Nantinya, mereka akan menyadari dirinya sebagai pencipta kembali pengetahuan yang tetap. Kehadiran para murid dalam perjuangan terhadap pembebasannya akan sesuai dengan yang diharapkan, yaitu keterlibatan aktif dan pasti bukan semu.
Selanjutnya, S.I Onderwijs tidak menciptakan sebuah peraturan yang ketat seperti sekolah kolonial pada zamannya. Para murid S.I dibebaskan untuk mengadakan dan menyampaikan aspirasinya dalam membentuk sebuah aturan. Tujuan tersebut agar para murid lebih berani nantinya untuk menyampaikan pendapat di forum-forum besar. Para murid S.I Onderwijs juga ditanamkan metode dialektika dalam memutuskan atau mengatur sesuatu hal. Sehingga menjadikan ruang kelas sebagai wadah aspirasi murid.Â
Selain itu, turut tersedia komunitas-komunitas tertentu yang sesuai dengan bakat para muridnya. Demikian setelah kelulusan para murid tentunya mereka sudah mempunyai senjata cukup pada dunia kemodalan dan bergerak dalam ranah perjuangan untuk membebaskan rakyat dari penindasan.
Kekuasaan kaum modal terdiri atas didikan yang berdasar kemodalan.
Kemerdekaan rakyat hanyalah bisa diperoleh dengan didikan kerakyatan.
                        (Tan Malaka)
Sumber Pustaka:
Malaka, Tan. Serikat Islam Semarang Dan Onderwijs, Jakarta: Pustaka Kaji, 2011.
Freire, Paulo. Pendidikan Kaum Tertindas, Jakarta: Pustaka LP3ES, 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H