Meskipun kota kecil, tapi Anda bisa saja tersesat di gang-gang kecil bak labirin. Atau sengaja "tersesat". Ahmed, si pemandu wisata setempat, akhirnya keluarkan jurus pamungkas nya agar rombongan tetap mengikutinya. "Follow me, I'll show you the best spot for your Instragram photos".Â
Ternyata, jurus saktinya masih tetap gagal. Belum tahu dia, kalau wisatawan Indonesia itu sudah paling jago untuk urusan swafoto. Hampir semua sudut kota rasanya tidak luput difotoin. Bagi sebagian wisatawan Indonesia, urusan motret seakan lebih penting daripada menyimak cerita sejarah.
Namun perlu hati-hati. Konon Chefchaoen juga sangat terkenal di kalangan backpacker karena kemudahan mendapatkan narkoba. Kota ini diam-diam mempunyai reputasi sebagai pusat penanaman mariyuana di Maroko utara.
Kawasan pegunungan Rif dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil Cannabis (mariyuana). Meskipun barang haram ini sudah ditetapkan ilegal sejak kemerdekaan Maroko tahun 1956. Dan kemudian ditegaskan kembali soal larangan ini pada tahun 1974, tetapi di sebagian wilayah seperti Chefchaoen dan sekitarnya seakan ditolerir.
Maroko memang sudah lama dikenal sebagai penghasil utama tanaman kanabis yang terlarang ini. Ibarat cinta yang terlarang. Makin dilarang, makin dicari. Dan wilayah Chefchaouen adalah salah satu penghasil utama kanabis di Maroko.
Persinggahan di Chefchaoen berlalu cepat. Namun pesonanya seakan terus mengikuti kami, hingga kami meninggalkan Maroko. Dan kenangan bersamanya hingga kinipun tidak terlupakan.
Kelapa Gading, 25 Oktober 2020
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua foto-foto adalah koleksi pribadi, kecuali foto peta dari Lonely Planet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H