Perjalanan ke belahan selatan Prancis tidak akan pernah lengkap tanpa singgah di Monaco. Singgah memang kosa kata paling tepat! Pasalnya, baik penulis maupun sebagian besar grup turis yang ke Monaco, memang hanya singgah di negara mini yang super-duper mahal ini. Nginapnya di kota lain.
Ini negara selebritas, bung! Segalanya serba mahal di negara yang dikenal sebagai tax haven ini. Dari hotel, butik, kafe, sampai mobil yang berseliweran pun semuanya serba mahal! Tarif hotel-hotel di Monte Carlo bisa membuat turis dengan budget terbatas mundur teratur.
Sekali lagi, ini Monaco! Berbeda dengan kota-kota lain di sepanjang Riviera Prancis, Monaco terlihat sangat elegan dan glamour. Gaya hidup di sini bak dalam cerita telenovela ala Hollywood -- shopping, clubbing, yachting dan gambling!
Monaco, yang resminya disebut Principality of Monaco, adalah sebuah negara kerajaan yang berdaulat di Eropa Barat. Sistem pemerintahan yang dianut adalah Monarki-Konstitusional dengan Pangeran Albert II sebagai Kepala Pemerintahan.
Di tangan Keluarga Grimaldi, yang telah memerintah Monaco sejak 1297, negara mini ini menjadi sangat terkenal di Eropa, bahkan di dunia. Meskipun berdaulat, masalah keamanan sepenuhnya berada di bawah tanggung jawab Perancis.
Dengan luas hanya 2,1 km persegi dan populasi sekitar 38.300 jiwa, maka Monaco dikenal sebagai negara berdaulat terkecil kedua di dunia setelah Vatican.
Monaco juga sangat sering disebut sebagai tax haven, karena negara ini tidak menerapkan pajak pendapatan ke warganya. Maka tidaklah mengejutkan ketika sejumlah besar warga sangat kaya Eropa pun lebih memilih domisili di Monaco.
Para warga kelas atas ini termasuk para selebritas dunia. Di antaranya, bintang film, petenis top, hingga para pembalap Formula One. Novak Djokovic, Caroline Wozniacki, Nico Rosberg dan Lewis Hamilton adalah beberapa pesohor yang kini tinggal di Monaco.
Memasuki kota ini, mata kita segera terpukau oleh berbagai mobil mewah yang berseliweran seperti BMWÂ Convertible, Bentley, Porche, Jaguar, McLaren, Lamborghini, dan lain-lain.Â
Kilauan mobil-mobil super mahal itu seakan bersaing dengan ratusan yacht mewah yang diparkir rapi di Port Hercules dan Port de Fontvieille.
Para selebritas dunia juga sering tertangkap lensa paparazzi berpesta di atas yacht mewah di sini. Monaco memang seolah sebuah dunia yang berbeda.
Bagaimana negara mini ini bisa menyulap segala kelemahan topografinya yang berbukit batu dan ketidak-tersediaan sumber daya alam menjadi salah satu negara kecil dengan pendapatan tertinggi di dunia?Â
Pariwisata dan perbankan adalah jawabannya. Sektor pariwisata bahkan menjadi salah satu penyumbang devisa nomor satu bagi Monaco.
Sejarah Monaco cukup panjang dan sangat berliku, mirip jalan-jalan di Monte Carlo. Tetapi, kita langsung saja membalap ke tahun 1911 ketika Pangeran Albert I mengeluarkan Konstitusi Pertama. Sampai era itu bisa dibilang Pangeran Monaco adalah penguasa absolut. Selanjutnya, setelah kematian kakeknya Pangeran Louis II pada 1949, Pangeran Monaco Rainer III pun naik takhta.
Perjanjian ini secara spesifik menyatakan bahwa jika tidak ada ahli waris dari dinasti Grimaldi, Monaco tetap akan menjadi sebuah negara independen. Sedangkan aspek pertahanan masih menjadi tanggung jawab Prancis.
Pada 31 Maret 2005, Pangeran Rainier III yang sudah tidak kuat melaksanakan tugas kenegaraannya karena usia tua, akhirnya melepaskan kekuasaannya ke tangan anak lelaki satu-satunya dan sekaligus pewaris tunggal takhta Monaco, Pangeran Albert Alexander Louis. Enam hari kemudian, pada 6 April 2005, Pangeran Rainier III wafat setelah bertakhta selama 56 tahun.
Mengenang sejarah mutakhir Monaco, maka tidak bisa tidak, nama Puteri Grace (Grace Kelly) pun segera melintas.Â
Sejak kedatangannya ke Istana Pangeran Monaco sebagai permaisuri dari Pangeran Rainier III, maka kehidupan keluarga kerajaan ini pun bak selebritas yang selalu disorot media.
Grace Kelly (1929-1982) sebelumnya dikenal sebagai seorang artis terkenal asal Amerika Serikat. Dia bahkan pernah menyabet Academy Award dalam penampilannya di film "The Country Girl".
City tour di Monaco paling ideal diawali di sekitar Place du Palais (Palace Square) yang meliputi Istana Pangeran Monaco, Benteng, Katedral dan Museum. Semua tempat-tempat bersejarah ini berdiri di atas gunung batu yang disebut the Rock of Monaco.
Dari gedung parkir menuju ke Istana Pangeran Monaco, kita akan melewati Oceanographic Museum yang dibangun Pangeran Albert I, mantan perwira Angkatan Laut dan sekaligus peneliti kelautan. Di museum ini kita bisa menyaksikan berbagai koleksi ilmiah yang terdiri dari berbagai jenis biodata laut.
Selanjutnya, berjalan terus menyusuri Avenue Saint Martin, kita akan tiba di depan Katedral Monaco atau resminya disebut "Cathedral of Our Lady Immaculate".Â
Katedral bergaya neo-romanesque dan berwarna 'broken white' itu, mulai dibangun pada januari 1875 dan diresmikan tahun 1884.Â
Katedral tersebut menjadi kian terkenal, karena di salah satu bagian katedral ini terdapat makam Grace Kelly. Permaisuri dan mantan bintang film rupawan ini sangat dicintai rakyat Monaco.
Dari pelataran katedral, terus menyusuri jalan kecil Rue Colonel Bellando de Castro yang dipenuhin toko dan kafe, kita segera tiba di depan Place du Palais atau Alun-alun Istana.
Sejak itulah, benteng dan istana ini pun menjadi bagian tidak terpisahkan dari sejarah Monaco dan menjadi objek rebutan para penguasa di masa lalu. Sampai akhirnya pada Mei 1814, ketika Prancis menyerahkan kembali Monaco ke tangan Keluarga Grimaldi, Istana Monaco sedang dalam keadaan rusak parah.
Adalah Pangeran Rainier III yang patut mendapatkan kredit dengan merestorasi sebagian besar kemegahan istana seperti kondisi saat ini.Â
Jika Anda tiba di depan istana sebelum siang, maka jangan pernah lewatkan menyaksikan seremoni 'Changing of the Guards' yang dimulai jam 11.55 tiap hari.
Para pengawal istana itu tampil dengan seragam lengkap berwarna putih yang hanya digunakan selama musim panas. Sementara di musim dingin mereka berganti seragam berwarna hitam. Dan konon kabarnya seremoni dan tradisi ini telah berlangsung lebih dari 100 tahun!
Meskipun kawasan sekitar Istana Pangeran Monaco sangat mengesankan bagi banyak pelancong, tapi kehidupan sesungguhnya di Monaco hanya berputar di tiga spot di Monte Carlo, salah satu distrik di Monaco.
Monte Carlo memang identik dengan kasino dengan nama yang sama -- Casino de Monte-Carlo. Inilah salah satu kasino tertua dan paling terkenal tidak hanya di Monaco, tapi juga di seluruh dunia.
Kasino dengan arsitektur elegan karya Charles Garnier (yang juga membangun Opera di Paris) ini dibangun tahun 1863, atas gagasan pengusaha kasino Francois Blanc dan Pangeran Charles III dari Monaco.Â
Berbeda dengan kasino-kasino di era moderen, Kasino Monte Carlo dibangun sangat mewah, dengan lukisan serta hiasan yang terpasang di setiap inci bangunan, layaknya sebuah istana saja.
Maka tidaklah mengherankan reputasi ini menarik banyak sutradara kondang yang sering menggunakannya sebagai lokasi syuting berbagai film box office dunia. Antara lain, "Never Say Never Again" dan "Golden Eye" (James Bond), "Ocean's Twelve", dan lain-lain.
Sejak dibuka tahun 1863, hotel legendaris ini sudah terkenal sebagai salah satu yang terbaik pada masa itu dan terus populer hingga kini.
Tamu-tamu yang menginap disini bisa dipastikan dari kalangan atas, baik dari dunia politik, olahraga sampai dunia hiburan. Dan berkat reputasi nan cemerlang itulah, maka hotel ini pun lalu sering meraih berbagai penghargaan terbaik dari beberapa majalah perjalanan terkemuka di dunia, seperti Conde Naste Traveler, dll.
Tempat ketiga yang juga sangat terkenal adalah Cafe de Paris yang telah beroperasi sejak tahun 1962. Kafe tempat banyak orang terkenal makan dan kongkow ini adalah salah satu kafe tertua di Monaco. Di musim balapan GP Monaco atau saat turnamen Monte-Carlo Masters berlangsung, para pembalap dan petenis top kerap terlihat di kafe ini.
Dari teras kafe ini kita bisa mendapatkan pemandangan terbaik ke arah Casino Monte Carlo. Setiap pengunjung kasino, yang naik-turun berbagai mobil mewah terlihat jelas. Duduk di kafe ini memang bukan hanya soal makan dan minum, tapi lebih ke 'to see and to be seen'.
Balapan di jalanan Monte Carlo menyajikan tingkat ketegangan tertinggi dan nilai hiburan fantastis! Gaya penonton di F1-GP Monaco saja sudah merupakan suatu atraksi menarik. Mereka datang ke Monte Carlo bukan hanya lewat mobil-mobil super mewah atau yacht pribadi, tapi banyak juga dengan jet pribadi yang diparkir di bandara Nice.
Masih banyak hal-hal mencengangkan di Monaco. Tetapi, sebelum kami kian pusing memikirkan segala keglamoran itu, lebih baik segera kembali ke dunia nyata -- masuk dalam bus kami yang telah siap mengantar kami ke hotel di kota Nice, sekitar 20 km dari Monte Carlo.
Dalam perjalanan menuju hotel di Nice, penulis sempat melihat bendera Monaco yang berwarna merah-putih. Ah, setidaknya ada juga yang sama antara kami dengan negara mini nan kaya itu.
Kelapa Gading, 17 September 2020
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Foto-foto adalah koleksi pribadi, kecuali satu foto balapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H