Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Ujian Sekolah Terlewati, Ujian Nasional Menanti

16 April 2016   12:55 Diperbarui: 16 April 2016   13:13 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Peserta didik bersiap mengikuti ujian"][/caption]Hari ini Sabtu, 16 April 2016 adalah hari terakhir penyelenggaraan ujian akhir sekolah tingkat SMP/MTs se Indonesia, akan tetapi bukan berarti seluruh siswa SMP/MTs se Indonesia bisa bernafas lega karena hari Senin, 9 Mei 2016 ujian nasional telah menanti para calon generasi muda yang akan datang. Meskipun tidak seperti 5-10 tahun yang lalu ketika itu penentuan  kelulusan peserta didik masih murni dari hasil ujian nasional, tidak seperti 2 tahun belakangan ini yang mana ujian nasional tidak menjadi satu-satunya standar kelulusan bagi peserta didik karena sekolah masing-masing diberikan kewenangan penuh oleh pemerintah untuk meluluskan peserta didiknya dengan catatan masing-masing sekolah membuat standar kriteria kelulusan bagi peserta didik supaya lulusan dari sekolah tersebut memiliki kualitas yang diharapkan oleh sekolah maupun pemerintah.

Lalu apa tujuan pemerintah masih mengadakan ujian nasional?? ternyata pemerintah masih melihat hasil ujian nasional sebagai tolak ukur atau pemetaan bagi kualitas pendidikan yang ada di daerah, jika pada suatu daerah rata-rata nilai ujian nasionalnya rendah maka daerah tersebut akan mendapat sorotan dari pemerintah dan di anggap kualitas pendidikan di daerah tersebut belum berkualitas sedangkan daerah yang memiliki nilai rata-rata ujian nasionalnya tinggi maka daerah tersebut dianggap memiliki kualitas pendidikan yang baik.

Hal semacam ini biasanya kerap menimbulkan kecurangan karena daerah pasti tidak ingin daerahnya di cap sebagai daerah dengan tingkat pendidikan yang biasa-biasa saja, penyelenggara pendidikan di daerah pasti akan melakukan segala cara untuk meningkatkan mutu pendidikan yang ada di daerahnya, salah satu contoh yang sering kita dengar adalah kebocoran soal dan kunci jawaban, soal ujian nasional beserta kunci jawaban yang seharusnya menjadi dokumen negara dan sangat rahasia sebelum pelaksanaan ujian nasional malah di perjualbelikan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Pertanyaannya sekarang masih perlukah pemerintah mengadakan ujian nasional??? dengan biaya yang relatif mahal untuk menyelenggarakan ujian nasional, rasa-rasanya pemerintah harus berpikir 1000 kali untuk menyelenggarakan ujian nasional, apalagi dengan perekonomian Indonesia saat ini yang menuntut penguasa untuk meminimalisir pengeluaran yang tidak perlu, meskipun 2 tahun belakangan ini pemerintah dalam hal ini Mendikbud telah menunjuk beberapa sekolah dari beberapa Provinsi untuk menyelenggarakan ujian nasional berbasis komputer dengan harapan meminimalisir pengeluaran anggaran untuk penggandaan naskah ujian nasional, akan tetapi jika nantinya seluruh sekolah di Indonesia menyelenggarakan ujian nasional berbasis komputer maka yang ada jaringan internet di seluruh Indonesia akan bermasalah belum lagi di daerah seperti Indonesia bagian timur belum tentu seluruh siswa mampu mengoperasikan komputer.

Pertanyaan selanjutnya, apakah ujian nasional dapat mereprensentasikan kemampuan peserta didik???

jika selama ini peserta didik dan tentu saja orang tua sangat bangga jika mendapatkan nilai ujian nasional yang tinggi dengan harapan dapat memilih sekolah yang di idamkan selama ini, peserta didik yang bangga dengan hasil ujian nasionalnya yang tinggi biasanya hanya tahu apa belum bisa apa, sedangkan anak yang cerdas adalah anak yang tidak hanya tahu apa tetapi juga bisa apa, anak yang cerdas adalah anak yang kreatif dan mampu memecahkan masalahnya sendiri, anak yang nilai matematikanya tinggi dianggap anak cerdas, bukankah anak yang nilai olahraganya tinggi juga disebut anak cerdas.

Terlepas dari hasil atau nilai ujian nasional ada yang lebih penting dari sekedar deretan angka-angka tersebut yaitu afektif atau sikap, sikap yang terpuji inilah yang harus kita tanamkan kepada peserta didik kita sedini mungkin, percuma juga peserta didik kita mendapatkan nilai ujian nasional yang tinggi akan tetapi tidak memiliki akhlak yang baik terhadap temannya, guru, dan orang tua, yang paling sering dan menjadi budaya di pendidikan Indonesia adalah peserta didik ingin mendapatkan nilai yang tinggi akan tetapi tidak melalui proses belajar yang sungguh-sungguh dan lebih memilih cara instan seperti mencontek dan membeli kunci jawaban kepada oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, seharusnya peserta didik bangga dengan nilai kecil tetapi dia jujur dalam mengerjakan soal ujian nasional ketimbang mendapatkan nilai tinggi tetapi mencontek jawaban dari temannya, akan jadi apa generasi muda kita jika sejak dini terbiasa dengan hal-hal kotor semacam itu, apalagi suatu hari nanti negara ini akan di pimpin oleh generasi muda yang terbiasa dengan hal-hal kotor semacam itu.

Pada hari Senin, 11 April 2016 saya ditugaskan oleh sekolah untuk menjadi pengawas ujian sekolah di salah satu  SMP Negeri yang ada di Bondowoso, ketika saya masuk keruangan untuk mengawasi para calon generasi muda kita, saya teringat akan masa-masa sekolah dulu ketika saya harus mengerjakan soal ujian dengan di awasi oleh para pengawas ujian, para peserta didik tersebut ibarat " terpidana " yang selalu diawasi oleh para sipir penjara, rame sedikit ditegur, tengok kanan dan kiri di tegur, menggerakkan badan sedikit ditegur, mungkin saja mereka mau buang air dan angin di tahan-tahan sampai berakhirnya waktu ujian. Setiap kali saya menjaga diruangan yang berbeda saya selalu menyempatkan diri untuk memberikan arahan kepada peserta didik meskipun peserta didik yang saya awasi bukan peserta didik tempat saya mengajar akan tetapi kita sebagai guru harus memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap para calon generasi muda kita siapapun itu, sebelum peserta didik tersebut mengerjakan soal saya selalu menyampaikan kepada mereka untuk sebisa mungkin mengerjakan soal sendiri tanpa harus mencontek atau bekerja sama dengan temannya yang lain karena saya akan lebih bangga jika ada anak yang mendapatkan nilai kecil akan tetapi dengan usahanya sendiri daripada anak yang mendapat nilai tinggi akan tetapi mencontek pekerjaan temannya, apalagi sekarang sekolah yang berwenang untuk meluluskan siswa-siswinya berapapun nilai yang akan di dapat oleh siswa, karena fitrah manusia itu sendiri di ciptakan oleh Allah SWT memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, jangan sampai kamu memaksakan kemampuan kamu jika kamu hanya mampu segitu, jangankan kamu, guru kamu saja punya keterbatasan, guru kamu yang pandai matematika belum tentu menguasai Bahasa Inggris begitupun sebaliknya, setelah itu saya bertanya kepada mereka, Apa tujuan kalian sekolah ??? ada beberapa anak putra menjawab " karena banyak temen pak, dan banyak ceweknya"...saya pun sedikit tersenyum mendengar jawaban dari beberapa anak putra tersebut, kemudian ada lagi yang menjawab " Untuk mencari ilmu pak ", ada lagi yang menjawab " Untuk dapat ijazah pak, kalau tidak punya ijazah nanti tidak dapat kerja "..begitulah rata-rata anak menjawab pertanyaan saya, ternyata peserta didik tersebut belum memahami betul apa esensi dari mereka bersekolah. Ketika saya menanyakan kembali kepada mereka " Untuk apa nilai tinggi "?? mereka serentak menjawab supaya orang tua bangga dan dapat masuk SMA favorit pak " persis jawaban mereka dengan apa yang saya bayangkan dulu ketika masih duduk di bangku SMP, saya kembali bertanya " apa nilai tinggi menjamin kamu masuk SMA favorit dan dengan mudah diterima kerja?? " mereka pun sempat berfikir dan terpaku mendengar pertanyaan saya, sepertinya mereka bingung akan pertanyaan saya, saya pun menjawab sendiri pertanyaan saya, " Nilai tinggi yang kamu miliki tidak akan menjamin kamu masuk ke SMA favorit apalagi dengan mudah mendapatkan kerja dengan hanya bermodal raport dengan nilai tinggi dan hasil ujian sekolah dan nasional yang tinggi, zaman sekarang masuk SMA favorit di tes baik tes tulis maupun lisan, bisa jadi nilai raport kamu ditinggikan oleh gurumu apalagi kamu ingin melamar kerja, yang pasti nilai raport tidak akan pernah dilihat oleh pimpinan di suatu instansi atau perusahaan karena siapa yang memiliki skill yang mumpuni yang dapat diterima kerja, suatu contoh di dalam raport nilai komputer kamu tinggi akan tetapi setelah di tes ternyata kamu tidak bisa mengoperasikan komputer dan ini pembohongan besar, nilai raport kamu ternyata menipu.

Ketika saya menyampaikan hal semacam itu kepada mereka ternyata mereka mendengarkan betul apa yang saya sampaikan dan mengaplikasikannya dalam mengerjakan soal, mereka terlihat tenang dan seperti tidak ada beban meskipun nantinya hasil yang didapat tidak memuaskan mereka, guru, dan tentu saja orang tua mereka.

Bukan hanya tugas pemerintah saja dalam hal ini Mendikbud untuk memajukan mutu pendidikan di Indonesia akan tetapi kita sebagai pendidik dan tenaga pendidikan yang ada disekolah beserta masyarakat di suatu daerah yang harus berkomitmen untuk memajukan pendidikan yang ada didaerah karena masa depan bangsa ini terletak pada para peserta didik kita, jangan sampai pendidikan di Indonesia di kotori oleh oknum-oknum yang mengambil keuntungan sendiri apalagi sekolah yang menjadi tempat-tempat belajar dan mendidik para calon penerus pemimpin kita menjadi sarang perjokian, apalagi banyak sekolah yang tidak transparan dalam mengeluarkan hasil ujian sekolah dan nasional serta memasang banner kelulusan peserta didiknya dengan nilai yang tinggi hanya untuk menarik minat masyarakat untuk mendaftarkan putra-putrinya disekolah tersebut dan yang pasti menjaga reputasi sekolah tersebut supaya tetap terjaga kualitasnya, bukankah sekolah yang berkualitas tidak hanya dilihat dari jumlah peserta didiknya akan tetapi output siswa yang keluar dari sekolah tersebut sudah bisa apa dan tahu apa serta memiliki akhlak yang baik, apalagi tujuan dari sekolah itu sendiri membaikkan anak yang nakal, dan memintarkan anak yang bodoh, jika semua itu dapat berjalan Insyaallah sekolah tersebut akan menjadi sekolah yang terpandang dan sudah pasti sekolah tersebut memiliki mutu pendidikan yang berkualitas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun