Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bisnis Pariwisata Menuju ke Destinasi Krisis

19 Agustus 2020   08:50 Diperbarui: 19 Agustus 2020   15:53 1473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut data yang dilansir "World Economic Forum", sektor pariwisata Spanyol menyumbang sekitar 14.3% ke PDB-nya, sedangkan Italia tercatat 13%. Selain itu, tentu tidak boleh lupakan sebaran masyarakat kedua negara yang terkait dengan sektor padat karya ini, baik langsung maupun tidak.

Negara2 yg rentan krisis akibat dampak covid ke pariwisatanya. Sumber: www.weforum.org
Negara2 yg rentan krisis akibat dampak covid ke pariwisatanya. Sumber: www.weforum.org
Negeri matador Spanyol rata-rata menerima 83 juta wisatawan mancanegara setiap tahun. Suatu angka yang mengangkat posisi Spanyol sebagai negara nomor dua terbanyak menerima wisatawan setelah Prancis. Dan Italia menyambut tidak kurang dari 62 juta wisatawan mancanegara di tahun 2018, lalu menigkat ke 64.8 di tahun 2019 lalu.

Namun, sejak Maret lalu, kedua negara terjangkit covid-19 ini nyaris tidak menerima kunjungan wisatawan. Bahkan sejak Juni lalu, ketika kedua negara ini mulai dibuka untuk perjalanan dalam wilayah Schengen (Eropa), pun tidak mampu menghalau kabut tebal yang seakan menjadi sinyal badai krisis sudah di depan mata.

Negara-negara Eropa lainnya, yakni Inggris dan Jerman yang secara tradisional termasuk paling banyak mendukung pariwisata Spanyol, masih memberlakukan travel warning untuk warganya agar tidak mengunjungi Spanyol dalam waktu dekat. 

Belum lagi, negara-negara penyuplai wisatawan ke Spanyol, Italia dan negara-negara Eropa lainnya dengan tingkat pembelanjaan tertinggi justru berasal dari negara-negara Asia, misalnya China, Korea dan Jepang, yang hingga kini masih berjuang melawan covid-19.

Piazza San Pietro, Vatikan, Roma. Sumber: dokpri
Piazza San Pietro, Vatikan, Roma. Sumber: dokpri
Yang tidak kalah menderita dengan anjloknya pariwisata adalah negara-negara kepulauan mungil di wilayah Laut Karibia. Negara-negara seperti Bahamas, Jamaica, Antigua dan Barbuda, St. Lucia, dan lain-lain, yang sangat tergantung ke kunjungan wisatawan mancanegara, bakal terpukul telak. Pasalnya, sekitar 50% atau lebih ekonomi dari sebagian besar negara-negara di perairan terkenal ini tergantung dari pariwisata.

Meskipun saat ini termasuk 'cheap period' (low season) alias belum puncak musim turis, tapi dengan covid-19 mengintai AS, negara utama penyokong pariwisatanya, hotel-hotel pun sepi pengunjung. 

Biasanya, meskipun belum musim cruise-ship, tapi tetap masih banyak wisatawan yang berlibur ke wilayah ini sambil berdoa tidak dihantam topan cantik nan merusak.

Kini mereka hanya bisa menanti kembalinya kunjungan kapal-kapal pesiar besar yang biasanya mengarungi kawasan Karibia antara Desember hingga April (peak season). Itu pun jika covid-19 berakhir sebelum musim puncak pariwisata itu tiba.

Bagaimana dengan kondisi pariwisata di tanah air? Jika industri penerbangan mulai beringsut naik, khususnya penerbangan domestik. 

Dan industri perhotelan makin kreatif menawarkan berbagai paket khusus semacam Staycation, bahkan ada yang menawarkan layanan pesan-antar makanan. Setidaknya, memastikan kitchen mereka tetap bisa mengepul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun