Pagi tadi (08/01/2019) pukul 6.00 WITA, saat aku masih sangat akrab bagaikan duduk dengan didampingi oleh seorang kekasih. Ya, Aku masih terlelap di permukaan kasurku yang empuk, didampingi bantal gulingku yang biasanya selalu setia menemaniku saat aku sekedar berbaring ataupun lelap tertidur.
Sembari diselimuti pula oleh hangatnya kain panas tebal, membuat tubuh seakan belum siap beranjak dari sang bahtera (kasur) pembawa ke alam mimpi itu.
Aku juga seakan belum siap menyahut sang mentari yang telah tiba waktunya memanggilku dengan cahayanya yang nan cerah di ufuk timur, dan juga ayam-ayam jantan yang memekikkan suara kokoknya yang keras.
Inilah imbasnya saat aku kebanyakan begadang. Rasanya masih mau tetap melanjutkan nyenyaknya tidur.
Namun sontak kaget gawaiku berdering tanda panggilan masuk. Ketika ditengok ke layar gawai ternyata kakakku yang sedang menelepon. Ia sedang bersama suaminya (kakak iparku) berada di rumah sakit.
Tadi malamnya sekitar pukul 22.00 WITA, anak satu-satunya mereka (ponaanku) yang masih berumur 10 bulan dibawa ke rumah sakit Leona (RS khusus ibu dan anak), bertempat di Jln. Souverdi No:20, Oebufu, Kupang-NTT, untuk diberikan perawatan medis secara intensif.
Ponaanku itu sudah tiga hari lamanya deman dan panas yang mungkin disebabkan oleh pengaruh cuaca panas, dingin serta hujan yang tidak karuan.
Walaupun sudah dibawa ke puskesmas terdekat untuk diperiksa dan diberi beberapa resep obat untuk pengobatan namun pada malam itu kondisinya semakin tidak membaik.Â
Tidak ada pilihan lain lagi sehingga  kedua orang tua ponaanku memutuskan untuk segera membawa anak mereka itu ke RS untuk dilakukan pemeriksaan dan diberi perawatan yang lebih intensif lagi.
Singkat cerita, sang kakak yang menelponku pagi itu menyuruhku agar segera mengantarkan beberapa perlengkapan yang mereka butuhan ke RS.
Sebelum menutup teleponnya, aku tak lupa menanyakan keadaan sang ponaan. Namun kakakku menjawab dengan suara yang agak pelan bahwa keadaannya tak kunjung membaik dan tubuhnya juga mulai lemas.