Acara kompetisi bakat dan kecantikan juga sering melibatkan Rendy selaku juri maupun pengisi acara. Makanya ia juga mendirikan sebuah yayasan untuk menaungi pemuda-pemudi berbakat menyalurkan kompetensinya. Lewat tangan dingin Rendy, anak-anak didiknya mampu menorehkan prestasi hingga ke tingkat nasional. Sebut saja atas nama Azriel Satria Bima meraih predikat sebagai Duta Pariwisata Indonesia. Sebelumnya juga ada Agung dan Dilla yang mengawinkan gelar Duta Wisata Indonesia. Belum lagi, Mia Ramadhani berhasil melanggeng ke Singapura lewat Program Pertukaran Pelajar Antar negara. Totalitas Rendy membimbing para generasi muda berakar dari panggilan hati untuk mendukung kesuksesan setiap tunas bangsa. Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha. Jiwa seorang pekerja keras yang gigih dan pantang menyerah diwariskan dari sifat mendiang ayahnya.
Setelah cukup sukses dengan mengembangkan sanggar seninya, kini Rendy memperluas bisnisnya. Diliriknya peluang bisnis fashion yang selalu menjadi kebutuhan dasar manusia. Rendy mengangkat tema batik daerah khas motif Bangka Selatan, di antaranya motif ayam jembang timur, motif terumbu karang, dan motif bunga ketakung. Corak batiknya mengadopsi seni dan kearifan lokal daerah asalnya. Terbukti pilihannya tidak salah. Batik karya Rendy menjadi salah satu karya yang diapresiasi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia dalam acara Apresiasi Kreasi Indonesia. Rendy pun berkesempatan bertatap muka langsung dengan Bapak Menteri.
Rendy terus berkarya membesarkan nama sanggarnya. Sanggar yang diberi nama dari nama belakang adik yang selalu dalam kenangannya, Arif Dharmawan. Sedangkan suku kedua nama sanggarnya menunjukkan kecintaannya pada daerah kelahirannya. Inilah sekelumit kisah Rendy, sang maestro seni dari selatan Pulau Bangka, anak muda berbakat yang berhasil bangkit dari keterpurukan hidup, pendiri sanggar: DHARMA HABANGKA.
Hari ini, Rendy duduk memandangi pohon ketapang kencana yang sudah tumbuh kokoh dan rindang. Secangkir teh hangat menemaninya. Dipandanginya pohon itu dari pucuk hingga akarnya yang menonjol keluar di atas tanah. Ia mengagumi keperkasaannya dalam bertahan hidup dan tumbuh berkembang. Pandangan Rendy kemudian beralih ke papan nama yang terpancang di dekat pagar. Papan itu tertulis nama besar sanggarnya yang telah berumur satu dekade.
Memorinya kemudian kembali sebentar ke masa lalu.
"Kenapa ditebang pohonnya, Yah?" tanya Rendy kala itu.
"Nanti kamu akan tahu kenapa," jawab ayah singkat.
Dalam harunya, Rendy berbisik,"Iya, Ayah! Rendy sudah mengerti sekarang."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H