Mohon tunggu...
Tonny Priangan
Tonny Priangan Mohon Tunggu... Sejarawan - Cultural Studies Student

Suka menghirup nafas sejarah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Pedagogig: Tan Malaka di S.I Onderwijs

3 Maret 2022   19:15 Diperbarui: 4 Maret 2022   00:26 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puluhan tahun lalu, tepatnya pada bulan juni 1921 sekolah berhaluan kerakyatan didirikan, yakni S.I Onderwijs. Pertama kali sekolah ini didirikan oleh Tan Malaka di Semarang atas inisiasi Semaoun yang pada saat itu menginginkan adanya ruang pendidikan bagi rakyat kelas bawah. Sebab pada saat itu, pendidikan hanya dapat dinikmati ataupun diperoleh kalangan Borjuis saja, tidakpun untuk kalangan kromo maupun kelas proletar. Maka dari itu, Semaoen selaku pimpinan PKI mempercayai Tan Malaka guna mendirikan dan mengelola pendidikan yang berhaluan kerakyatan dan untuk rakyat kelas proletar dengan mengacu ideologi anti kapitaslim-imperialsm.

Sebelumnya pada 1908, Tan Malaka pernah mengenyam pendidikan guru di Bukit Tinggi. Kala itu, Tan Malaka dinobatkan murid terpandai di sekolahnya oleh sang guru berkebangsaan Belanda, G.H Horensma. Melihat potensi kepintaran Tan Malaka, Horensma berupaya untuk mengumpulkan dana serta memberangkatkan Tan Malaka ke Belanda guna menempuh pendidikan selanjutnya. Lantas pada 1913 berkat pengumpulan dana oleh Horensma, Tan Malaka berangkat ke Belanda dan diterima di sekolah Guru di Harleem, Belanda.

Semasa sekolah lanjutannya di Belanda, Tan Malaka berkenalan dengan pemahaman ideologi Marxisme-Leninisme dan menggeluti perpolitikan Soviet yang saat itu sedang terjadi Revolusi Bolshevik yang ditenggarai oleh Vladimir Lenin sebagai pimpinannya. Tak dapat dipungkiri bila pada akhirnya Tan Malaka juga mengenal Henk Sneevliet, tokoh komunis belanda.

Kemudian selepas kelulusannya pada 1919 dari sekolah guru di Belanda, Tan Malaka mulai mengajar di perusahaan tembakau terbesar di Deli, Sumatera. Disana Tan Malaka mengajarkan para anak-anak kuli kontrak untuk mendidik buruh perkebunan baru. Fokus utama pendidikan tersebut tentunya tidak selaras dengan pemahaman Tan Malaka akan Marxisme-Leninisme. Sebab fokus pendidikan baca, menulis, menghitung dan keterampilan praktis hanya bertujuan untuk mendidik buruh agar meneruskan kekuasaan perusahan dalam memperoleh keuntungan. Maka dari itu, fokus pendidikan yang tidak selaras dengan pemahaman kebebasan dan kemerdekaan rakyat membuat Tan Malaka menerima tawaran dari Semaoen untuk mendirikan sekolah kerakyatan S.I Onderwijs pada 1921.

Tan Malaka tentunya amat paham untuk membuat program pendidikan sesuai kemauan Semaoen. Dengan pengalamannya memahami teori pendidikan di Belanda, Tan membuat konsep ataupun teknik pengajaran yang sesuai dengan kemauan dan keterampilan para murid. Murid murid S.I Onderwijs pun berasal dari kalangan kaum proletar (Kromo) dengan bakat yang melekat padanya. Murid-murid ini ada yang bekerja sebagai petani, pelukis, ataupun sebagai buruh. Namun dari latarbelakang murid-murid tersebut, Tan Malaka berupaya sebagaimana mungkin bakat yang melekat pada murid bisa ditajamkan dengan didikan kerakyatan di S.I Onderwijs dan berguna nantinya sebagai kaum terpelajar yang membela masyarakat tertindas.

Metode pendidikan S.I Onderwijs tidak terikat seperti sekolah lainnya kala itu, seperti Kweekschool dan H.I.S Governement yang menerapkan sistem pembelajaran dan mengatur sedemikian rupa yang tidak sesuai dengan bakat alami para murid. Di Kweekschool meskipun metode pembelajarannya tertata bukan menjadi jaminan bahwa murid-murid akan memahami secara jernih tentang pembelajaran. Sebab metode yang digunakan Kweekschool dan sekolah kolonial lainnya ialah metode menghafal. Murid diberikan sebuah pembelajaran baca, tulis dan menghitung, kemudian si pendidik menyuruh untuk menghafal, lantas ketika penghafalan sudah dilakukan ujian akan menjadi penentu kecerdasan murid. Tentunya hal tersebut akan membuat murid jauh dengan situasi objektif sekitar. Rakyat yang mengalami kesusahan tidak serta merta diketahui para murid tersebut. Singkatnya murid-murid yang belajar di Kweekschool maupun H.I.S Governement (sekolah kolonial) hanya bertujuan untuk memperkaya diri sendiri.

Dengan metode pendidikan seperti itu, penentu dari hasil ujian akan mempolarisasi antara si "pintar" dan yang si "tidak pintar". Hal tersebut akan terjadi distingsi antara para murid. Si "pintar" sulit bergaul dengan yang si "tidak pintar", begitupun sebaliknya si "tidak pintar" akan selalu merasa tertekan dan kurang yakin untuk bergaul dengan yang si "pintar". Perpecahan dan disintegrasi antar murid akan timbul disana. Sedangkan, metode penyeragaman pemikiran yang dilakukan sekolah kolonial tersebut jauh memberikan kemauan Si murid. Tekanan psikologis selalu dirasakan para murid tentunya. Meminjam istilah Michael Foucault (tokoh post-strukturalis) "Penyeragaman pengetahuan sebenarnya bertujuan untuk penguasa". Jadi sebagaimana mungkin metode pendidikan seperti itu terdapat fokus relasi kuasa yang bertujuan untuk mengontrol dan membentuk pemikiran sesuai kebutuhan penguasa.

Inilah konsep pendidikan "gaya bank" atau "transfer pengetahuan" yang dikatakan Paulo Freire (tokoh pedagogig). Ruang gerak untuk kegiatan murid hanya terbatas pada menghafal, menerima, mencatat, dan menyimpan. Selayaknya Bank yang menyimpan banyaknya uang nasabah dari via transfer maupun deposit. Dalam konsep pendidikan gaya bank atau transfer pengetahuan, merupakan sebuah pemberian atau anugerah dari seseorang yang berpengetahuan kepada mereka yang dianggapnya tidak memiliki pengetahun atau "tidak pintar". Hal ini saja sudah merupakan ciri dari penindasan dalam pendidikan. Murid tidak dibebaskan untuk menentukan takdirnya, melainkan sudah tertata oleh sistem yang mengarahkan murid sebagai kebutuhan kekuasaan.

Lantas kemudian, berbeda halnya dengan metode pedagogig sekolah kolonial, Tan Malaka di S.I Onderwijs selalu menekankan pada kebutuhan si murid tersendiri. Bakat alami yang melekat pada murid ditajamkan disana. Dengan cara mencocokan pendidikan bersama bakat, pekerjaan, aspirasi, dan gerakan rakyat. Maka metode tersebut merupakan cara memajukan kecerdasan, perasaan, dan kemauan murid yang melihat langsung situasi ketimpangan sosial di masyarakat (mengamati realita). Sehingga dengan melihat situasi ketimpangan sosial yang ada, sejatinya tidak menjauhkan murid dengan rakyat dan tidak memisahkan antara kaum terpelajar dengan yang tidak. Dengan metode dialog yang ajeg antara guru dan murid, keikutsertaan aktif serta bersama-sama mengamati realita. Tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang realitas yang terjadi itu secara kritis, tetapi juga dalam tugas menciptakan kembali pengetahuan itu.

Nantinya, mereka akan menyadari dirinya sebagai pencipta kembali pengetahuan yang tetap. Kehadiran para murid dalam perjuangan terhadap pembebasannya akan sesuai dengan yang diharapkan, yaitu keterlibatan aktif dan pasti bukan semu.

Selain itu, di S.I Onderwijs tidak ada sebuah peraturan yang ketat seperti sekolah biasanya pada zamannya. Sebab para murid S.I dibebaskan untuk mengadakan dan menyampaikan aspirasinya dalam membentuk sebuah aturan. Tentunya tujuan tersebut agar para murid lebih berani nantinya untuk menyampaikan pendapat di forum-forum besar. Para murid saat itu sudah mulai ditanamkan sejak dini metode dialektika yang diusung Marxism dalam memutuskan atau mengatur sesuatu hal, Tesis-antitesis-sintesis. Selain ruang kelas, wadah aspirasi murid juga tersedia di komunitas-komunitas tertentu yang sesuai dengan bakat para muridnya. Demikian setelah kelulusan para murid tentunya mereka sudah mempunyai senjata cukup pada dunia kemodalan dan bergerak dalam ranah perjuangan untuk membebaskan rakyat dari penindasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun