Hari Natal telah tiba bagi umat yang merayakannya. Â Seharusnya mereka bergembira ria dan bersuka cita.
Kini begitu terlihat berbeda. Ada sebagian orang yang merasa biasa-biasa saja, ada yang nampak sedih. Suasana natal tidak seperti biasanya.
Perayaan natal tahun ini jelas berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Bukan hanya karena merayakan natal berpisah dari keluarga.
Lalu?
Bagaimana lagi kalau bukan karena pengaruh pandemi covid-19 yang tiada henti.
Walaupun berbeda, setidaknya masih ada terlihat pohon-pohon natal dimana-mana. Keharuman kue natal masih tercium. Lagu-lagu natal masih terdengar. Bunyi riuh petasan pun masih terdengar. Â
Syukurlah masih agak terasa momen-momen natal seperti tahun-tahun sebelum.
Tapi tunggu dulu, Â pertanyaannya apakah makna natal dilihat dari pohon-pohon natal yang terhias indah berdiri kokoh dimana-mana, Â keharuman kue natal yang tercium, Â lagu-lagu natal yang berkumandang dan lain-lain?
Entahlah, Â mungkin masing-masing punya perspektif tersendiri tentang natal.
Semoga saja natal tidak hanya dimaknai sebagai suatu tradisi spiritualitas semata tetapi benar-benar dimaknai sesuai ajaran dan kepercayaan yang dianut.
Mungkin ini sedikit isi hati penulis tentang natal itu:
Natal bukan hanya tentang bagaimana Yesus Kristus lahir di dunia, Â tapi bagaimana Dia juga selalu hadir di hati orang yang percaya padaNya.
Natal bukan tentang merangkai dan menghias pohon natal yang indah. Â Tapi bagaimana kita juga merangkai hidup kita dengan kebaikan. Menghiasinya menjadi lebih indah dengan cara memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama.
Natal bukan tentang berapa banyak kue natal untuk disantap atau dilahap, tapi tentang berapa banyak FirmanNya yang sudah kita serap dalam hati, lalu diungkap atau diucap untuk memberkati orang lain.
Natal bukan tentang kita membunyikan banyak petasan. Tapi tentang berapa banyak syair dan lagu pujian untuk dinyanyikan untuk memuji memuliakan nama Tuhan.
Natal bukan tentang menyalakan banyak kembang api, Â tapi tentang seberapa banyak kita menata hidup menjadi lebih rapi dan membagi-bagi berkat kepada sesama dengan semangat yang berapi-api.
Natal bukan tentang baju baru, celana baru, sepatu baru. Hampir semua yang kita pakai harus baru. Lalu, bagaimana dengan hati kita. Adakah usaha untuk memperbaharuinya menjadi lebih baik?
Natal sebagai momen kedamaian, menyatakan kasih, Â membawa suka cita dan semakin mendekatkan diri pada Tuhan Allah Yang Maha Kuasa. Â
Natal sebagai peristiwa indah dalam menciptakan kedamaian bersama. Menyatakan cinta kasih yang mendatangkan  suka cita bagi kita semua.
Mendekatkan diri kepada Tuhan dengan selalu taat dan setia akan perintah dan hukum-hukumNya, Â serta menjauhi segala larangan-laranganNya.
Suka cita dan damai Natal semoga selalu terpancar tiada hentinya dalam hidup kita.
Selamat merayakan Natal...
Camplong II, Â 25 Desember 2020
Tonny E. N
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H