T'lah tiba aku di pulaumu.
Tempat kau gemar deringkan lonceng kota.
Burungburung gereja berhamburan.
Orangorang menjadi sibuk luar biasa.
"selamat tiba" ucapmu.
Kau goreskan sebaris bianglala.
Tamantaman dipenuhi ribuan kupukupu berwarna.
Reranting kuncupkan  pucuk dedaun; diujungnya terlantun nyanyian kepodang.
"inikah negerimu ?".
Belantara serupa permadani raksasa; bayu begitu manja bermain pada kulitkulit rupa bidari.
"Negeri Syurga" ucapku terpana
Pada sebuah musim yang tak biasa
Aku t'lah sampai dipulaumu
Taman taman nyaris rupa
Gunung gunung tak lagi beludru
orang orang berwajah sinis memandangku risih
"Inikah negerimu?".
Negeriku, hutan habis dimakan; laut kikis diminum.
Orang orang membawa pedang; sibuk berperang
"Inikah negerimu?".
Gunung ditata didepan jendela.
Negeriku, perut bumi dikuras negara seberang.
Negerimu, pintu rumah sakit tersenyum ramah.
Negeriku, sakit begitu mahal.
Negerimu rapi tak bersampah.
Negeriku, kotoran dibudidayakan.
Duh, negerimu penuh orangorang yang pandai menjaga hati.
Negeriku, sesak oleh hati yang hoby korupsi.
"Inikah negerimu?".
Orangorang gemar bertandang ke rumah Tuhan.
Negeriku, Tuhan setelah makan.
Negerimu, anakanak riang belajar.
Negeriku, anakku tak punya buku dan seragam.
"Wah, negerimu..."
"Duh, negeriku..."
T'lah tiba aku di pulaumu.
Tempat dimana kau gemar deringkan lonceng kota yang gemerincingnya luka
memamah sisa sisa harapan yang mungkin kan terjaga
katamu, ini hanya negeri mimpi.
Tempat terakhir doa singgah
Semoga musim berubah.
Lombok Tengah-Sekotong, 23 Juni 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H