Di beberapa bagian di Cukul Sunrise Point, pengelola juga membuat kursi dari bambu dan juga panggung kecil semacam 'viewing point'.Â
Tidak itu saja, kreativitas yang dipengaruhi gaya sosmed, menghasilkan 'frame' dari kawat dan bambu untuk pengunjung yang hendak membuat foto layak tayang di Instagram. Meskipun, bagi saya sendiri, seluruh hamparan perkebunan teh itu sudah merupakan lukisan besar nan indah. Tanpa perlu 'bingkai' apapun.
Setelah sunrise-pun, lingkungan asri nan hijau begitu memanjakan mata pengunjung. Begitu banyak spot keren yang seakan melambai-lambai ke setiap pengunjung untuk segera mengabadikannya, sebelum siang merangkak naik.
Keindahan alam dan atmosfer pagi hari di sini adalah suatu kemewahan tersendiri, khususnya bagi warga kota yang sudah sering berada dalam lingkungan kota yang padat, panas dan rutin diganggu kemacetan yang panjang. Di alam terbuka ini, bahkan sang 'stress' pun ingin rileks.
Penorama perkebunan teh, khususnya di Bandung selatan, telah lama menjadi andalan sektor pariwisata di Jawa Barat. Nama Pangalengan sudah sangat dikenal di kalangan pecinta teh, pecinta alam, wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara.
Bagi Indonesia, Perkebunan Teh, yang sebagian besar dikelola PT. Perkebunan Nusantara (BUMN), bukan sekedar soal keindahan alam, tapi juga salah satu sektor perkebunan yang cukup penting. Dari sebuah sumber, Indonesia disebut sebagai Negara Penghasil Teh ke-7 Terbesar di dunia. Dan Jawa Barat menyumbang sekitar 70% dari total produksi nasional.
Kebutuhan Teh dunia juga meningkat dari waktu ke waktu, seiring meningkatnya minat masyarakat global menikmati teh sebagai bagian dari gaya hidup. Situs statista.com merilis data konsumsi teh dunia di 2019 sebesar 281 milyar liter. Teh diklaim sebagai minuman yang paling banyak dikonsumsi setelah air minum.
Potensi wisata alam dan ekonomi ini harus terus dikembangkan dengan menata keaslian alam dan sisi pengembangan produknya. Jangan sampai demi mengejar jumlah pengunjung semata ataupun bergenit dengan status 'instagrammable', maka penataan yang dilakukan justru menghilangkan sebagian pesona orisinil itu.
Kita tinggalkan alam Priangan selatan dan menuju ke arah utara, tepatnya ke Kabupaten Majalengka. Ada yang sudah pernah ke sini?Â
Terasering Panyaweuyan persisnya berada di Desa Argamukti, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka. Dari Jakarta, destinasi wisata ini bisa dicapai dalam waktu sekitar 3.5 jam via jalan tol Cikopo - Palimanan. Sedangkan dari pusat kota Majalengka hanya sekitar 45 menit.
Sebelum viralnya perkebunan bawang terasering di dunia maya maupun di berbagai komunitas fotografi, sejujurnya saya tidak banyak mendengar aktivitas wisata di kabupaten yang juga tidak terlalu jauh dari Cirebon ini.