Mohon tunggu...
TONI PRATAMA
TONI PRATAMA Mohon Tunggu... Administrasi - Kepala Bagian Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Daerah Bangka Selatan

Saya mulai fokus menulis sejak tahun 2023 dengan menerbitkan 2 buku solo dan belasan buku antologi. Salah satu karya saya berupa novel diterbitkan penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP) Gramedia Group. Prestasi yang pernah saya raih yaitu juara 1 lomba menulis cerita rakyat yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Bangka Belitung tahun 2023. Menulis dan membaca tentu menjadi kegiatanku saat waktu luang. Semoga bisa terus berkarya, karena ada kalimat yang sangat menginspirasiku: JIKA KAMU INGIN MELIHAT DUNIA MAKA MEMBACALAH, JIKA KAMU INGIN DILIHAT DUNIA MAKA MENULISLAH!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tiga Mustika Tanjung Kerasak

11 Mei 2024   08:08 Diperbarui: 11 Mei 2024   08:09 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TIGA MUSTIKA TANJUNG KERASAK

 

"Lingkungan yang bersih dan asri akan membawa kita merasakan kebahagiaan dalam lingkungan itu sendiri"

 

Bangka Selatan memiliki begitu banyak destinasi wisata yang mempesona. Potensi alam yang kaya itu bagaikan mustika tak ternilai bagi kesejahteraan masyarakatnya. Desa Pasir Putih salah satu dari puluhan desa lainnya yang menyimpan aset berharga yang dianugerahkan oleh Yang Maha Kuasa. Sumber daya perkebunan berupa lada dan pohon kabung hingga jajanan tradisional berupa kue badak merupakan mustika menandingi logam mulia. Adakah lagi mustika lain yang tersimpan di desa indah permai itu? Mari kita simak legenda yang satu ini:

"Pak Kades...Pak Kades!" terdengar teriakan dari luar rumah.

Pak Kades tergopoh-gopoh membukakan pintu.

"Iya, ada apa, Pak Toha?" tanya Pak Kades sambil membetulkan sarungnya.

"Tolong saya, Pak! Si Mina, anak saya, tiba-tiba jadi murung. Tidak mau makan dan minum apa-apa," suara Pak Toha bergetar karena khawatir.

"Apakah sudah dibawa ke tabib?" tanya Pak Kades.

"Sudah, Pak Kades. Tapi tidak ada perubahan. Tetap saja seperti itu," Pak Toha menjelaskan.

"Hmmm.. Sungguh aneh! Anaknya Pak Amir dan Bu Siti juga mengalami sakit yang sama," Pak Kades tertegun kebingungan.

"Saya dengar anaknya Pak Yanto juga sakitnya begitu, Pak," Pak Toha berkata dengan sedih.

Beberapa minggu ini, desa Pasir Putih terusik oleh berbagai macam kejadian aneh. Banyak warga yang jatuh sakit dengan gejala penyakit yang aneh seperti terganggu tidur dengan kecemasan berlebihan. Ada yang tiba-tiba berubah jadi orang murung, tidak mau bicara, makan, maupun minum, serta merasakan kesepian yang mendalam. Seolah mengalami depresi yang akut. 

Selain banyak yang mengalami penyakit kejiwaan, ada juga warga yang mengeluh ladangnya gagal panen karena diserang hama. Sebagian lagi meratapi kebunnya kering kerontang akibat kemarau panjang. Belum lagi sering terjadi angin ribut padahal tiada hujan. Rumah-rumah penduduk banyak yang menjadi rusak diamuk puting beliung. Entah mengapa semua malapetaka itu datang silih berganti. Seakan alam sedang menunjukkan kemarahannya.

Padahal sebelum semua masalah itu terjadi, masyarakat desa Pasir Putih hidup rukun dan damai. Desa yang indah permai ini terletak di ujung tenggara kabupaten Bangka Selatan. Kebanyakan warga desa setempat hidup dari bercocok tanam dengan berkebun dan berladang. Lada dan gula kabung merupakan produk unggulan yang terkenal dari desa ini. Selain itu, pesona yang teristimewa dari desa yang sejahtera ini adalah adanya pemandangan pantai yang sangat indah. Pasir putihnya menawan hati serta air laut nan biru dihiasi batu-batu granit yang memesona.

Namun, belakangan ini sang Kepala Desa sangat dipusingkan dengan segala musibah yang menimpa warganya. Ia pun memohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa, Penguasa Langit dan Bumi. Saat sedang berdoa dengan khusyuk, terdengarlah suara gaib dari sosok lelaki tua berjubah putih dan bercahaya terang. 

"Wahai Ananda, sesungguhnya semua masalah yang datang adalah akibat ulah manusia sendiri. Tahukah Ananda, bahwa desa ini dikenal dengan sebutan Pasir Putih karena sepanjang pantai di desa ini dianugerahi pasir surgawi yang putih bersih?"

Sosok itu membelai jenggot putihnya yang panjang hingga ke dada, kemudian melanjutkan wejangannya.

"Keindahan pantai di desa ini menarik hati para Peri sehingga dijadikan tempat pemandian mereka. Namun kalian telah mengotori tempat kesayangan para Peri itu dengan sampah yang menggunung. Saat ini para Peri sangat marah sehingga terjadilah musibah ini." 

"Apa yang harus kami lakukan agar semua malapetaka ini dapat berlalu, wahai Dewata yang agung?" tanya Pak Kades di tengah keputusasaannya.

Sosok lelaki tua itu menghela nafas panjang dan menggelengkan kepalanya dengan lemah.

"Satu-satunya cara untuk mengembalikan kedamaian di desa ini adalah dengan segera bersihkan sampah sekecil apapun di tempat keramat itu!" titahnya tegas.

Setelah mendapatkan petunjuk tersebut, sang Kepala Desa langsung mengumpulkan warganya untuk bergotong-royong. 

"Kita harus bersihkan pantai ini sebersih-bersihnya! Jangan ada sampah sekecil apa pun! Ayo semuanya semangat bekerja!" kata Pak Kades berapi-api.

Seluruh warga pun bahu membahu membersihkan pantai yang terletak tidak jauh dari pemukiman mereka. Tua, muda, laki-laki, maupun perempuan, semuanya bekerja dengan penuh semangat. 

"KRASAKKK....! KRASAAKKK...!"

Bunyi sampah yang menggunung itu ramai saat terinjak kaki warga desa.

"KRASAAKK...! KRASAAAAKKK!!!"

Bunyinya yang nyaring membuat warga desa menamakan pantai tersebut dengan Tanjung Kerasak.

Sungguh ajaib! Setelah pantai itu bersih, segala keluh kesah dan kegundahan warga desa berangsur-angsur berlalu. Mereka yang tadinya sakit, kini kembali sehat. Hasil kebun dan ladang mulai berlimpah. Bencana alam pun tidak pernah lagi terjadi. Kehidupan di desa itu kembali diselimuti kebahagiaan dan suka cita.

Suatu malam, sosok lelaki tua berjubah putih itu kembali menampakkan diri kepada sang Kepala Desa. 

"Wahai Anandaku, para Peri sangat senang karena tempat kesayangan mereka sekarang sudah bersih dan indah kembali. Sebagai tanda terima kasih, mereka menganugerahkan tiga mustika ini, yaitu Mustika Keselamatan, Mustika Kesehatan, dan Mustika Kebahagiaan," kata sosok tersebut seraya menyerahkan tiga buah benda dari balik jubahnya. 

Sang Kepala Desa menerima ketiga mustika tersebut dengan tangan gemetar.

"Hanyutkanlah ketiga mustika ini ke laut, maka  mustika ini akan menjadi benteng bagi kedamaian desa ini!" perintah sosok lelaki tua tersebut sebelum menghilang.

Sang Kepala Desa memperhatikan tiga mustika yang berwujud batu berkilau indah yang berwarna putih, hijau, dan merah muda. Tanpa sepengetahuan orang lain, ia membawa ketiga mustika tersebut ke tepi pantai untuk dihanyutkan. Terjadilah keajaiban! Tiga mustika itu berubah menjadi tiga pulau kecil dengan bebatuan yang indah, seolah membentengi wilayah itu dengan kokohnya.

Sejak saat itu, warga desa Pasir Putih hidup tenteram, damai, dan sejahtera sampai turun temurun. Pantai Tanjung Kerasak tetap dijaga kebersihannya dengan pesona tiga pulau kecil di seberangnya. Air lautnya berwarna biru bening berpadu dengan pasir putih yang halus menjadikan pantai ini sebagai destinasi wisata unggulan. Setiap hari ramai wisatawan dari berbagai daerah datang untuk menikmati panoramanya yang memukau. 

Cerita yang melegenda itu, menjadikan adanya pantangan membuang sampah sembarangan bagi warga desa dan pengunjung di pantai itu. Mereka khawatir  jika pantangan itu dilanggar, maka akan terjadi hal yang tak diinginkan di kemudian hari. Lagipula, menjaga kebersihan adalah wajib hukumnya dalam setiap ajaran. Berkat kebersihan yang terjaga dengan baik, ditambah dengan pemandangannya yang memesona, Pantai Tanjung Kerasak berhasil dinobatkan sebagai salah satu dari 7 Pesona Bangka Selatan.

Mari bersama kita jaga mustika yang telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa dengan menjaga kelestarian dan kebersihannya! Jangan sampai ia ternoda oleh kebodohan dan kelalaian kita sendiri! Inilah wujud nyata rasa syukur kita atas titipan berharga ini yang nantinya akan kita wariskan kepada anak cucu kita.

Sudah buang sampah di tempatnya? Bagus! Terimakasih sudah turut menjaga kebersihan Pesona Bangka Selatan! Ayo kita jalan lagi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun