Ini Verona, bukan Corona! Yang pertama dicintai, yang kedua sebisa mungkin dijauhi. Nama Verona tidak bisa dilepaskan dari lakon "Romeo and Juliet" yang ikut mengangkat nama kota ini ke puncak ketenaran.
William Shakespeare pun mungkin tidak pernah membayangkan bahwa kota favoritnya, tempat setting beberapa karyanya, saat ini justru menjual nama lakon-lakonnya sebagai daya tarik kota Verona. Salah satu mahakaryanya yang paling sering diasosiasikan dengan kota Verona adalah roman "Romeo and Juliet", kisah cinta antara dua remaja dari dua keluarga yang saling bermusuhan, yang berakhir tragis.
Franco Zeffirelli kemudian membuat filmnya (1968), dengan bintang utama Olivia Hussey (Juliet) dan Leonard Whiting (Romeo) dan berhasil menyabet 2 (dua) Academy Awards dan 3 (tiga) Golden Globe Awards. Setelah film Zeffirelli ini, masih ada beberapa film adaptasi lainnya yang dibuat berdasarkan tragedi ini. Semua film-film ini makin mengangkat pamor Verona sebagai kota Romeo dan Juliet.
Verona memang sulit melepaskan diri dari stempel kota "Romeo & Juliet". Roman ini begitu kuat menancap di bumi Verona, sehingga hampir setiap orang Verona bisa menunjukkan kepada anda 'rumah' Juliet yang sekarang dijadikan Museum Juliet.
Via Mazzini, pedestrian paling populer di Verona yang memanjang dari Piazza Bra sampai ke Via Capello seakan memberikan ucapan 'Selamat Datang' kepada semua pengunjung. Dan hampir semua turis yang melewati jalan ini bisa dipastikan sedang menuju atau baru kembali dari "The House of Juliet".Â
Verona adalah sebuah kota indah di Italia utara, ibukota dari Propinsi Verona dan berada di wilayah Veneto. Kota berpenduduk sekitar 259 ribu ini berada di suatu persimpangan yang sangat strategis, yakni antara Milan ke Venice dan dari Italia ke Eropa tengah melalui pegunungan Brenner Pass yang menawan.
Kota ini dapat dicapai dari berbagai jurusan dengan mudah, dengan kereta api maupun bus. Dari Milan ke Verona berjarak sekitar 160 km atau dua jam perjalanan dengan bus. Dan hanya 105 km atau 1.5 jam dari arah Venice.
Memasuki kota ini dari arah jalan tol (autostrada A4), kita segera melihat wajah Verona yang tampaknya tidak berbeda jauh dengan kota-kota baru lainnya di Italia. Tetapi, begitu melewati Porta Nuova (New Gate), kita segera melihat wajah berbeda dari kota tua ini.
Apalagi ketika melewati gerbang kota dengan hiasan lonceng di tengahnya. Suatu pemandangan kota yang sangat spektakular segera terpampang di depan kita! Sebuah alun-alun indah dengan taman air mancur segera membetot perhatian kita. Inilah Piazza Bra yang terkenal.
Di era kekuasaan Venezia, rumah kalangan atas, perwakilan negara asing, bangunan militer, akademi, teater, dan lain-lain, semuanya dibangun di sekitar Piazza Bra.
Berdiri di balik pintu gerbang kota sambil memandang ke seputar Piazza Bra, maka mata kita segera dimanjakan dengan begitu banyak pesona-pesona Verona yang seakan bertumpuk di kawasan ini.
Di tengah alun-alun dihiasi oleh sebuah taman indah dengan air mancur yang dihiasi plakat dari UNESCO. Plakat itu telah mencantumkan kota tua Verona sebagai salah satu "World Heritage City". Sementara air mancur itu adalah donasi dari kota Munich yang merupakan sister city dari Verona.
Di seberang taman berdiri dengan kokoh sebuah amphitheatre bergaya Romawi. Itulah Arena yang sangat terkenal sebagai salah satu warisan paling berharga di Verona. Dibangun pada abad ke-1 sesudah Masehi, atau sekitar 50 tahun sebelum Colosseum - Roma dibangun, Arena telah digunakan untuk berbagai kegiatan sejak zaman dulu.
Mulai dari Gladiator sampai berbagai pementasan drama atau konser musik. Arena adalah ampitheater ketiga terbesar di dunia setelah Colloseum- Roma dan Arena di Capua. Dengan panjang 140 meter dan lebar 110 meter, Arena dulunya mampu menampung sekitar 30,000 penonton. Tetapi, untuk pertunjukan konser atau opera, Arena saat ini hanya menyediakan maksimum 15,000 tempat duduk.
Arena ini juga sudah ditetapkan sebagai venue untuk acara penutupan Olimpiade Musim Dingin 2026, yang rencananya diselenggarakan di Milan dan Cortina d'Ampezzo, kawasan resort di utara Italia.
Sekilas, deretan bangunan di sini mengingatkan kita pada jejeran rumah-rumah di atas air di Venezia yang penuh warna-warni menawan. Tak terlalu salah, karena Verona memang pernah menjadi bagian dari Republik Venezia antara 1405-1797.
Bangunan pertama setelah pintu gerbang adalah gedung Philharmonic Theatre yang dibangun pada tahun 1732 oleh arsitek Bibiena. Lalu sebuah portico ditambahkan di bagian depan pintu masuk yang seakan melindungi para kaum bangsawan memasuki teater ini.
Bangunan lainnya di kawasan ini juga dilengkapi dengan portico berwarna hijau lumut yang teduh. Konon, bangunan-bangunan indah ini adalah istana para bangsawan zaman dulu, tetapi kini bagian depan (lantai dasar) bangunan-bangunan ini telah beralih fungsi menjadi cafe dan ristorante.
Dari Piazza Bra, cobalah terus berjalan menyusuri Via Mazzini - sebuah pedestrian paling terkenal di Verona - ke arah Piazza Delle Erbe. Sepanjang jalan ini, kita bisa menikmati window shopping yang mengasyikan dari deretan butik-butik mahal dari berbagai merek kondang di dunia mode, khususnya dari Italia. Inilah salah satu jalan paling populer bagi semua kalangan, bukan hanya turis mancanegara, tapi juga bagi warga lokal.
Di ujung Via Mazzini, kalau belok ke kiri kita segera tiba di Piazza Erbe. Tapi kalau belok ke kanan (via Capello), yang dilakukan hampir sebagian besar turis, maka kita segera menemukan sebuah plang berwarna coklat dengan tulisan "Cassa di Giulietta".
Rasanya tidak asing dengan nama "Giulietta". Aha, saya segera menemukan jawaban di balik pintu gerbang rumah ini. Giulietta adalah Juliet -- pasangan sehidup semati Romeo dalam lakon "Romeo and Juliet", karya William Shakespeare.
Memasuki halaman depan rumah Juliet yang sekarang dijadikan museum ini, kita segera melihat kerumunan turis di patung Juliet. Yang mengherankan, hampir semua turis yang berfoto dengan Juliet, selalu melingkarkan tangannya sambil meraba ke (maaf) buah dada Juliet.
Rumah Juliet sendiri tidaklah terlalu besar tetapi mempunyai nilai arsitektur yang indah. Bangunan bergaya gotik ini diidentifikasi sebagai milik keluarga Dal Capuleti sejak abad ke-12, dan merupakan gabungan dari beberapa rumah di sekitarnya. Dan atas dukungan dana dari Pemda Verona, rumah Juliet ini telah beberapa kali direstorasi.
Ada info lain yang mengejutkan, bahwa sebetulnya rumah ini tidak ada hubungannya dengan cerita fiksi Shakespeare. Meskipun rumah ini sudah tua, tapi balkonnya baru ditambahkan pada 1936 dan kemudian dikatakan sebagai "Rumah Juliet" untuk menarik turis. Apapun faktanya, tetap saja Museum Juliet ini telah menjadi tujuan nomor satu semua turis yang ke Verona.
Menurut tulisan di plakat di depan Museum ini, balkon itu adalah bekas sarkofagus antik, tempat di mana Romeo dan Juliet secara diam-diam bercinta. Wow, alangkah romantis-nya bercinta dalam sarkofagus! Mungkin cocok untuk film mistik ala Indonesia, "Bercinta dalam Sarkofagus" dan pas diputar di malam Jumat Kliwon. Hahaha.
Fasade museum ini juga dihiasi portal dari era gotik dan juga jendela-jendela lengkung dan ornamen dari abad pertengahan. Sayang sekali sebagian fasade mulai rusak termakan usia dan belum juga direstorasi lagi. Untuk masuk ke museum ini, Anda dikenakan karcis masuk seharga 6 euro.
Dan di halaman yang sama ini ada bangunan lain yang tidak kalah menarik untuk dimasuki. Itulah toko suvenir yang menjual berbagai suvenir, buku, stiker dan segala barang yang berkaitan dengan Museum Juliet ini. Sayang sekali kalau dilewatkan, minimal ada sesuatu yang dibeli sebagai kenang-kenangan dari kota romantis ini.
Piazza ini bisa dikatakan sebagai 'original center'Â dari kota Verona. Di sinilah lokasi Forum di era Romawi, yang masih mempunyai daya magis bagi banyak pengunjung ke Verona.
Di tengah alun-alun ini terdapat 'The Fountain of Madonna". Air mancur dan patung ini ditempatkan di sini oleh penguasa Scala pada tahun 1368, konon untuk merayakan restorasi atas proyek aqueduck kota Verona.
Bangunan-bangunan sekeliling Piazza delle Erbe juga sangat indah. Salah satu di antaranya adalah Palazzo Maffei yang seakan jadi mahkota alun-alun ini. Di puncaknya berdiri 6 patung dewa, dari kiri-ke-kanan adalah: Hercules, Jupiter, Venus, Mercury, Apollo dan Minerva.
Di depannya berdiri sebuah kolom (pilar) besar Lion of St. Mark, simbol hegemoni dari Venezia, seperti yang kita lihat di depan Istana Doge's di Venezia. Dan di ujung lainnya juga ada sebuah kolom yang lebih pendek dengan ukiran seorang Santo pelindung kota. Ada lagi sebuah podium kecil di tengah alun-alun yang disebut Berlina. Di sinilah para penjahat dipertontonkan kepada masyarakat untuk diolok-olok.
Selain sejarah dan arsitektur kota tuanya, Verona juga dikenal dengan dua klub sepakbolanya, yakni Hellas Verona dan Chievo Verona. Prestasi terbaik Hellas, yang saat ini bermain di Serie A, adalah juara Serie A musim 1984-85. Sedangkan, Chievo yang ada di Serie B, hanya bisa promosi-degradasi dari musim ke musim.
Kisah "Romeo & Juliet" memang berakhir tragis. Namun, Verona membuktikan bahwa sebuah 'tragedi' pun bisa membawa keberuntungan, setidaknya dari sisi pariwisata.
Kelapa Gading, 1 Agustus 2020
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Foto-foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali foto poster film "Romeo & Juliet".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI