Kisah perjalanan selalu menyimpan aneka cerita. Ada sedikit horor, dramatis, kadang mendebarkan dan sesekali juga menggelikan. Begitulah yang terjadi ketika kita bepergian bersama rombongan. Sebagian lupa, bahwa ketika berada di negeri lain harus bisa menyesuaikan diri. Dan ada aturan yang harus selalu dipatuhi.
Syahdan, kota Sydney - Australia di suatu malam menjelang pagi pertama di tahun baru. Setelah ikut menyaksikan pesta kembang api dari kawasan Sydney Opera House dan pulang ke hotel berjalan kaki, puluhan tamu asal Indonesia di Marriot Hotel Sydney (kini berganti nama menjadi Pullman Hotel) sepertinya sepakat lanjut begadang.
Di malam jelang tahun baru itu, hotel berbintang di seberang Hyde Park itu memang penuh dengan grup wisatawan asal Indonesia maupun tamu perorangan yang merayakan New Year's Eve di hotel itu. Suasana hotel pun masih ramai lepas tengah malam.
Sekitar jam dua subuh tetiba alarm hotel meraung kencang. Dalam sekejab, semua tamu-tamu hotel berhamburan ke luar kamar. Sebagian tamu di lantai yang sama dengan penulis awalnya hanya melongok ke luar kamar. Namun, akhirnya ikut berlari turun lewat tangga darurat hotel. Lumayan, dari lantai 9!
Namun, setelah investigasi menyeluruh di beberapa lantai, yang diduga sumber berbunyi alarm hotel, manajemen hotel pun mengijinkan tamu-tamu kembali ke kamar.
False alarm? Betul sekali. Alarm palsu itu umumnya bersumber dari perangkat fire alarm utama, yaitu perangkat smoke detector (pendeteksi asap) dan heat detector (pendeteksi panas). Dalam kehebohan di malam tahun baru itu, pendeteksi asap yang dicurigai bekerja di salah satu lantai.
Meskipun pihak hotel hanya memberikan peringatan umum kepada semua tamu, tetapi bisik-bisik pun menyebar. Sekelompok tamu asal Indonesia diduga merokok kretek di dalam kamar dan jendela kamar tidak cukup terbuka lebar. Asap rokok tebal boleh jadi penyebabnya.
Sebuah pengalaman yang mendebarkan di malam tahun baru itu. Dan andaikata terjadi saat ini, ketika peraturan hotel semakin ketat, sudah pasti akan diusut tuntas. Acara begadang itu pun bisa saja berujung pinalti ribuan dolar.
Di lain kesempatan, sejumlah tamu tiba-tiba 'demo' kecil di lobi Grand Hotel Oslo, Norwegia. Ini bukan hotel berbintang biasa. Grand Hotel di pusat kota Oslo adalah sebuah hotel terkenal dan sangat bersejarah.
Hotel berbintang lima yang dibuka tahun 1874 ini dikenal sebagai hotel tempat menginap para pemenang Nobel Peace Prize, salah satu hadiah Nobel bergengsi. Akan tetapi, ada satu hal yang membuat wisatawan asal Indonesia sulit mengerti tentang hotel tua nan elegan ini. Hotel mewah ini tidak memiliki AC.