Berdasarkan 'Calendar of Events' Provinsi Sumbar 2020, Pacu Jawi direncanakan berlangsung setiap Sabtu dari Februari hingga akhir November 2020, di Kabupaten Tanah Datar. Nyaris sepanjang tahun, kalau saja tidak dihadang si covid-19 yang mengganggu jadwal pacuan ini.
Yang tidak kalah uniknya, lokasi Pacu Jawi bisa berpindah-pindah, dari satu nagari ke nagari lainnya di wilayah Kabupaten Tanah Datar. Nagari adalah suatu wilayah administratif setingkat desa.
Konon, ini sudah menjadi kesepakatan bersama antara empat kecamatan di Tanah Datar, yakni Sungai Tarab, Pariangan, Lima Kaum dan Rambatan, yang secara keseluruhan memiliki 26 nagari. Jadi setidaknya, setiap nagari pasti kebagian menyelenggarakan Pacu Jawi.
Bagi yang pernah mendengar Karapan Sapi di Madura yang juga sangat terkenal, mungkin saja mengira ini jenis aktivitas budaya yang sama. Memang tidak terlalu salah, setidaknya kedua pacuan ini menggunakan pasangan sapi.
Bekas sawah yang disulap menjadi arena balapan ini selalu basah dan berlumpur dengan kedalaman mencapai 30cm. Di sinilah serunya Pacu Jawi!
Jika berlomba di tanah kering berdebu saja sudah seru, apalagi di arena basah dan berlumpur. Medan pacuan yang berat serta percikan lumpur membuat Pacu Jawi terlihat begitu dramatis. Maka, tidak heran, dari pacuan ke pacuan, selain dikerumunin warga lokal dan wisatawan, lensa-lensa panjang dari kamera para fotografer ikut mewarnai area sekitar Pacu Jawi.
Dalam lintasan berlumpur sepanjang 100-250 meter, sapi-sapi yang diatur berpasangan, diikat ke sebuah alat bajak dari kayu. Dan sang joki sapi berdiri persis di belakangnya di atas alat bajak tadi, sambil memegang ekor sapi untuk mengendalikan keduanya.
Jangan berharap ada 'balapan' antara satu pasangan sapi dengan pasangan lainnya. Meskipun disebut 'balapan sapi', tapi acara ini sejatinya bukan adu balapan sapi seperti di pacuan lainnya, misalnya di Karapan Sapi, Madura. Setiap peserta yang terdiri dari sepasang sapi dan seorang joki akan berlari secara bergiliran.
Lalu bagaimana menilainya? Nah, para penonton tentunya menyukai pasangan sapi yang mampu berlari cepat dan lurus ke depan, dari garis start hingga finish di ujung kolam berlumpur itu. Jika tidak dikendalikan, sesekali ada saja pasangan sapi yang berlari menyerong ke kanan atau seruduk ke kiri, yang membuat para penonton lari berhamburan. Berlari lurus pasti ada makna filosofisnya.