Mohon tunggu...
TONI PRATAMA
TONI PRATAMA Mohon Tunggu... Administrasi - Kepala Bagian Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Daerah Bangka Selatan

Saya mulai fokus menulis sejak tahun 2023 dengan menerbitkan 2 buku solo dan belasan buku antologi. Salah satu karya saya berupa novel diterbitkan penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP) Gramedia Group. Prestasi yang pernah saya raih yaitu juara 1 lomba menulis cerita rakyat yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Bangka Belitung tahun 2023. Menulis dan membaca tentu menjadi kegiatanku saat waktu luang. Semoga bisa terus berkarya, karena ada kalimat yang sangat menginspirasiku: JIKA KAMU INGIN MELIHAT DUNIA MAKA MEMBACALAH, JIKA KAMU INGIN DILIHAT DUNIA MAKA MENULISLAH!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jian, si Anak Pulau

12 Mei 2024   07:05 Diperbarui: 12 Mei 2024   07:13 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jian, Si Anak Pulau (Bagian 1)

"Siapa yang berani maju ke depan?"

Tantang Pak Gubernur selaku pembina upacara pagi itu di acara Pembukaan Jambore Daerah 2022 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Ribuan peserta terdiam dan mematung. Sekian detik tidak ada pergerakan dari sudut mana pun. Suasana menjadi tegang dan saling menunggu.

"Ayo Jian, Maju!"

Ada suara asing yang berbisik di telinganya saat itu. Tapi saat ia menoleh, tidak ada sumber suara yang jelas. Dan tanpa berpikir panjang, Jian maju dengan kepercayaan diri yang cuma sepersepuluh. Langkahnya pun pelan dan berhati-hati.

"Jian, LARI !"

Suara Kak Eddy, menyemangatinya agar mempercepat langkahnya. Jarak antara barisan peserta upacara dengan panggung kehormatan cukup terbentang jauh. Kalau langkahnya selambat keong seperti tadi bisa sampai magrib baru sampai. Jian pun terpacu seperti karaban sapi. Dan sekejab mata sudah berada di depan mimbar Pak Gubernur.

"Siapa namamu?"

"Siap! Jian."

"Jian saja?"

"Siap! Jian, bukan Jian Saja!"

"Iya, maksud saya, tidak adakah nama belakang?"

"Siap! Kami selalu terdepan, tidak ada belakang!"

"Ya, Tuhan! Anak siapa ini?"

"Siap! Anak Bangka Selatan!"

Sontak suara tawa bergemuruh di lapangan Bumi Perkemahan Depati Amir, Balunijuk. Postur tubuhnya boleh mungil, tapi nyalinya sebesar Brontosaurus. Kak Eddy menepuk jidat.

"Ok lah! Jian, kamu bisa berpantun?"

"Siap! Bisa, Pak!"

"Balas pantun saya kalau begitu, ya! Mau hadiah, kan?"

"Siap! Mau!"

Pak Gubernur menatap Jian sebentar, lalu menuturkan pantunnya.

"Lambang Pramuka Tunas Kelapa

Tunas Tumbuh di Mana Saja

Saya Bangga Hadir di Tengah Adik-adik Semua

Dengan Tulus Saya Ucapkan Salam Pramuka."

Tepuk tangan pun riuh mengapresiasi pantun Pak Gubernur yang mantap.

"Sekarang giliranmu, Jian!"

Suasana hening sekian detik, Jian menundukkan kepala sebentar, menutup mata, dan kemudian menarik nafas panjang. Saat kepercayaan dirinya sudah mencapai titik kulminasi, dengan tersenyum dan kepala terdongak, Jian pun membalas pantun Pak Gubernur.

"Kopi Susu Rokok Surya

Mental Cupu Banyak Gaya!"

Pantun yang demikian spontan dan tidak nyambung membuat ribuan hadirin terpingkal-pingkal hingga keluar airmata. Pak Gubernur pun tidak kuasa menahan tawa mendengar pantun jenaka Jian. Setengah mati Pak Gubernur menstabilkan nafas untuk melanjutkan kata-katanya.

"Ha..ha..haa... Sini kamu, Jian!"

Jian pun maju hingga ke atas mimbar dan berdiri di sebelah Pak Gubernur.

"Siapa yang cupu dan banyak gaya itu maksudmu, Jian?"

"Siap! Saya sendiri!"

"Ha..ha..ha.. Terima kasih, Jian, sudah menghibur kami pagi ini!"

"Siap! Hadiahnya dong, Pak!"

"Ha...haa.. haa.. iya, bapak ingat kok! Pejabat tidak boleh mengingkari janji!"

"Siap! Bapak orang hebat!"

"Kamu akan menjadi lebih hebat di masa yang akan datang!"

Tepuk tangan pun bergema menggelegar. Pak Gubernur menoleh dan mencari seseorang di antara tamu VIP.

"Kak Irham!"

"Siap, Kak!"

Kak Irham selaku Waka Binamuda Kwarda Bangka Belitung tergopoh-gopoh mendekati mimbar.

"Kak Irham catat ya nama Jian sebagai peserta Jambore Dunia tahun depan di Korea Selatan!"

"Siap, Kak!"

Mendengar pengumuman itu, sekujur badan Kak Eddy bergetar saat itu. Seolah kaki tidak berpijak tanah. Matanya langsung berkaca-kaca. Hadiah yang luar biasa berharganya bagi anak asuhnya. Tepuk tangan semakin bergemuruh saat itu. Semua hadirin terharu dengan kebaikan hati Pak Gubernur.

Sementara apa kabar si Jian saat itu? Ia hanya cengar-cengir saja tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ia tidak sadar bahwa baru saja menerima sebuah hadiah besar dari orang nomor satu provinsi Bangka Belitung.

"Jian! Bilang terima kasih ke Pak Gubernur!" arahan Kak Irham

"Terima kasih, Pak! Tapi hadiahnya apa? Jian belum terima apa-apa!" sahut Jian dengan polos.

Satu lapangan hampir pingsan dibuat Jian. Dasar cupu nian tuh anak! Bahkan wajahnya datar dan polos saja mendengar tawa segenap hadirin yang sudah mau pipis di celana dibuatnya. Pak Gubernur sudah tak sanggup lagi tertawa kala itu.

"Ha..ha..haa... udah..udah... lama-lama bisa stroke saya! Kak Irham, cepat bawa turun Jian! Ha..haa..ha"

"Pokoknya bilang terima kasih kepada Pak Gubernur! Nanti Kak Eddy akan jelaskan!" desak Kak Irham.

"Terima kasih, Pak Gubernur!"

"Iya,, sama-sama.. teruslah berkarya ya! Kamu anak hebat!"

"Siap, Pak!"

Anak pulau itu pun turun dari mimbar dan kembali ke barisannya. Ia masih belum menyadari sepenuhnya apa yang telah terjadi. Dalam bayangan dirinya yang namanya hadiah ya seperti sepeda atau bingkisan berbentuk kotak dan dikasih pita.

"Jian, kamu diberangkatkan Pak Gubernur untuk ikut Jambore Dunia di Korea Selatan tahun depan."

"Korea Selatan itu di mana, Kak?"

"Di sebelah rumahmu. Cuma 5 langkah!"

Kak Eddy sudah gemas menghadapi Jian yang polos menatapnya dengan ekspresi wajah layaknya boneka Pororo.

"Jian, Korea Selatan itu di luar negeri"

"Naik speed lidah bisa sampai, Kak?"

"Bisa, sampainya tahun depan!"

"Nah, kan pas jamborenya tahun depan kan, Kak?"

Kak Eddy sudah mau meletus seperti balon hijau.

"Jian, ke Korea Selatan itu mesti naik pesawat terbang."

"Serius, Kak? Pesawat terbang yang sering lewat di atas pulau itu? Horeeeeee! Jian mau naik pesawat, Kak! Pak gubernur baik sekali! Asyikkkk....!"

"Telatttt...! Baru nyambung sekarang!"

Jian garuk-garuk kepala cengengesan. Dia baru mulai menyadari betapa luar biasa hadiahnya itu. Ia pun berjingkrak-jingkrak kegirangan.

"Horeeee....!! Aku naik pesawat!"

Terbayang dia betapa serunya nanti naik pesawat. Anak Pulau Lepar, seorang anak nelayan, yang selama ini hanya bersorak-sorai memanggil pesawat di angkasa itu, akhirnya memiliki kesempatan duduk melihat cakrawala dari jendela pesawat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun