Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Chefchaouen, Kota Biru yang Menawan Hati di Maroko

25 Oktober 2020   11:14 Diperbarui: 25 Oktober 2020   12:39 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah jalan di Chefchaouen. Sumber: koleksi pribadi
Sebuah jalan di Chefchaouen. Sumber: koleksi pribadi
Sebagai sebuah destinasi yang menarik datangnya makin banyak wisatawan, termasuk backpacker, Chefchaoen juga memiliki cukup banyak hotel untuk melayani wisatawan Eropa yang biasanya datang di musim panas. Begitu juga kafe, restoran dan toko suvenir. Setidaknya terdapat sekitar 200 hotel di kota ini, yang kebanyakan bergaya butik hotel dan hotel- hotel kecil.

Meskipun kota kecil, tapi Anda bisa saja tersesat di gang-gang kecil bak labirin. Atau sengaja "tersesat". Ahmed, si pemandu wisata setempat, akhirnya keluarkan jurus pamungkas nya agar rombongan tetap mengikutinya. "Follow me, I'll show you the best spot for your Instragram photos". 

Ternyata, jurus saktinya masih tetap gagal. Belum tahu dia, kalau wisatawan Indonesia itu sudah paling jago untuk urusan swafoto. Hampir semua sudut kota rasanya tidak luput difotoin. Bagi sebagian wisatawan Indonesia, urusan motret seakan lebih penting daripada menyimak cerita sejarah.

Bersama Ahmed di alun-alun kota tua. Sumber: koleksi pribadi
Bersama Ahmed di alun-alun kota tua. Sumber: koleksi pribadi
Alun-alun kota tua, tempat biasanya kita semua berkumpul kembali sehabis 'walking tour' dipenuhi barisan kafe-kafe bergaya tradisional. Sangat sederhana. Di sini para wisatawan dan penduduk lokal saling berbaur. 

Namun perlu hati-hati. Konon Chefchaoen juga sangat terkenal di kalangan backpacker karena kemudahan mendapatkan narkoba. Kota ini diam-diam mempunyai reputasi sebagai pusat penanaman mariyuana di Maroko utara.

Kawasan pegunungan Rif dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil Cannabis (mariyuana). Meskipun barang haram ini sudah ditetapkan ilegal sejak kemerdekaan Maroko tahun 1956. Dan kemudian ditegaskan kembali soal larangan ini pada tahun 1974, tetapi di sebagian wilayah seperti Chefchaoen dan sekitarnya seakan ditolerir.

Maroko memang sudah lama dikenal sebagai penghasil utama tanaman kanabis yang terlarang ini. Ibarat cinta yang terlarang. Makin dilarang, makin dicari. Dan wilayah Chefchaouen adalah salah satu penghasil utama kanabis di Maroko.

Rumah biru di sebuah gang. Sumber: koleksi pribadi
Rumah biru di sebuah gang. Sumber: koleksi pribadi
Jadi sebaiknya jika ada yang nawarin, abaikan saja. Bilang saja, "I only love the Blue City". Juga, "Blue Sky". Bahkan, sebutin "Blue Band" pun boleh saja. Hahaha. Pokoknya, ada biru-birunya. Tetapi, katakan tidak untuk mariyuana. 

Persinggahan di Chefchaoen berlalu cepat. Namun pesonanya seakan terus mengikuti kami, hingga kami meninggalkan Maroko. Dan kenangan bersamanya hingga kinipun tidak terlupakan.

Kelapa Gading, 25 Oktober 2020
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua foto-foto adalah koleksi pribadi, kecuali foto peta dari Lonely Planet.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun