Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Thai Airways Menembus Badai, Jual Gorengan hingga Tas Jinjing

21 November 2020   16:36 Diperbarui: 21 November 2020   18:10 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Thai Aiways sedang take off. Sumber: Mark Harkin

Deretan perusahaan yang bertumbangan selama pandemi covid-19 sepertinya terus bertambah. Ada yang cepat melempar handuk tanda menyerah. Namun, tidak sedikit yang terus berjibaku melawan badai krisis. Salah satu yang patoet dipoedjikan adalah maskapai penerbangan Thai Airways yang kini terus berjuang menerjang badai.

Thai Airways International PCL, maskapai penerbangan yang 47.86 % sahamnya dimiliki Pemerintah Thailand, sebelumnya sudah dinyatakan bangkrut. Tetapi, setelah mendapatkan persetujuan 'Central Bankruptcy Court' untuk merestrukturisasi hutang-hutangnya yang menggunung, kini mencoba bangkit di tengah krisis global.

Akan tetapi, dalam situasi pandemi seperti ini, tantangan yang dihadapi perusahaan penerbangan yang berdiri sejak tahun 1960 itu sungguh terjal. Industri pariwisata global yang tengah terpuruk ikut memukul bisnis penerbangan di seluruh dunia. Restriksi perjalanan antar negara, maupun lockdown di sebagian negara, ikut menyebabkan rute penerbangan internasional terhambat. 

Akibatnya sudah bisa diduga. Jumlah penumpang di rute internasional pun anjlok drastis. Tidak itu saja, covid-19 yang masih terus mengintai menyebabkan penerbangan domestik di negara gajah putih itu ikut terhempas. Thai Airways tentu tidak sendiri. Maskapai penerbangan sekelas Singapore Airlines saja terpaksa melakukan PHK ke ribuan karyawannya. 

Armada Thai Airways yg grounded. Sumber: www.samuitimes.com
Armada Thai Airways yg grounded. Sumber: www.samuitimes.com
Setidaknya hingga Oktober 2020 lalu, konon sudah 43 maskapai penerbangan komersial di berbagai belahan dunia sudah dinyatakan bangkrut. Namun, Thai Airways bukanlah tipikal perusahaan yang mudah menyerah. Andaikan harus berusaha di luar 'core business' sekalipun, akan dilakukan agar tetap bisa bertahan menembus badai kali ini.

Seperti dikutip dari Bangkok Post, koran nomor satu di Thailand, Thai Airways sepertinya mulai menemukan kegairahan dalam berbagai bisnis baru untuk meningkatan pendapatan perusahaan dengan berbagai cara. Mulai dari membuka restoran tematik, menjual gorengan ala kaki lima, hingga menjual tas tangan yang terbuat dari baju pelampung (life vest).

Restoran Thai Airways. Sumber: Mladen Antonov /AFP via Getty Image
Restoran Thai Airways. Sumber: Mladen Antonov /AFP via Getty Image

Mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya, jika kru pesawat terbang yang biasanya mondar-mandir di rute internasional, kini harus melayani tamu di restoran dan bahkan membuat gorengan di pinggir jalan utama kota Bangkok. Tapi itulah yang terjadi. Demi bertahan hidup, Thai Airways memaksimalkan salah satu anak perusahaannya, Thai Catering, untuk melakukan berbagai terobosan bisnis di bidang kuliner.

Pada tanggal 3 September 2020 lalu, Thai Airways mulai membuka sebuah restoran tematik di kantor pusatnya di Bangkok. Kafetaria kantor yang dulunya lebih sering melayani karyawan maskapai itu telah disulap menjadi restoran dengan interior ala kabin pesawat terbang.

Kursi-kursi di kafetaria telah diganti dengan kursi pesawat dengan sandaran yang tinggi. Meja-meja juga diganti dengan meja yang dibuat dari bekas suku cadang pesawat. Misalnya, bagian dari mesin, jendela dan baling-baling. Sedangkan menu yang ditawarkan adalah persis seperti yang biasa disajikan untuk penumpang pesawat terbangnya.

Interior restoran Thai Airways. Sumber: Mladen Antonov via www.cntraveller.in
Interior restoran Thai Airways. Sumber: Mladen Antonov via www.cntraveller.in
Selain itu, restoran tematik ala kabin Thai Airways juga menyediakan opsi tempat duduk di kelas ekonomi maupun kelas bisnis. Dan tidak kalah menariknya, penumpang, eh pelanggan restoran ini juga disambut oleh kru kabin pesawat (pramugari) yang mengenakan seragam khas Thai Airways. Inovatif bukan?

Kehadiran restoran tematik Thai Airways tentu saja mendapat sambutan meriah calon 'penumpang' yang sudah kangen menikmati atmosfer pesawat udara. Tapi, tunggu dulu. Anda tidak bisa langsung masuk ke restoran ini tanpa memiliki "boarding pass" khusus.

Semua pelanggan yang hendak makan di restoran ini wajib melakukan reservasi secara daring untuk mendapatkan boarding pass. Selanjutnya, boarding pass itu cukup diunduh dan disimpan di gawai. Petugas di restoran nantinya akan memindai semua reservasi sebelum mengijinkan masuk. Sungguh unik, layaknya mau naik pesawat terbang saja.

Thai Airways tidak berhenti di restoran tematik itu. Maskapai ini juga membuka beberapa gerai di seputar kota Bangkok untuk menjual gorengan olahan sendiri yang disebut "Patong-Go". Gorengan seharga 50 baht atau sekitar Rp 23,300 per tiga potong ini ternyata sukses. Foto-foto antrian gorengan Thai Airways menjadi viral di medsos, khususnya di Thailand.

Menggoreng Patong-go di cabang Silom. Sumber: Chanat Katanyu / Bangkok Post
Menggoreng Patong-go di cabang Silom. Sumber: Chanat Katanyu / Bangkok Post
Sejatinya, Thai Airways sudah menjual Patong-Go sejak tahun 2019 di Chiang Mai, sebuah kota cantik di utara Thailand. Tetapi, penjualan gorengan ini berada di bawah merek dagang "Puff & Pie". Dan saat itupun fokus pelanggannya terbatas pada karyawan perusahaan dan pekerja di bidang Event Organizer yang kerap memesan snack box.

Puff & Pie sendiri adalah toko kue yang dikelola departemen catering dari Thai Airways yang mulai dibuka pada akhir tahun 1995. Namun, dengan konsep baru ala 'street food stall' seperti yang di cabang Silom, Bangkok, yang viral dan populer, Thai Airways pun sudah makin aktif menawarkan peluang waralaba bagi siapapun yang berminat berbisnis Patong-Go.

Keinginan untuk memperluas jaringan lewat waralaba tidak terlepas dari sukses gerai Patong-Go di cabang Silom - Bangkok. Gerai yang baru beroperasi pada 16 September 2020 lalu sangat sukses. Antrian sudah mulai memanjang sejak jam 05 pagi, padahal gerai ini baru dibuka jam 06.30. 

Kabarnya, hasil penjualan memang sangat menjanjikan. Dari lima gerainya di Bangkok menghasilkan penjualan rata-rata sekitar 10 juta baht. Silakan hitung dengan asumsi 1 baht = Rp 465. Cukup prospektif bukan?

Antrian pembeli Patong-go. Sumber: Chanat Katanyu / Bangkok Post
Antrian pembeli Patong-go. Sumber: Chanat Katanyu / Bangkok Post
Dibandingkan banyak maskapai lainnya, Thai Airways sangat inovatif. Selain memaksimalkan Thai Airways Catering dengan membuka resto tematik dan gerai patong-go, Thai Airways juga mengkreasi tas tangan dan tas jinjing yang dijual secara eksklusif via Thai Shop, toko online dari Thai Airways. 

Produk bertema "Life Vest X Lifestyle" tentunya bukan semacam tas bergaya biasa. Bahan baku pembuatan tasnya saja unik, yakni memanfaatkan bahan-bahas bekas peralatan emergency, seperti life-vest (baju pelampung) dan slide rafts (alat peluncur berupa perahu karet).

Sampai saat ini, seperti bisa dilihat di contoh brosur produk itu, produk yang ditawarkan berupa berbagai jenis tas tangan, tas jinjing, tempat pensil, dan lain-lain. Semuanya edisi terbatas. Sejak akhir Oktober lalu, Thai Airways sudah mulai menerima pemesanan tas secara daring via Thai Shop. Hasilnya fantastis. Dalam waktu singkat pemesanan sudah ditutup. Out of stock alias habis tidak tersisa.

Contoh produk berbahan baku 'life vest'. Sumber: Thai Airways/ www.thesmartlocal.com
Contoh produk berbahan baku 'life vest'. Sumber: Thai Airways/ www.thesmartlocal.com
Lalu bagaimana dengan bisnis utamanya? Apakah dengan makin berkibarnya "Thai Catering" dan "Thai Shop", lalu Thai Airways melupakan bisnis penerbangannya? Tentu saja tidak. Mari kita lihat kiprah berikutnya.

Untuk memaksimalkan armadanya yang lebih banyak nganggur, serta mencari penghasilan tambahan akibat anjloknya bisnis penerbangan global dan domestik, maka maskapai ini kembali meluncurkan produk terbarunya.

Pada tanggal 30 November 2020 nanti, Thai Airways akan meluncurkan sebuah penerbangan khusus yang melintasi 99 tempat suci di Thailand. Ide awalnya mengikuti 'Flights to Nowhere' yang kini sedang populer, yakni berangkat dan kembali ke bandara yang sama. Namun, rute dan 'tujuan' penerbangan ini sangat berbeda.

Penerbangan khusus ini didesain bagi semua penumpang yang berkeinginan sembahyang di atas pesawat sambil melintasi berbagai tempat suci berupa kuil-kuil Buddha di 31 provinsi. Para penumpang nantinya akan diberikan sebuah buku doa dan makanan khusus untuk penerbangan ini. Harga tiket dijual dengan harga dari 5,999 baht sampai 9,999 baht untuk penerbangan selama tiga jam. 

Masyarakat Thailand, yang mayoritas beragama Buddha, dikenal sangat religius. Pengalaman bersembahyang di udara sambil melintasi kuil-kuil di berbagai provinsi pasti akan menjadi suatu pengalaman religius yang tidak terlupakan. Mungkin inilah yang menjadi pertimbangan Thai Airways mengemas produk unik ini.

Berbagai terobosan Thai Airways boleh saja dianggap tidak akan banyak mengangkat kinerja bisnis maskapai ini secara keseluruhan. Tapi, setidaknya semangat pantang menyerah ini yang layak diapresiasi. Di tengah era disrupsi saat ini, yang penting pemegang kemudi di masing-masing perusahaan jangan sampai kehilangan kendali. Sekalipun harus keluar sejenak dari jalur bisnis biasa, tidak masalah. Yang penting, manajemen dan seluruh karyawan mau bahu-membahu untuk terus berjuang menembus badai.

Badai mungkin masih panjang. Tapi, bukankah ada pepatah, "No storm can last forever."

Kelapa Gading, 21 November 2020

Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1, 2, 3 , 4 

Catatan: Foto-foto yg digunakan sesuai keterangan di foto masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun