engel membangun kota ini hanya dengan material utama dari batu bata dan kayu. Maklum saja, saat itu belum tersedia marmer di negara itu.
Meskipun sebagian gedung berarsitektur neoklasik ini telah mengalami sedikit perubahan di tangan arsitek lainnya, tetapi gaya arsitektur ini masih tetap dominan.
Wajah Helsinki baru mulai berubah sejak Finlandia merdeka pada tahun 1917. Gaya arsitektur khas Finlandia pun mulai berkembang, yang seakan terinspirasi kebangkitan nasionalisme bangsa dan perkembangan negara.
Sebagai ibukota Finlandia, Helsinki terletak sangat strategis di tepi Teluk Finlandia yang langsung menyambung ke Laut Baltik. Kota ini pun bisa dikatakan sebagai simbol kemakmuran negara Finlandia, yang diakui sebagai salah satu negara dengan standar hidup tertinggi di dunia.
Bagaimana lewat jalur darat? Satu-satunya rute yang bisa dijangkau dengan mudah adalah dengan kendaraan atau kereta api dari kota Saint Petersburg - Russia, yang berjarak sekitar 390 km.
Helsinki bukan sebuah kota besar dibandingkan ibu kota negara lainnya di Eropa. Meskipun demikian, kota ini memiliki reputasi cemerlang. Pada tahun 1952, Helsinki terpilih sebagai tuan rumah “Summer Olympics” (Olimpiade Musim Panas). Dan kota indah ini juga mendapat predikat sebagai “World Design Capital” pada tahun 2012. Prestasi yang hebat untuk ukuran sebuah kota seperti Helsinki.
Sebagai kota dengan luas sekitar 715 km persegi, pusat wisata di kota Helsinki tidak jauh dari dua alun-alun terkenal yang berdekatan, yakni Market Square dan Senate Square. Nah, bagaimana kalau Anda ikut penulis menuju ke sana. Mau ikut jalan-jalan, bukan?
Dari pusat keramaian kota di sekitar Helsinki Central Station, ayo kita berjalan kaki saja. Paling sekitar 950 meter kita pun akan tiba di Senate Square atau Alun-alun Senat.
Inilah alun-alun yang sangat indah dengan keberadaan Katedral Helsinki yang kadang disebut banyak wisatawan sebagai 'White Cathedral' karena warna putih yang begitu dominan di sekujur bangunan gereja ini.
Senate Square bisa disebut sebagai jantung kota dan sisi tertua kota Helsinki. Alun-alun indah ini dikelilingi bangunan-bangunan ternama bergaya arsitektur neoklasik yang sebagian besar didesain oleh Carl Ludwig Engel.
Setidaknya ada empat bangunan di sini yang dirancangnya. Dan hebatnya, semua bangunan ini kini sangat terkenal di Helsinki. Mulai dari Katedral Helsinki, Istana Pemerintah (kantor Perdana Menteri), bangunan utama Universitas Helsinki hingga Perpustakaan Nasional Finlandia.
Selain itu, alun-alun Senat menjadi kian menarik dengan kehadiran patung Alexander II yang berdiri persis di tengah alun-alun. Sedangkan di pojok tenggara terdapat Gedung Sederholm, bangunan tertua di kota Helsinki dari tahun 1757 dan kini berfungsi sebagai Museum Kota Helsinki.
Katedral Helsinki adalah sebuah katedral Lutheran yang dibangun sekitar tahun 1830–1852 sebagai tribut bagi Grand Duke of Finland, yakni Tsar Nicholas I dari Russia. Itulah sebabnya katedral inipun dulu dikenal sebagai Gereja St. Nicholas hingga kemerdekaan Finlandia tahun 1917.
Sudah cukup membuat foto? Yuk, lanjut ke alun-alun berikutnya. Hanya sekitar 300 meter berjalan kaki, kita pun sudah berada di alun-alun lainnya yang disebut Market Square. Anda sudah menduga, bukan? Yup, alun-alun ini dinamakan demikian, karena adanya sebuah pasar di alun-alun yang berlokasi di sebelah South Harbour dan menghadap ke arah Teluk Finlandia.
Pasar ini biasanya sangat sibuk mulai dari musim semi hingga musim gugur. Kafe tenda terbuka juga hadir di musim-musim ini. Namun, ketika musim dingin tiba, hanya sebagian kecil kios suvenir dan penjual makanan yang buka. Lagian, siapa pula yang tahan berlama-lama ketika temperatur jatuh ke sekitar 0° C.
Masih di area ini, hanya jalan kaki sekitar 6 menit ke arah timur, Anda pun bisa menyaksikan Uspenski Cathedral, sebuah katedral Orthodox bergaya Russian Revival, ciri khas banyak bangunan gereja Orthodox di negara Tirai Besi itu.
Gaya arsitektur Neo-Classical dan Carl Ludwig Engel boleh saja sangat terkenal di Helsinki. Namun demikian, ada sebuah gereja unik yang tidak kalah kondang. Bahkan popularitasnya seakan bersaing dengan semua bangunan penting lainnya. Itulah Temppeliaukio Church, sebuah gereja Lutheran yang dibangun tahun 1968.
Tidak seperti gereja lainnya yang biasanya menjulang ke langit, gereja ini bak mendekam di bumi. Sebagian kubahnya yang sedikit menyembul ke permukaan terlihat seperti kura-kura raksasa. Atau ada juga yang menyebut bak UFO (Unidentified Flying Object).
Gereja yang dibangun kakak beradik Timo Suomalainen dan Tuomo Suomalainen ini sering juga disebut “Church of the Rock” atau Gereja Batu. Tentu saja bisa dipahami. Hampir seluruh bangunan gereja ini terbuat dari batu. Sebagian dinding gereja memang adalah bagian dari sebuah bukit batu. Dan gereja ini dinaungi sebuah kubah baja dan tembaga yang indah. Sangat unik dan artistik.
Selain obyek-obyek wisata di atas, banyak wisatawan juga mengunjungi atau setidaknya berfoto di depan The Parliament House (Gedung Parlemen), Helsinki Olympic Stadium dan Sibelius Monument. Monumen Sibelius adalah sebuah karya seni yang unik yang didedikasikan untuk komposer Finlandia ternama Jean Sibelius.
Seperti kota-kota wisata lainnya, Helsinki juga sangat populer buat penyuka belanja. Paling tidak ada beberapa kawasan belanja yang cukup menarik untuk dikunjungi. Di antaranya, Stockmann Department Store, Kamppi Shopping Centre, Forum Shopping Center, dan lain-lain.
Kawasan belanja juga terdapat di sepanjang jalan Aleksanterinkatu dan Pohjoisesplanadi, di mana banyak toko dan butik ternama berada. Semua kawasan belanja di Helsinki ini bisa dicapai dengan jalan kaki dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Dan relatif tidak terlalu jauh dari Stasiun Sentral Helsinki.
Dan saat itupun, persis situasi di Jakarta di Maret lalu, semua masker di kota ini habis terjual. Begitulah yang penulis alami ketika mencari masker di beberapa pharmacie maupun toko yang biasanya menjual produk kesehatan di pusat kota saat itu. Helsinki sepertinya telah bersiap melawan covid-19.
Situasi menegangkan masih berlanjut di bandara Helsinki keesokan harinya. Pada hari yang sama, 19 Maret 2020, terdengar berita bahwa sebagian penerbangan dari bandara Heathrow – London menuju beberapa kota di Asia telah dibatalkan. Demikian juga dari bandara Helsinki.
Beruntung pesawat kami Qatar Airways dengan nomor penerbangan QR-308 masih setia menjemput semua penumpang nya di Helsinki. Penulis bahkan mengunduh aplikasi FlightAware untuk memantau menit ke menit pergerakan pesawat itu dari Doha ke Helsinki.
Situasi memang serba tidak pasti di hari-hari itu. Setiap saat, Qatar Airways bisa saja ikut membatalkan penerbangan dari dan ke Eropa, termasuk Helsinki.
Pada hari yang sama di Jakarta, tersebar berita bahwa Pemerintah Indonesia berencana menutup bandara Soetta untuk semua penerbangan asing efektif 20 Maret 2020. Sebagian peserta tour pun kian tertekan.
Bandara Helsinki sore itu begitu berbeda. Penumpang yang hendak kembali ke berbagai kota di Asia datang jauh lebih cepat dari biasanya. Dan ketika check-in counter untuk Qatar Airways dibuka, kelegaan luar biasa melanda semua penumpangnya. Pengelola bandara telah mengkonfirmasi keberangkatan pesawat QR-308 ke Doha dan selanjutnya kami akan menuju Jakarta dengan QR-954.
Dan setiba di bandara Soekarno - Hatta, Tangerang, semua peserta membuat sebuah foto bersama di bandara, seakan ingin menyimpan sebuah kenangan nan dramatis. Sebuah memori tentang perjalanan pulang di tengah gelombang lockdown yang diterapkan di banyak negara di Eropa.
Selamat Tahun Baru 2021 buat semua Kompasianer dan Moderator Kompasiana tercinta. Salam hangat dan sukses selalu.
Happy New Year!
Kelapa Gading, 31 Desember 2020
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Foto-foto milik pribadi, kecuali foto gereja batu dan tangkapan layar berita covid di media.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H