Boleh dibilang bahwa semasa kuliah, khususnya di semester akhir, Â waktu luang yang saya miliki cukup banyak sehingga memang produktifitas membaca dan menulis saya agak meningkat.
Seiring berjalannya waktu, saat sudah terjun ke dalam dunia kerja, produktifitas literasi saya menurun drastis. Memang karena dua pengaruh, Â yakni jam kerja yang cukup padat dan manajemen waktu yang kurang baik.
Baca juga: Sibuk Kerja dan Tak Ada Waktu Luang untuk Kembangkan Diri, Bisa Jadi Ini Penyebabnya
Tetapi setelah direnungi, dua pengaruh tersebut seharusnya tidak menjadi alasan jika literasi benar-benar mau dijadikan sebagai sebuah gaya hidup.
Saya pun kemudian memahami bahwa sebenarnya saya belum cukup baik dalam menjadikan literasi (budaya membaca dan menulis) sebagai gaya hidup.
Dari pengalaman yang telah dilewati, saya cukup belajar bahwa saya belum memiliki gaya hidup literasi yang baik karena masih dipengaruhi atau dimotivasi oleh tiga hal ini, yaitu:
Pertama, Membaca dan menulis hanya untuk mengisi waktu luang semata.
Harus saya akui bahwa ketika di bangku perkuliahan, waktu luang yang saya miliki cukup banyak sehingga produktifitas literasi saya pun kian melonjak.
Namun apa daya, saat masuk dunia kerja dan diliputi banyak kesibukan kerja, produktifitas literasi menurun. Ini adalah tanda bahwa saya belum konsisten menjadikan literasi sebagai gaya hidup.
Motivasi saya masih dikendalikan oleh waktu luang yang ada. Jika ada waktu senggang barulah produktif, jika tidak maka kurang produktif.
Sebenarnya jika literasi sudah menjadi gaya hidup seseorang maka tidak ada lagi alasan waktu luang tidak ada. Justru akan menjadi aneh apabila satu hari tanpa literasi.