Mohon tunggu...
Toni Yoyo
Toni Yoyo Mohon Tunggu... Konsultan - Pekerja Profesional, Konsultan Manajemen dan Bisnis, Pembicara Publik, Trainer, Pengajar, Narasumber Radio dan TV, Penulis, Grafologis, dan Hipnoterapis

Toni Yoyo memiliki hampir 25 tahun pengalaman kerja di berbagai perusahaan besar. Menyelesaikan pendidikan S1 Teknologi Pangan, S2 Manajemen Keuangan, S2 Teknik Industri, dan S3 Manajemen Strategik dari berbagai universitas ternama di Indonesia, semuanya dengan predikat Cum Laude dan hampir selalu menjadi lulusan terbaik. Gelar sertifikasi profesi yang disandangnya adalah ELT (Essential Licensed Trainer), CPM® (Certified Professional Motivator), CPS® (Certified Public Speaker), CG (Certified Graphologist/Handwriting Analyst), dan C.Ht (Certified Hypnotherapist).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bangunlah Jembatan, Bukan Tembok Pemisah

27 Juni 2019   10:07 Diperbarui: 29 Juni 2019   14:29 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Miscommunication is the number one cause of all problems; communication is your bridge to other people. Without it, there's nothing. So when it's damaged, you have to solve all these problems it creates."

"Salah komunikasi adalah penyebab utama dari banyak masalah; komunikasi adalah jembatan ke orang lain. Tanpanya, tidak ada apa-apa. Jadi ketika komunikasi rusak, Anda harus menyelesaikan semua masalah yang diakibatkannya. "

~ Earl Sweatshirt ~

Konflik yang terjadi dalam hidup dua orang yang berpasangan dan berkeluarga adalah wajar dan biasa. Perbedaan yang dapat ditemukan antarpasangan adalah dalam mencegah, menghadapi, dan menyelesaikan konflik, serta memulihkan segala sesuatu setelah konflik terjadi. Meskipun konflik lebih cenderung bersifat merusak, jika dikelola dengan baik maka konflik dapat membawa manfaat positif.

Sepanjang konflik terjadi dan setelahnya, seringkali muncul tembok pemisah antar dua orang yang berpasangan. Tembok pemisah ini meskipun imajiner alias hanya ada di pikiran dan perasaan saja, namun keberadaannya terasa sangat jelas.

Jika tidak ditangani dengan baik, tembok pemisah ini semakin lama akan semakin tebal dan tinggi dengan bertambahnya konflik yang tak terselesaikan tuntas. Alhasil, komunikasi dan interaksi menjadi berkurang atau terbatas sehingga memperburuk hubungan berpasangan dan berkeluarga.

Adanya tembok pemisah menyebabkan meski dua orang berpasangan secara jarak fisik dekat dan sering bertemu namun secara hubungan terasa hambar dan kurang menggairahkan.

Apapun level konflik yang terjadi, akan cenderung membangkitkan naluri perlindungan dalam diri masing-masing orang yang berpasangan. Kita umumnya tidak suka merasa disalahkan, apalagi ditolak, diserang, atau disepelekan. 

Meskipun misalnya kita memang bersalah tetapi tata cara penanganan oleh pasangan kita akan menghasilkan dampak yang berbeda terhadap diri kita. Jika penanganan kurang pas, kita mungkin merasa kecewa dan tidak puas terhadap pasangan kita. 

Secara faktual, kita mungkin menjauhkan diri dari pasangan kita sebagai akibat dari sisa-sisa ketersinggungan dan kecurigaan yang terus bertahan dan mengendap dalam diri kita.

Konflik dalam frekuensi dan kadar yang tepat dapat meningkatkan kualitas diri masing-masing maupun kualitas hidup berpasangan dan berkeluarga. Konflik yang berhasil membawa manfaat positif memerlukan banyak persyaratan yang harus terpenuhi terlebih dahulu. 

Karena dampak dari konflik kadang sulit diantisipasi dan kualitas kedewasaan dan emosional dari dua orang yang berpasangan belum tentu berimbang, konflik antar dua orang yang berpasangan sebaiknya diminimalisir.

Konflik kadang muncul tak terduga. Misalkan pasangan kita menyampaikan tuduhan atau kritik berdasarkan cerita dari temannya. Jika kita menanggapinya dengan keras atau kita mencuekkannya maka konflik dapat berkembang menjadi semakin besar. Muncul rasa tidak suka bahkan kemarahan dalam diri kita maupun pasangan kita. Akan terbangunlah tembok pemisah.

Alih-alih balas menuduh atau balik menyalahkannya atau menganggap omongannya hanya angin lalu, cobalah untuk menanyakan dengan lebih lengkap dan jelas, serta mendengarkannya dengan baik. 

Klarifikasikan segala sesuatunya dengan emosi yang tetap terjaga. Jelaskan versi kita apa adanya. Inilah salah satu contoh membangun "jembatan" alih-alih "tembok pemisah". Tidak seperti tembok pemisah yang memisahkan dan menghalangi, jembatan menghubungkan dua orang yang berpasangan.

Keterhubungan yang diciptakan ketika membangun jembatan menuju pasangan kita datang dari kerelaan dan penerimaan akan diri kita sendiri dan diri pasangan kita. 

Sungguh tidak mudah namun bukanlah tidak mungkin untuk dilakukan. Ingatlah janji perkawinan saat kita dipersatukan dengan pasangan kita.

Janji perkawinan mengisyaratkan kita dan pasangan kita untuk selalu berusaha membangun jembatan bukan tembok pemisah. Janji tersebut merupakan sesuatu yang suci untuk dilakukan secara maksimal sepanjang kehidupan bersama.

Ingatlah wahai couples, bangunlah jembatan alih-alih tembok pemisah dengan pasangan kita. Tidak seperti tembok pemisah yang memisahkan dan menghalangi, jembatan menghubungkan dua orang yang berpasangan. Keterhubungan menjadi kunci kesuksesan dalam hidup berpasangan dan berkeluarga.

"Bangunlah 'jembatan' alih-alih 'tembok pemisah' dengan pasangan. Tidak seperti tembok pemisah yang memisahkan dan menghalangi, jembatan menghubungkan dua orang yang hidup bersama. Keterhubungan menjadi kunci kesuksesan dalam hidup berpasangan dan berkeluarga."

~ Toni Yoyo ~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun