Jika hal tersebut terjadi maka orang yang merayakan paskah sudah tidak secara langsung memudarkan, bahkan menghilangkan esensi dan makna sejati dari sebuah perayaan paskah yang sesungguhnya.Â
Bukan hanya itu, konsekuensi buruk dari perayaan paskah yang salah akan membawa pada kesesatan dan juga umat akan terjebak atau jatuh di dalam dosa penyembahan berhala.
Hal ini bukan lagi menjadi sesuatu yang absurd atau mustahil jika motivasi perayaan paskah hanya berfokus pada hal-hal materi atau hal-hal yang terlihat indah dan meriah di depan mata saja.Â
Itu semua akan mengalihkan pandangan dan hati yang benar para umat dari Yesus Kristus, yang merupakan merupakan fokus utama dari perayaan paskah itu sendiri.
Berdasarkan observasi atau pengamatan penulis, dari persiapan hingga perayaan paskah di beberapa tempat tertentu yang dilakukan sejak dulu dan juga masih terlihat hingga sejauh ini, benar-benar telah terdistorsi.Â
Tidak hanya telah terdistorsi, tapi sudah menyimpang karena dicemari oleh berbagai-bagai tradisi atau kebiasaan-kebiasaan buruk yang menurut persepsi penulis, hal tersebut tak pantas, bahkan tak layak untuk dipertontonkan agar dicontohi atau diteladani oleh orang lain.
Penulis mengambil salah satu contoh kegiatan yang dilakukan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya yaitu kegiatan hias salib. Walaupun kegiatan ini sangat diantusiasi oleh banyak orang, baik oleh kaum pemuda, remaja hingga orang dewasa atau orang tua, namun kegiatan ini tidak terlepas dari hal negatif dan menyimpang yang hingga kini telah menjadi kebiasaan dan rutinitas.
Ketika penulis amati, manifestasi dan tujuan akhir dari kesibukan menghias salib biasanya hanya akan diakhiri, atau akan berujung-ujung pada kemabukan.Â
Setelah sibuk-sibuk menghias salib hingga agak larut malam, kemudian akan dilanjutkan dengan sesi nongkrong, bahkan ada yang duduk bergerombolan di pinggir jalan sembari ditemani musik, merokok dan miras hingga larut malam.
Jika telah mabuk, musik mulai diputar agak lebih keras sembari bernyanyi dengan sembarang atau tak beraturan (suara keras-keras dan amburadul), walaupun lagu yang diputar dan dinyanyikan adalah lagu berbau keagamaan atau lagu rohani.
Kebiasaan ini terkadang sangat riskan dan mengganggu orang lain baik itu tetangga terdekat maupun orang yang sedang berkendara lewat jalan raya. Kadangkala ketika ditegur oleh orang lain, mereka yang melakukan hal tersebut akan cenderung membantah dan akan terus melakukannya, karena menurut perspektif mereka, itu adalah hal yang baik dan wajar-wajar saja bagi mereka untuk tetap dilakukan.