Pasti banyak yang menentangnya. Berbagai kilah pasti juga akan bermunculan dengan nada yang luar biasa kuat. Mungkin akan ada yang mengatakan, "sekarang bukan jamannya lagi seperti itu!" Atau, "itu sama saja dengan membunuh hajat hidup orang banyak!"  Dan, sangat boleh jadi akan terdengar pula kalimat dengan nada sewot berikut, "ini jaman reformasi, semua orang punya kebebasan berkarya; tidak ada berangus-berangusan!"
Daripada 'rame-rame', mari melihatnya dari kepentingan yang lebih besar. Coba pikirkan. Dalam kondisi yang serbasusah ini, mana yang lebih dibutuhkan: sesuatu yang sekadar menakut-nakuti atau sesuatu yang menimbulkan gelak tawa bahagia bahkan dapat menambah pengetahuan? Mana yang dapat membantu mendorong masyarakat melangkah maju mengejar segala ketertinggalan: karya-karya yang membuat ketakutan atau sebaliknya, karya yang memperluas wawasan? Dan, mana pula yang dapat menjadikan orang tua bangga: mendengarkan generasi muda bercakap heboh mengenai tubuh-tubuh gentayangan tanpa kepala, atau berbagai hal yang dapat mengasah ketajaman berpikir mereka?
Percayalah, persoalan yang membentang di muka tidak hanya berat dan besar, tapi juga bisa mengerikan. Karenanya, diperlukan pula langkah-langkah besar untuk mengatasinya. Kalau perlu mengulang "drama" Koes Bersaudara 44 tahun silam untuk kepentingan yang sangat besar; mengapa tidak?
s e l e s a i
[tulisan ini dibuat pada bulan April tahun 2008]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H