Mohon tunggu...
TONNY E. NUBATONIS
TONNY E. NUBATONIS Mohon Tunggu... Lainnya - - Visi Raja, Hati Hamba, Mental prajurit -

_MENULIS UNTUK BELAJAR DAN BERBAGI_ *Tertarik dengan Keuangan Perkoperasian, Literasi Keuangan, Bisnis, Investasi dan Financial Freedom*.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beberapa Hal Menyimpang di Momen Perayaan Paskah

19 April 2019   13:41 Diperbarui: 19 April 2019   17:10 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada hari rabu(17/4/2019) rakyat Indonesia di seluruh daerah hingga pelosok Nusantara sedang melakukan pesta Demokrasi, yakni melakukan pemilu serentak calon presiden-calon wakil presiden dan calon legislatif.

Keharuman suasana pesta tersebut masih tercium hingga kini, bahkan hingga selama rakyat Indonesia menantikan siapa pemimpin yang benar-benar sah terpilih melalui perhitungan perolehan suara yang nanti akan disampaikan oleh KPU.

Di sela-sela pesta demokrasi tersebut, rakyat Indonesia, khususnya umat kristiani, saat ini juga sedang merayakan salah satu momentum hari raya keagamaan yang cukup krusial, yaitu hari raya Paskah, tepatnya pada jumat (19/4/2019).

Hari raya Paskah dalam umat Kristiani dirayakan untuk memperingati peristiwa penting dari misi Kristus yaitu penderitaan dan kematianNya untuk menebus segala dosa manusia.

Perayaan paskah dari tahun ke tahun selalu disambut dengan berbagai-bagai kegiatan beragam yang dilaksanakan. Hal ini dengan tujuan untuk memeriahkan perayaan paskah. 

Suasana persiapan yang meriah tidak hanya dilakukan oleh mayoritas umat Kristiani di perkotaan, di desa-desa, bahkan hingga di desa terpencil pun tidak ketinggalan untuk merayakan paskah dengan melakukan berbagai kegiatan meriah yang telah dipersiapkan dengan matang.

Kegiatan-kegiatan meriah tersebut boleh dikatakan tidak terlalu berbeda jauh di kota dan di desa. Sebagai contoh kegiatan yang dipersiapkan misalnya lomba hias salib, lomba menyanyi dan puji-pujian untuk mengisi liturgi ibadah paskah dalam bentuk paduan suara, vokal group, main drama, pawai obor, mencari telur paskah dan kegiatan meriah lainnya dari berbagai kalangan usia. 

Dengan kegiatan-kegiatan tersebut, tak heran jika saat paskah banyak sekali umat yang ikut berpartisipasi untuk merayakannya.

Walaupun berbagai kegiatan meriah tidak selalu dilakukan oleh semua umat Kritiani, melainkan hanya sebagian besarnya saja, namun paskah tetap dirayakan oleh semua umat Kristiani di segala penjuru dunia.

Kegiatan yang beragam untuk memeriahkan perayaaan paskah memang bukanlah sesuatu yang menjadi persoalan maupun hal yang dilarang. Menurut penulis, hal tersebut sah-sah atau wajar-wajar saja untuk dilakukan, asalkan kemeriahan itu jangan menjadi motivasi, fokus dan tujuan utama dari perayaan paskah bagi yang merayakannya.

Jika hal tersebut terjadi maka orang yang merayakan paskah sudah tidak secara langsung memudarkan, bahkan menghilangkan esensi dan makna sejati dari sebuah perayaan paskah yang sesungguhnya. 

Bukan hanya itu, konsekuensi buruk dari perayaan paskah yang salah akan membawa pada kesesatan dan juga umat akan terjebak atau jatuh di dalam dosa penyembahan berhala.

Hal ini bukan lagi menjadi sesuatu yang absurd atau mustahil jika motivasi perayaan paskah hanya berfokus pada hal-hal materi atau hal-hal yang terlihat indah dan meriah di depan mata saja. 

Itu semua akan mengalihkan pandangan dan hati yang benar para umat dari Yesus Kristus, yang merupakan merupakan fokus utama dari perayaan paskah itu sendiri.

Berdasarkan observasi atau pengamatan penulis, dari persiapan hingga perayaan paskah di beberapa tempat tertentu yang dilakukan sejak dulu dan juga masih terlihat hingga sejauh ini, benar-benar telah terdistorsi. 

Tidak hanya telah terdistorsi, tapi sudah menyimpang karena dicemari oleh berbagai-bagai tradisi atau kebiasaan-kebiasaan buruk yang menurut persepsi penulis, hal tersebut tak pantas, bahkan tak layak untuk dipertontonkan agar dicontohi atau diteladani oleh orang lain.

Penulis mengambil salah satu contoh kegiatan yang dilakukan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya yaitu kegiatan hias salib. Walaupun kegiatan ini sangat diantusiasi oleh banyak orang, baik oleh kaum pemuda, remaja hingga orang dewasa atau orang tua, namun kegiatan ini tidak terlepas dari hal negatif dan menyimpang yang hingga kini telah menjadi kebiasaan dan rutinitas.

Ketika penulis amati, manifestasi dan tujuan akhir dari kesibukan menghias salib biasanya hanya akan diakhiri, atau akan berujung-ujung pada kemabukan. 

Setelah sibuk-sibuk menghias salib hingga agak larut malam, kemudian akan dilanjutkan dengan sesi nongkrong, bahkan ada yang duduk bergerombolan di pinggir jalan sembari ditemani musik, merokok dan miras hingga larut malam.

Jika telah mabuk, musik mulai diputar agak lebih keras sembari bernyanyi dengan sembarang atau tak beraturan (suara keras-keras dan amburadul), walaupun lagu yang diputar dan dinyanyikan adalah lagu berbau keagamaan atau lagu rohani.

Kebiasaan ini terkadang sangat riskan dan mengganggu orang lain baik itu tetangga terdekat maupun orang yang sedang berkendara lewat jalan raya. Kadangkala ketika ditegur oleh orang lain, mereka yang melakukan hal tersebut akan cenderung membantah dan akan terus melakukannya, karena menurut perspektif mereka, itu adalah hal yang baik dan wajar-wajar saja bagi mereka untuk tetap dilakukan.

Mereka berpendapat bahwa duduk nongkrong hingga larut malam bukanlah hal yang salah karena mereka sedang melakukan hal yang bersifat rohani yaitu menghias salib. 

Menurut mereka pula, bernyanyi dengan musik keras-keras tidaklah masalah dan mengganggu karena mereka sedang menyanyikan lagu-lagu keagamaan atau lagu rohani untuk memuji Tuhan.

Sungguh sangat memilukan sekali. Bagi penulis, alangkah bobroknya pemikiran, persepsi dan tindakan seperti ini. 

Ini sungguh merupakan kebiasaan yang amoral walaupun dibarengi dengan hal rohani. Mengapa? Tindakan atau kebiasaan ini sangat terlihat jelas bahwa mereka mengeksploitasi atau memperalat hal-hal rohani untuk menyelubungi hal-hal buruk demi kesenangan dan kenikmatan hawa nafsu atau keinginan daging sematanya yang egois.

Jika menurut mereka ini adalah tindakan yang baik karena mereka memuji Tuhan, apakah benar? Menurut pendapat penulis, benar-benar tidak sama sekali karena pujian mereka kepada Allah hanya terucap atau terumbar melalui bibir saja, namun dari hati jauh dari pada kehendak Tuhan.

Mungkin ada yang tidak setuju, bahkan protes mengenai pendapat penulis tersebut dengan berkata "apakah kamu bisa mengetahui isi hati mereka sehingga kamu bisa menuduh mereka bahwa hati mereka jauh dari kehendak Tuhan? Tetapi penulis amat yakin karena tuduhan penulis itu terbukti dari tingkah laku mereka yang mereka tunjukan, karena memang tindakan nyata adalah manifestasi dari apa yang ada di dalam hati.

Hal lain yang juga Penulis sayangkan adalah sebagian dari kegiatan menghias salib di tempat tertentu, banyak orang berlomba-lomba dengan penuh semangat menghiasi salib begitu indah dan uniknya untuk dipandang, namun kadangkala keindahan itu tidak benar-benar memberi makna yang benar dan hanya bertujuan untuk membuatlmembua orang lain terkagum-kagun.

Tidak disadari, keindahan dari hiasan salib tidak mencerminkan kehidupan nyata sebagai wujud rasa syukur akan kasih yang besar Allah yang telah  dianugerahkan bagi manusia. 

Jadi menurut penulis, ketika kita menghias salib dengan begitu unik dan indah dipandang mata, kita juga harus menghiasi hati kita dengan Kasih Allah sehingga Kasih itu memanifestasikan cara hidup yang benar atau tindakan yang baik ditengah kehidupan kita.

Bukan hanya kegiatan menghias salib yang kadang dilakukan dengan motivasi yang salah, ada kegitan-kegiatan lain seperti lomba vokal grup, main drama dan lainnya seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya,  kadang diikuti oleh banyak orang dengan tujuan hanya sebagai momen hiburan semata.

Ironisnya, hal ini menjadi sebuah fakta bahwa jika hari raya besar seperti Natal dan Paskah, barulah banyak orang akan berbondong-bondong mengambil bagian dalam perayaan dan ibadah di gereja, namun jikalau tidak ada hari raya dan hanya ada kebaktian atau ibadah biasa di hari minggu maka sangatlah sedikit sekali orang yang datang untuk beribadah bersama.

Boleh dikatakan bahwa sebagian orang mengikuti ibadah hanya saat momen-momen tertentu atau istilah yang tepatnya adalah "ibadah musiman".

 Ketika ibadah Paskah maupun Natal, ruang ibadah akan terlihat sesak, penuh, padat bahkan ada jemaat yang tidak mendapat tempat duduk dan harus berdiri diluar sambil beribadah, namun ketika ibadah minggu biasa, kadang kala banyak sekali kursi yang kosong.

Sungguh amat menyedihkan kebiasaan-kebiasaan ini dan sangat penulis sesali. Kiranya melalui tulisan ini, penulis bisa memberi pengertian yang cukup baik sehingga banyak orang bisa memahaminya, dan akhirnya mereka dapat sadar dengan rutinitas atau tradisi yang memang telah terdistorsi tersebut sehingga mulai untuk mengubah pola pikir dan tingkah laku menyimpang tersebut.

Melalui tulisan ini, penulis mengungkapkan isi hati yang telah terpendam sejak lama dan boleh dikatakan secara jujur, penulis sendiri pun dulu juga memiliki kebiasaan yang salah seperti yang penulis terangkan ini.

Oleh karena itu, sekarang ini penulis benar-benar menyadari akan semua kekeliruan, kelalaian  dan kesesatan itu. 

Penulis secara pribadi ingin merubah pandangan dan tingkah laku penulis dan ingin agar orang lain yang masih memiliki kebiasaan yang salah tersebut segera merubah, yaitu memiliki motivasi atau cara yang benar dalam memaknai hari raya Paskah, dan hari raya lainnya.

Kita juga perlu disadarkan agar konsisten menjadi orang Kristen sejati yang taat, khususnya dalam mengikuti ibadah setiap minggu dan ibadah-ibadah lain yang mana semua itu bukan hanya dilakukan sebagai rutinitas tapi benar-benar diikuti dengan adanya pembaharuan hidup sesuai dengan kehidupan yang berkenan kepada Tuhan.

Dalam momentum perayakan paskah ini, mari kita bersama-sama (bagi yang merayakannya) mengambil bagian untuk merayakan dan memperingati pengorbanan Kristus yang begitu istimewa untuk kebaikan kita semua. 

Biarlah dengan momen paskah ini, kita semakin mensyukuri Kasih Tuhan yang teramat besar dan mau untuk selalu memuliakanNya senantiasa. Bukan hanya itu, biarlah dengan momen paskah ini kita juga semakin saling mengasihi sesama kita dan memberi teladan hidup yang baik kepada orang lain sebagai wujud KasihNya yang besar bagi kita.

Semoga bermanfaat....Selamat merayakan Paskah.

Tonny E. N

Camplong, 19 April 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun