Jika pulau-pulau di Indonesia diibaratkan untaian ratna mutu manikam, maka Sumba pasti salah satu permatanya yang cemerlang. Betul, Sumba!
Ketika pertama kali mendengar nama Sumba disebut sebagai destinasi berikut sebagai tujuan 'photo hunting trip'Â selanjutnya, tanpa berpikir dua kali, penulis langsung respons cepat di grup WhatsApp tersebut, "Saya ikut!". Dan sejak saat itu jugalah imaji-imaji memesona dari salah satu pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur ini seakan membayang di depan mata. Penantian hari keberangkatan pun seakan berjalan begitu lambat.
Akhirnya, hari yang telah lama dinanti pun tiba. Dari Jakarta ke Sumba, penulis memilih transit via bandara Ngurah Rai, Denpasar, kemudian melanjutkan penerbangan ke Waingapu di Sumba Timur. Posisi tempat duduk di dekat jendela memberikan bonus pemandangan aduhai.
Pulau Sumba terlihat kering tapi eksotis. Dan Nam Air dengan nomor penerbangan IN-662 sungguh mengesankan - tepat waktu! Â Hanya 1 jam 20 menit kami pun mendarat mulus di bandara Umbu Mehang Kunda.
Langit Sumba pun terlihat begitu cemerlang, seakan menyambut kami. Inilah salah satu destinasi impian para fotografer lanskap maupun pecinta perjalanan. Begitu juga para sineas kenamaan makin kerap bertandang ke pulau ini memilih lokasi terbaik untuk syuting film-film mereka.
Dari bandara menuju Hotel Padadita yang berlokasi di tepi pantai hanya sekitar 15 - 20 menit. Meskipun diberikan waktu untuk beristirahat di hotel, tapi sepertinya semua peserta sudah tidak sabar untuk memulai petualangan di pulau ini.
Waingapu adalah ibukota Kabupaten Sumba Timur. Dengan populasi sekitar 52,755 jiwa, Waingapu pun menjadi kota terbesar di Sumba Timur dan sekaligus terpadat di seluruh pulau Sumba.Â
Dalam kunjungan selama empat hari, di awal November 2018 lalu itu, penulis hanya mengunjungi wilayah Sumba Timur. Awalnya, waktu empat hari diperkirakan cukup, tetapi ternyata masih kurang. Pesona Sumba terlalu indah untuk dinikmati ala fast food.