Jakarta menyimpan banyak cerita. Tidak saja soal asal-usul kotanya, tapi juga bagaimana ibukota ini mulai membangun kotanya sejak dulu. Dari satu gedung tinggi, menjadi ratusan gedung tinggi lainnya. Mulai dari satu shopping mall, sampai ratusan shopping mall berikutnya. Terus menerus bergerak maju, secara horizontal maupun vertikal.
Kemajuan sebuah kota sejatinya bisa diukur dari banyak faktor. Dari segi pertumbuhan ekonomi, ketersediaan lapangan kerja, sarana transportasi yang menjangkau ke seluruh sudut kota, dll. Kemajuan ini juga kerap dinilai dari jumlah gedung-gedung tinggi yang bertumbuh dari tahun ke tahun. Bukankah pertumbuhan bisnis property juga cermin perkembangan bisnis yang membutuhkan ruang perkantoran yang lebih luas...
Masih dalam suasana Ultah DKI Jakarta, salah satu kisah menarik, yaitu bagaimana pertumbuhan gedung-gedung pencakar langit di ibukota ini dimulai. Sebagian gedung itu malah telah menjadi bagian dari sejarah dan diusulkan sebagai cagar budaya atau bangunan yang layak dilestarikan.
Masih ingat kehebohan penutupan McDonald's di gedung Sarinah, Jl. M.H. Thamrin, Jakarta? Hampir semua media ikut memberitakannya. Foto-foto penutupan McD tersebar luas di semua jaringan komunikasi yang ada. Fokus beritanya nyaris sama, meskipun masing-masing disampaikan dengan gaya yang berbeda. Namun tidak banyak media dan warganet yang berbagi kisah tentang Gedung Sarinah itu sendiri. Mungkin saja, bagi banyak kalangan, 'branding' McD lebih menjual sebagai berita atau untuk update status di sosmed.
Sejarah Sarinah tidak main-main. Bagi kota seperti Jakarta, yang pertumbuhan ketersediaan ruang perkantoran tidak hanya horizontal, tapi juga secara vertikal, maka posisi Sarinah pun menjadi begitu penting. Inilah gedung tinggi pertama dan tertinggi di Jakarta, dan sekaligus pusat perbelanjaan pertama di Indonesia. Suatu milestone bagi sejarah konstruksi dan shopping mall di Jakarta saat itu.
Sarinah, yang namanya diambil dari nama Pengasuh Soekarno pada masa kecil, adalah sebuah bangunan komersial multifungsi berlantai 15 dengan ketinggian 74 meter. Selain sebagai pusat perbelanjaan dan perkantoran, Sarinah juga digunakan sebagai etalase untuk produk-produk dalam negeri dan sekaligus mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Pada saat dibangun tahun 1962 dan diresmikan pada tanggal 25 Agustus 1966, Sarinah tercatat sebagai bangunan tinggi pertama di Jakarta. Bukan itu saja rekor yang dicatat. Sarinah juga menjadi toserba moderen yang terkenal dengan pengadaan eskalator pertama di Indonesia. Eskalator buatan Hitachi asal Jepang itu membuat Sarinah begitu bergengsi saat itu. Sesuatu yang biasa saat ini, tetapi menjadi 'keajaiban teknologi' saat itu. Tangga berjalan yg mencengangkan.
![Jakarta skyline. Sumber: Koleksi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/06/25/img-20160114-203427-5ef40cd1097f36098616cea2.jpg?t=o&v=770)
Wisma Nusantara dibangun antara tahun 1964-1969, terinspirasi oleh keinginan Bung Karno yang berhasrat memiliki gedung-gedung tinggi di Jakarta. Konstruksi gedung setinggi 117 meter ini sempat tertunda karena kondisi ekonomi dan politik saat itu. Setelah situasi membaik, proyek ini diteruskan oleh Mitsui Construction Co. dan akhirnya diresmikan pada 2 des 1972. Wisma Nusantara bukan saja menjadi gedung tertinggi di Indonesia, tapi juga di Asia Tenggara pada zaman itu.
Bagi kalangan atas di Jakarta, termasuk para ekspatriat, khususnya Jepang, Wisma Nusantara juga dikenal karena keberadaan salah satu restoran 'fine dining' di lantai 28. Itulah Restoran Kahyangan yang menyajikan masakan khas Jepang, yakni Shabu-shabu dan Teppanyaki, sambil menikmati pemandangam kota Jakarta dari ketinggian.
Jika mengacu ke terminologi 'pencakar langit' itu sendiri, yakni gedung dengan ketinggian di atas 150 meter atau lebih dari 40 lantai, maka sudah seratusan lebih gedung pencakar langit yang dibangun di Jakarta. Baik gedung perkantoran, apartemen dan hotel. Gedung-gedung itu umumnya berdiri di kawasan Segitiga Emas Jakarta (Golden Triangle). Kawasan mahal ini meliputi Jalan M.H.Thamrin-Jalan Sudirman, Jalan H.R. Rasuna Said dan Jalan Jend.Gatot Subroto.
Tahun 1996, Jakarta menyambut kehadiran Wisma BNI 46, yang disebut-sebut sebagai gedung pencakar langit pertama dengan ketinggian di atas 250 meter. Gedung dengan arsitektur bergaya 'post-modern' ini langsung menjadi salah satu ikon kota Jakarta dan disebut sebagai "the most photographed building in Jakarta".Â
Dengan tinggi mencapai 262 meter dan terdiri dari 51 lantai, Wisma BNI 46, yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, langsung menjadi gedung pencakar langit tertinggi di Jakarta dan sekaligus di Indonesia. Predikat tertinggi ini bertahan selama 20 tahun, yakni antara 1996 - 2015.
Di abad 21 ini, pertumbuhan gedung-gedung pencakar langit kian kencang. Kebutuhan ruang perkantoran dan prestise yang disandang untuk menempati gedung-gedung tinggi kian memacu para pengembang untuk terus membangun.
Salah satu di antara gedung pencakar langit yang segera menyita perhatian adalah Gama Tower yang menjulang di Jl. Rasuna Said Jakarta. Sejak diresmikan tahun 2015, Gama Tower langsung merebut status "gedung tertinggi" di kota metropolitan Jakarta.
Tinggi puncak Gama Tower, yang pernah juga disebut Cemindo Tower, adalah 308 meter dengan 69 lantai di atas permukaan tanah dan 4 lantai di bawah tanah. Bandingkan dengan tinggi Sarinah yang 'hanya' 74 meter. Suatu peningkatan yang begitu signifikan.
![Gama Tower & Westin Hotel. Sumber: Koleksi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/06/25/gama-tower-jkt-5ef40a75097f362a2d14c9e2.jpeg?t=o&v=770)
Dua puluh lantai teratas Gama Tower, antara lantai 50 - 69, ditempati Hotel Westin, salah satu hotel berbintang lima di Jakarta dan bagian dari Marriot International Group. Henshin, restoran fine dining dan lounge, menempati lantai teratas atau lantai 67-69. Dengan tagline, "the Highest Rooftop Bar and Peruvian-Japanese Dining Destination in Indonesia", Henshin memang tidak hanya menjual kualitas makanan Peru dan Jepang, tapi juga pemandangan indah kota Jakarta. Apalagi di sore hingga malam hari, ketika lampu gedung-gedung tinggi mulai dinyalakan menyambut malam. Sungguh spektakuler!
Ketinggian ini pun masih belum cukup. Saat ini sebuah gedung pencakar langit lainnya sedang dalam proses konstruksi. "Signature Tower" adalah nama yang disematkan ke kandidat gedung pencakar langit yang konon kelima tertinggi di dunia. Signature Tower menjulang setinggi 638 meter dengan 111 lantai. Gedung prestisius ini bakal siap dibuka pada thn 2025.
Jakarta masih terus membangun. Kecemasan penurunan permukaan tanah di Jakarta tidak mampu menyurutkan ambisi para pengembang papan atas untuk terus menawarkan ruang-ruang perkantoran dan apartemen baru di lokasi-lokasi strategis yang kian menyempit.
Dan perlombaan ke atas sepertinya tidak akan pernah berakhir. Bukan hanya di tingkat global, tapi juga di Jakarta. Mahkota tertinggi yang belum resmi disandang Signature Tower pun harus siap-siap digusur lagi. Jakarta pun makin ke atas dan ke atas menjangkau langit.Â
Kelapa Gading, 25 Juni 2020
Oleh: Tonny Syiariel