Mohon tunggu...
Muhamad Muhajirin
Muhamad Muhajirin Mohon Tunggu... Lainnya - Tongkie

Putra Ujung Selatan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Negeri Mimpi

24 Juni 2020   07:30 Diperbarui: 24 Juni 2020   07:38 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

T'lah tiba aku di pulaumu.
Tempat kau gemar deringkan lonceng kota.
Burungburung gereja berhamburan.
Orangorang menjadi sibuk luar biasa.
"selamat tiba" ucapmu.
Kau goreskan sebaris bianglala.
Tamantaman dipenuhi ribuan kupukupu berwarna.
Reranting kuncupkan  pucuk dedaun; diujungnya terlantun nyanyian kepodang.
"inikah negerimu ?".
Belantara serupa permadani raksasa; bayu begitu manja bermain pada kulitkulit rupa bidari.

"Negeri Syurga" ucapku terpana

Pada sebuah musim yang tak biasa

Aku t'lah sampai dipulaumu

Taman taman nyaris rupa

Gunung gunung tak lagi beludru

orang orang berwajah sinis memandangku risih

"Inikah negerimu?".

Negeriku, hutan habis dimakan; laut kikis diminum.
Orang orang membawa pedang; sibuk berperang

"Inikah negerimu?".
Gunung ditata didepan jendela.
Negeriku, perut bumi dikuras negara seberang.
Negerimu, pintu rumah sakit tersenyum ramah.
Negeriku, sakit begitu mahal.
Negerimu rapi tak bersampah.
Negeriku, kotoran dibudidayakan.
Duh, negerimu penuh orangorang yang pandai menjaga hati.
Negeriku, sesak oleh hati yang hoby korupsi.
"Inikah negerimu?".
Orangorang gemar bertandang ke rumah Tuhan.
Negeriku, Tuhan setelah makan.
Negerimu, anakanak riang belajar.
Negeriku, anakku tak punya buku dan seragam.
"Wah, negerimu..."
"Duh, negeriku..."

T'lah tiba aku di pulaumu.
Tempat dimana kau gemar deringkan lonceng kota yang gemerincingnya luka

memamah sisa sisa harapan yang mungkin kan terjaga
katamu, ini hanya negeri mimpi.

Tempat terakhir doa singgah
Semoga musim berubah.

Lombok Tengah-Sekotong, 23 Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun