Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Gigi Hiu, Lanskap Eksotis di Lampung

3 Juli 2020   17:00 Diperbarui: 4 Juli 2020   11:54 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sunset yg ditunggu. Sumber: Koleksi pribadi

Indonesia telah lama menjadi destinasi impian para pelancong dunia. Selain dikenal sebagai negara dengan jumlah pulau terbanyak, Indonesia juga dianugerahi garis pantai terpanjang nomor dua di dunia, setelah Kanada.

Dengan panjang sekitar 99.093 km, maka Indonesia adalah surga bagi para pecinta pantai dan pemburu foto lanskap (landscape photographers). Pantai-pantai yang ada menampilkan karakter yang berbeda satu dengan yang lain. Dari bentuknya, kita temukan pantai yang curam, bertebing, landai, dan pantai karang. 

Selain itu, di pantai yang landai pun ada yang berpasir putih, ada juga yang hitam. Namun tidak sedikit juga pantai berbatu karang dan curam. Semuanya menampilkan keindahan alami tersendiri.

Di antara ribuan pantai yang telah dikenal dan teridentifikasi di Indonesia, ada banyak pantai berbatu karang yang begitu unik dan sungguh berbeda dari yang lainnya. 

Keunikan batu-batu karang ini seolah diatur oleh tangan-tangan alam yang mahir. Batu-batu karang itu terlihat begitu garang, kokoh, misterius, tapi sekaligus eksotis dan indah memesona.

Ibarat surga yang tersembunyi, mungkin begitu deskripsi para penyair. Dan meskipun "surga" itu terletak jauh dari keramaian, bahkan ada yang di pelosok terpencil, toh tidak menyurutkan minat para pecinta alam, pelukis pemandangan, penyair dan pehobi fotografi landskap untuk mendatanginya. Jarak seolah bukan halangan.

Dari sekian banyak pantai berbatu karang unik itu tersebutlah nama Pantai Gigi Hiu. Sebuah nama yang masih asing, setidaknya tiga tahun lalu, berlokasi agak terpencil dan belum banyak terdengar sebelumnya, bahkan di lingkungan industri pariwisata sekalipun.

Gigi Hiu dari atas sebuah batu karang. Sumber: Koleksi pribadi
Gigi Hiu dari atas sebuah batu karang. Sumber: Koleksi pribadi
Nama Gigi Hiu pertama kali saya dapatkan dari komunitas fotografer landskap sekitar tiga tahun lalu, ketika diajak seorang fotografer handal Mont Bahterazar. 

Para landscapers sejati memang selalu berburu objek foto yang berbeda. Bahkan di kalangan pecinta foto landskap, sudah bukan rahasia lagi, suatu objek foto terbaru yang belum pernah ditayangkan di medsos akan selalu menjadi sasaran perburuan foto berikutnya.

Maka begitulah, bak sebuah kompetisi. Semua fotografer, profesional maupun pehobi semata, seakan berpacu mengejar objek-objek foto terbaru. Foto yang nantinya pertama kali diunggah, sebelum menjadi viral dan selanjutnya berstatus foto sejuta umat. Dari berbagai perburuan semacam inilah, sebagian objek wisata kadang ditemukan, termasuk Pantai Gigi Hiu.

Pantai Gigi Hiu di Kelumbayan adalah sebuah objek wisata yang dalam beberapa tahun terakhir kian mencuat. Sejak foto-foto panorama pantai berbatu karang ini muncul di berbagai media, pantai ini pun kian populer, khususnya di kalangan pehobi foto landskap dan pemburu foto yang instagrammable. 

Terletak di desa Pegadungan, Kecamatan Kelumbayan, Lampung, Gigi Hiu sungguh berbeda dengan pantai-pantai pada umumnya. Di sini bukan hamparan pantai nan landai yang kita temukan, tapi justru barisan batu-batu karang yang mencuat di sana-sini hingga ketinggian sekitar 10 meter. 

Pemandangan yang sungguh dramatis dan mendebarkan bak di 'skull island' dalam film-film nan epik ala King Kong atau sejenisnya.

Pantai Gigi Hiu, atau mulai dikenalkan ke pasar wisata global sebagai 'Shark Teeth Beach', bisa dicapai dari Bandar Lampung sekitar 3.5 - 4 jam. Jarak yang sebetulnya tidak terlalu jauh, hanya sepanjang 90 km, tapi sebagian kondisi jalan sama sekali belum bagus. 

Dinas Pariwisata dan Dinas PU setempat mungkin belum melirik potensi yang tersimpan di balik batu-batu karang itu.

Dari Bandar Lampung, ikutin Jl. Raya Way Ratay - Jl. Raya Pematang Awi, terus ke arah pesisir menuju arah ke Teluk Kiluan. Dari sini sudah cukup dekat ke Gigi Hiu. Tapi kondisi jalan di ujung perjalanan inilah yang masih jelek. Jalan tanah berbatu dan bergelombang. 

Betapapun, dalam kunjungan terakhir di September tahun lalu, jalan ke pantai sudah bisa dilewatin mobil. Setidaknya sudah lebih baik dibandingkan kunjungan pertama kesini Agustus 2017.

Ada usaha, ada hasil. Semua kelelahan terbayar lunas begitu tiba di lokasi. Suatu perjalanan nan panjang itu berujung senyum yang tidak terlupakan, ketika kaki-kaki menapak batu-batu di pantai ini. 

Sungguh suatu sajian panorama yang spektakuler! Alam memang selalu menyimpan pesonanya sendiri. Dan kamera-kamera pun seakan bergegas membingkai setiap momen dan sudut pantai berbatu ini. Seakan takut ada yang terlewat...

Memotret 'low angle' di Gigi Hiu. Sumber: koleksi pribadi
Memotret 'low angle' di Gigi Hiu. Sumber: koleksi pribadi
Secara umum, Pantai Gigi Hiu masih tergolong sepi. Jauh dari kesan turistik, yang biasanya selalu dipadati grup wisatawan. Tapi bagi petualang dan fotografer lanskap, pantai seperti inilah yang ideal untuk didatangi. 

Tingkat kepuasannya berada di level yang berbeda. Semakin sulit dijangkau, justru semakin menarik didatangin. Kian banyak tantangan, kian mendalam kenangan yang tersimpan di hati.

Anthony Bourdain pernah mengatakan, "Travel isn't always pretty. It isn't always comfortable. Sometimes it hurts, it even breaks your heart. But that's okay. The journey changes you. It should change you. It leaves marks on your memory, on your consciousness, on your heart, and on your body..."

Gigi Hiu bukanlah pantai biasa. Ini pun bukanlah pantai untuk berenang. Jangan berharap ada kafe atau fasilitas seperti yang biasa kita temukan di pantai lainnya. Hotel, resto, dan lain-lain juga belum ada, kecuali sebuah warung sederhana untuk menikmati secangkir kopi atau menyantap indomie, sajian favorit para petualang di Indonesia.

Dalam kunjungan pertama di tahun 2017, penulis sempat menginap di rumah penduduk di desa Kelumbayan dan menuju ke lokasi dengan menumpang ojek motor. Saat itu jalanan bak trek motor trail. Tapi pengalaman seperti itulah yang membuat sebuah perjalanan kian berwarna.

Pilihan lainnya, bisa menginap di banyak guest house yang ada di Teluk Kiluan yang terkenal sebagai jalur migrasi lumba-lumba. Teluk Kiluan berada sekitar 12 km dari Gigi Hiu. Namun jika mau beristirahat yang lebih nyaman sambil nikmati kuliner kota Lampung, sebaiknya menginap di Bandar Lampung saja. 

Itu yang penulis lakukan dalam kunjungan terakhir bersama sebuah komunitas fotografer lainnya yang dimentori Felix Indrawan, seorang fotografer profesional yang rutin mengatur banyak aktivitas 'photo hunting trip', khususnya peminat landskap.

Fotografer di Gigi Hiu. Sumber: Koleksi pribadi
Fotografer di Gigi Hiu. Sumber: Koleksi pribadi
Pilihan spot foto di sini sangat luas. Mulai dari lokasi parkir, berjalan tidak jauh ke pantai sudah bisa memotret. Tetapi jika ingin mendapatkan spot terbaik yang telah menjadi ikon pantai ini dan juga alasan di balik nama Gigi Hiu, maka perlu berjalan kaki sekitar 200-an meter. 

Di lokasi inilah kita tiba-tiba terpana. Gigi Hiu jelas bukan pantai biasa. It's such an amazing rocky beach!

Pantai Gigi Hiu adalah sebuah pantai yang penuh dengan berbagai formasi batu karang unik. Ibarat serdadu yang berdiri kokoh menghadang terjangan ombak. Deretan batu karang kreasi alam yang pasti tidak akan pernah sama dengan pantai karang manapun.

Gugusan batu-batu karang yang tajam menyeruak ke atas. Sekilas seperti deretan gigi ikan hiu. Bentuk ujung batu inilah yang membuat pantai ini disebut Gigi Hiu. Namun ada juga yang menyebutnya Pantai Batu Layar. 

Nama inipun diambil berdasarkan bebatuan yang terlihat seperti layar perahu. Apapun nama yang diberikan, satu hal yg pasti, Batu Hiu sangat layak menjadi destinasi wisata unggulan.

Untuk mendapatkan panoramic view terbaik, bisa memanjat salah satu batu karang yang cukup tinggi sebagai pijakan untuk memotret dari atas. Namun tidak sedikit spot menarik lainnya yang bisa diambil dari berbagai posisi. 

Dan saat-saat terbaik untuk memotret adalah ketika matahari pelan-pelan beringsut menuju peraduannya. Inilah momen-momen yang ditunggu. Keindahan alam Gigi Hiu berpadu dengan warna langit yang menawan begitu membius.

Sunset yg ditunggu. Sumber: Koleksi pribadi
Sunset yg ditunggu. Sumber: Koleksi pribadi
Sore pun terasa begitu cepat berlalu, seakan bergegas mengejar malam. Setidaknya, begitulah pikiran para fotografer yang merasa gelap terlalu cepat datang. 

Andaikan ada tombol pause, sunset pun akan ditahan sedikit lebih lama. Dan ketika malam akhirnya rebah di balik selimut kegelapan, kaki-kaki dan tripod kamera masing-masing seolah enggan meninggalkan pesona magis dari Gigi Hiu.

Seperti di berbagai lokasi manapun ketika landscape photographers berburu foto, begitu juga di Gigi Hiu. Ketika akhirnya beranjak meninggalkan lokasi, hanya ada kegelapan di mana-mana. Pengunjung lainnya telah lama meninggalkan tempat ini.

Hasil sebuah foto nan menawan memang tidak bisa diukur sebatas satu klik dalam sekian detik. Tapi sebuah proses yang panjang. Ada perjuangan untuk mencapai lokasi yang sulit dan menantang. 

Ada kesabaran menunggu momen yang tepat. Dan tentunya ada kejelian untuk memilih komposisi yang bagus. Posisi berdiri atau duduk, pilihan lensa yang digunakan, dll, juga tidak kalah penting mempengaruhi hasil foto.

Pantai Gigi Hiu sudah saatnya lebih diperhatikan Pemda setempat. Potensinya terlalu menarik untuk diabaikan begitu saja. Tapi jika hendak membangun fasilitas apapun, jauhkan semuanya dari objek utama yang ada. Biarlah Gigi Hiu berdiri kokoh dalam kesendiriannya.

Jika orisinalitas alam Gigi Hiu terganggu oleh "fasilitas" itu, maka bisa saja Gigi Hiu akan kehilangan giginya sebelum mentas di pasar wisata global.


Kelapa Gading, 3 Juli 2020

Oleh : Tonny Syiariel

Catatan:

Semua foto-foto adalah koleksi pribadi, yg sebagian sdh diunggah di akun IG@tonnysyiariel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun