Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Adu Balapan ala "Makepung" di Jembrana

8 Agustus 2020   10:23 Diperbarui: 10 Agustus 2020   01:54 1843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memotret Makepung di Jembrana. Sumber: Koleksi pribadi

Cerita balapan di dunia satwa ternyata telah berlangsung ratusan tahun lalu. Mulai dari balapan unta, kuda, anjing, burung unta, sapi dan lain-lain. Di Indonesia sendiri kita mungkin pernah dengar Pacuan Kuda di Bima dan Sumba, Karapan Sapi di Madura, Pacu Jawi di Sumbar. Dan kini, mari ikutin penulis mengenal Balapan Kerbau di Jembrana yang disebut Makepung.

Bagi yang kerap ke Bali sekalipun, nama Jembrana mungkin hanya sayup-sayup terdengar. Maklum saja, Bali lebih dikenal dengan kawasan pantai, danau dan desa wisata, seperti Kuta, Sanur, Kintamani, Ubud, dan seterusnya. Namun, berbeda bagi penyuka balapan satwa. Nama Kabupaten Jembrana seakan identik dengan Makepung. 

Nama Jembrana ikut melambung seiring dengan kian populernya atraksi Makepung. Apalagi setiap perhelatan Makepung selalu dibanjiri ratusan hingga ribuan penonton, termasuk media, wisatawan maupun pehobi fotografi.

Memotret Makepung di Jembrana. Sumber: Koleksi pribadi
Memotret Makepung di Jembrana. Sumber: Koleksi pribadi
Ibukota Kabupaten di ujung barat Pulau Bali ini adalah Kecamatan Negara, yang terletak sekitar 95 km dari Denpasar. Dari ibukota provinsi Bali ini, Negara bisa dicapai dalam waktu sekitar 2.5 -- 3 jam dengan berkendara melalui rute Jl. Raya Denpasar -- Gilimanuk. Cukup jauh! Sehingga sangat disarankan untuk  menginap di kota Negara, jika hendak menyaksikan Makepung yang biasanya dimulai pagi hari.

Nama Negara dan Jembrana mungkin lebih dikenal para pelintas Jawa - Bali lewat darat yang menyeberang dari Ketapang - Gilimanuk. Pasalnya, dari pelabuhan ini menuju Denpasar, pasti akan melewati Kecamatan Negara, Jembrana. Sebagian bus wisata rute Jawa - Bali Overland pun ada yang singgah di kota ini sejenak, meskipun hanya sekedar coffee stop.

Tradisi Makepung konon telah berlangsung sejak tahun 1930-an di Kabupaten Jembrana. Lalu, "Apa itu Makepung?" Begitulah pertanyaan yang muncul seketika, bila mendengar nama ajang balap kerbau ini.

Kejar-kejaran di Makepung. Sumber: Koleksi pribadi
Kejar-kejaran di Makepung. Sumber: Koleksi pribadi
Makepung berarti 'berkejar-kejaran' alias balapan dengan menggunakan dua ekor kerbau. Tradisi ini telah lama melekat di masyarakat agraris Bali, khususnya di wilayah Jembrana dan sekitarnya.

Ada dua jenis tradisi perlombaan di sini, yakni Makepung yang dilakukan untuk merayakan berakhirnya panen. Dan satunya lagi disebut Makepung Lampit untuk menandai dimulainya menanam padi.

Apa bedanya? Jika di Makepung, dua ekor kerbau itu menarik si joki yang naik sebuah gerobak. Lain lagi di Makepung Lampit. Di sini si joki menggunakan lampit, yaitu semacam alat untuk membajak sawah.

Tentunya ada perbedaan lainnya, misalnya arena dan trek yang digunakan, dll. Namun, kali ini mari fokus pada Makepung saja, yang penulis pernah saksikan dalam suatu perjalanan ke Jembrana beberapa tahun lalu.

Makepung ternyata begitu memikat banyak penonton, baik lokal maupun dari berbagai wilayah sekitarnya. Maklum saja, balapan ala Makepung memang sangat atraktif, menegangkan, dan sarat dengan adegan yang memicu adrenalin.

Makepung yg atraktif. Sumber: Koleksi pribadi
Makepung yg atraktif. Sumber: Koleksi pribadi
Mulai dari garis start hingga finish selalu menyajikan keseruan yang mendebarkan. Meskipun tidak bisa dibandingkan dengan Balapan Formula 1, tapi di 'Formula' Makepung pun ada tikungan tajam yang menebar ketegangan dan aksi-aksi sensasional dari para joki.

Dan seperti lazimnya setiap atraksi budaya yang menarik, berita-berita dan foto-foto dari ajang ini pun menyebar ke seantero negeri. Apalagi di era ketika sosmed dan berbagai platform percakapan lainnya begitu mendominasi sumber informasi.

Begitulah, untuk menjawab antusiasme yang tinggi tersebut, sekaligus demi melestarikan tradisi Makepung, maka Pemda setempat pun mulai menjadikannya sebagai acara budaya tahunan. Selanjutnya,  menempatkan atraksi budaya ini dalam agenda tahunan di "Bali Calendar of Events". Beberapa kejuaraan Makepung pun diselenggarakan, misalnya Bupati Cup, Gubernur Cup dan Jembrana Cup. Sayang sekali pandemi covid-19 telah menghadang laju Makepung ini.

Selain itu, aturan-aturan lomba pun mulai diatur. Kondisi kompetisi juga ditetapkan. Dalam aturan perlombaan, misalnya, para peserta dibagi dalam dua kelompok berbeda. Ada kelompok Ijogading Barat dengan bendera hijau. Dan ada kelompok lainnya yang disebut Ijogading Timur berbendera merah.

Pembagian ini konon berdasarkan aliran Sungai Ijo Gading yang membelah ibu kota Kabupaten Jembrana. Hal lainnya terkait dengan kriteria pemenang. Hanya ada juara kelompok dan tidak ada juara individu.

Kerbau-kerbau yg bersiap lomba. Sumber: Koleksi pribadi
Kerbau-kerbau yg bersiap lomba. Sumber: Koleksi pribadi
Pagi itu, di suatu akhir pekan di awal September ceria, langit jembrana begitu berbinar. Seakan ikut merasakan antusiasme warga masyarakat Jembrana yang siap menyaksikan Makepung. Jalan-jalan di sekitar salah satu sirkuit Makepung terlihat lebih ramai dari biasanya. Ratusan kerbau dengan pasangan masing-masing pun sudah nyalon sejak subuh, bak pengantin yang siap ke pelaminan.

Di salah satu sudut sirkuit berbentuk U nan luas itu, telah berkumpul ratusan fotografer, jurnalis, dan wisatawan. Sementara, di sepanjang trek yang akan dilewati, juga sudah mulai dipenuhi warga lokal yang tidak mau melewatkan hiburan nan atraktif ini. Dan tentunya juga gratis!

Trek sirkuit sekitar 2 km itu sudah disiapkan. Panitia ikut sibuk mengatur penonton agar berdiri di sisi kiri-kanan trek dan wajib berhati-hati. Di Makepung ini, resikonya bukan hanya bisa ditabrak kerbau, tapi kerbau berikut gerobaknya. Bisa fatal, bukan?

Di lapangan yang mulai sesak dengan puluhan pasangan kerbau, para fotografer mulai membidik kameranya. Klik, klik, klik! Seakan 'mencuri start' memotret model di belakang panggung. Memang menarik juga memotret wajah kerbau yang didandanin. Close up!

Kerbau yg tampil modis. Sumber: Koleksi pribadi
Kerbau yg tampil modis. Sumber: Koleksi pribadi
Kerbau-kerbau lomba ini tampil bak peragawan. Mereka terlihat kinclong, dengan kulit bersih dan hiasan leher yang disebut keroncongan dan mahkota berwarna keemasan. Sungguh modis! Sedangkan gerobak-gerobak juga dipasangi bendera masing-masing kelompok -- hijau dan merah.

Inilah pesta para kerbau Jembrana. Joki-joki dengan seragam hijau dan merah ada di mana-mana. Suasana bak sebuah pasar kerbau yang besar. Oh, mungkin bukan pasar, tapi 'pesta' para kerbau dan jokinya! Inilah Makepung!

Kerbau-kerbau pacuan, yang diatur berpasangan, diikat pada sebuah gerobak yang disebut cikar dan dikemudikan seorang joki. Sang joki berpakain ala prajurit Kerajaan di Bali zaman dulu, yaitu memakai destar (ikat kepala). Dan berbeda dengan Pacu Jawi di Sumbar, sang joki di sini membawa pecut!

Si Joki dengan pecutnya. Sumber: Koleksi pribadi
Si Joki dengan pecutnya. Sumber: Koleksi pribadi
Selanjutnya, bagaimana konsep kompetisinya? Sudah pasti juga unik. Cara menilainya bukan dari pasangan kerbau mana yang tiba di garis finish paling cepat. Lalu? Nah, di sinilah keunikan lainnya. Jika si joki yang berada di depan sukses menjaga jarak 10meter dari saingan di belakangnya, maka dia lah pemenangnya.

Sebaliknya, jika lawannya berhasil memperpendek jarak 10 m itu, maka sang lawannya yang menang. Bingung? No problem. Ini hiburan rakyat bro. Jadi cukup dinikmati, tidak perlu ikut pusingin aturan main yang tidak biasa tadi.

Mari jadi seperti penonton saja, yang sebetulnya juga tidak tahu siapa yang nanti jadi pemenangnya. Pasalnya, banyak sekali pasangan kompetitor dari kedua kelompok yang terus bersaing di sirkuit ini. Saling mengalahkan, dari babak ke babak. Jadi, nikmati saja semua keceriaan, kehebohan dan sesekali ikut merasakan ketegangan lomba nan seru ini. Pada ujungnya, tentu akan diketahui siapa kelompok yang menang, setelah panitia menghitung total kemenangan dari semua babak.

Arena pacuan Makepung sangat luas dan menampilkan banyak momen menarik bagi para fotografer. Berbeda dengan arena Pacu Jawi yang lebih pendek dan hanya ada satu pasang sapi per sesi lari. Di sini, sekali lomba bisa beberapa pasang kerbau yang saling kejar-kejaran.

Kejar-kejaran di sirkuit yang kering ini menimbulkan sedikit badai debu bagi pasangan kerbau di belakangnya. Dan foto kerbau-kerbau dengan debu beterbangan adalah momen yang tidak kalah menarik untuk diabadikan.

Berbelok di tikungan. Sumber: Koleksi pribadi
Berbelok di tikungan. Sumber: Koleksi pribadi
Ada beberapa spot ideal untuk memotret balapan ini. Selain di ujung trek lurus, agar mendapatkan suatu foto dengan beberapa peserta lomba sekaligus. Dan satunya lagi dengan posisi yang lebih strategis adalah di dekat tikungan, ketika pasangan kerbau dan gerobaknya berbelok tajam. Sungguh seru dan mendebarkan! Seakan menyaksikan Lewis Hamilton menikung tajam di Monaco Grand Prix! Hahaha.

Satu-satunya hal yang membuat penulis sedikit galau, yaitu melihat pecut-pecut yang mendera punggung kerbau. Pecutan itu dilakukan agar kerbau-kerbau itu berlari kian menggila. Kerisauan yang sama dirasakan juga sebagian penonton lainnya. Meskipun untuk hal ini, para pemilik kerbau berusaha meyakinkan bahwa luka-luka itu akan cepat sembuh dengan obat tradisional mereka.

Bagaimanapun juga, semoga ke depannya ada cara lain untuk memacu si kerbau berlari kencang tanpa harus memukulinya. Biarlah kegembiraan berlomba menjadi milik bersama -- para penonton, pemilik kerbau, joki-joki, dan kerbau-kerbau itu juga.

Makepung sungguh menarik. Jika anda ke Bali lagi, jangan hanya ke Kuta, Seminyak, Ubud, dan lain-lain. Jangan lupa, di Bali juga ada Jembrana! Dan di sana Makepung menantimu.

Kelapa Gading, 8 Agustus 2020
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan:
Semua foto-foto adalah koleksi pribadi. Sebagian sdh pernah ditayangkan di akun IG @tonnysyiariel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun