Mohon tunggu...
Tongato
Tongato Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik dan peneliti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Studi Tiru ke SMA Semesta School Semarang

15 Agustus 2024   13:13 Diperbarui: 15 Agustus 2024   13:19 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Studi Tiru ke SMA Semesta School Semarang

 Belajar bisa dimana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja. Meyakini akan hal demikian, maka SMA PKP Jakarta Islamic School menyambangi SMA Semesta School di Semarang pada Jumat (9/8/2024).

Hal ini karena berdasar informasi yang ada, Semesta School yang mengelola pendidikan TK, SD, SMP, dan SMA memiliki reputasi yang baik. Para siswanya berprestasi dalam berbagai ajang lomba, baik akademik maupun nonakademik, baik tingkat nasional maupun internasional.

Dalam pembelajarannya, Semesta School menerapkan kurikulum nasional dan kurikulum Cambrige dengan berfokus pada mata pelajaran sains (biologi, fisika, kimia), matematika, dan bahasa Inggris.

Semesta School juga mengajarkan cara pengembangan akademik, berpikir kritis, dan pemecahan masalah (problem solving).

Meski demikian, pembelajaran karakter juga menjadi perhatian utama. Kerja keras, kerjasama/kolaborasi, respek, dan kejujuran adalah diantara karakater yang dikembangkannya. Tujuannya agar siswa mampu menghadapi tantangan global menuju Indonesia Emas.

Studi Tiru (Dokpri) 
Studi Tiru (Dokpri) 

Selain itu, berdasarkan pengamatan Ketua II PKP Jakarta Islamic School, Dr. H. Taufik Yudi Mulyanto  M.Pd., yang turut hadir dan berkesempatan memberi sambutan, Semesta School telah mendapat kepercayaan masyarakat. Hal ini tentu ada value yang dapat menjadi pelajaran bagi pengembangan SMA PKP.

Kedatangan rombongan guru, tenaga kependidikan dengan tujuan melakukan studi tiru, terutama untuk lima hal, yakni pengelolaan laboratorium, mutu pendidikan, sarana-prasarana, digitalisasi, dan penanganan sampah.

Lalu pelajaran apa yang dapat dipetik dari studi tiru ini?

Paling tidak ada tujuh manfaat yang dapat dibawa pulang ke Jakarta.

Pertama, kegiatan one on one. Kegiatan ini merupakan dialog tatap muka guru dan siswa. Bukan untuk satu-dua siswa, atau siswa yang bermasalah. Kegiatan ini untuk semua siswa, meski tidak bermasalah. Guru mengajak seorang siswa berbicara tentang berbagai hal.

Dalam kesempatan ini guru dapat mengetahui jalan pikiran dan perasaan siswanya. Harapan dan cita-cita dan cara berargumen siswanya. Dengan mengetahuinya, guru akan memiliki modal dalam pembelajarannya.

Kedua, program visiting. Program ini didesain dengan cara guru mengunjungi rumah para siswanya. Program ini juga bukan untuk siswa bermasalah, tapi semua siswa mendapat kesempatan yang sama. Bertemu dengan orang tua dan siswa di rumahnya.

Tujuannya bukan saja mengenal lebih dekat profil orang tuanya, juga mempererat jalinan silaturahmi sekolah dan orang tua/wali.

Ketiga, bermanfaat bagi orang lain. Implementasi program ini menyasar masyarakat yang membutuhkan dalam berbagai kegiatan. Para siswa terlibat aktif dalam dalam kegiatannya. Ini tentu ada manfaat ganda yang didapat. Di samping adanya proses pembelajaran, melatih kepedulian, tetapi juga adanya manfaat langsung dirasakan masyarakat yang menerinya.

Keempat, pembelajaran Al-Qur'an dengan metode qiroati. Program ini untuk memastikan setiap siswa dapat membaca Al-Qur'an dengan benar. Meskipun Semesta School bukan sekolah Islam, namun pembelajaran Al-Qur'an menjadi perhatian utama. Bukan hanya itu, Semesta School juga berusaha menerapkan nilai-nilai Islam dalam setiap langkahnya.

Studi Tiru (Dokpri) 
Studi Tiru (Dokpri) 

Kelima, kaderisasi guru. Semesta School menyadari bahwa guru merupakan hal penting dalam keberlanjutan pengelolaan pendidikan. Untuk itu Semesta School melaksanakan rekruitmen calon guru sejak masih berkuliah. Mahasiswa yang berminat dan terseleksi untuk menjadi guru di Semesta School, mereka mendapat beasiswa. Setelah lulus kuliah, mereka menjadi guru di Semesta School yang tersebar di seluruh Indonesia.

Keenam, setelah kenaikan kelas, rombongan belajar diatur kembali. Artinya, siswa mendapat kesempatan untuk mendapat teman baru di kelas berikutnya. Yang tadinya bukan teman satu kelas, dengan cara ini menjadi teman kelasnya.

Program ini tentu akan melatih siswa beradaptasi dengan teman yang berasal dari rombongan belajar yang berbeda dari sebelumnya.

Ketujuh, adanya klub orang tua (parent club). Keberadaannya sangat penting untuk mempererat silaturahmi guru dan orang tua.

Ada beragam kegiatan, diantaranya sport, olahraga bersama; tea time & sharing, diskusi ringan sambil minum teh; tahsin & tafsir, belajar tahsin Al-Qur'an dan mendalami maknanya; trip, jalan-jalan bersama; dan webinar, menyimak ilmu dan pengetahuan dari berbagai pembicara nasional.

Jalinan orang tua dan guru yang solid terbukti melapangkan jalan bagi pemenuhan kepentingan dan keberhasilan siswa. Hal ini sebagaimana pernah disampaikan guru sekaligus penulis Dorothy H Cohen bahwa "No school can work well for children if parent and teachers do not act in partnership an behalf of the children's interests."

Demikian beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari hasil kunjungan studi tiru ke SMA Semesta di Semarang. Semuanya bagus, dan implementasinya tentu dengan skala prioritas dan berdasarkan kebutuhan. Kajian perlu dilakukan dan keputusan bersama menjadi hal yang mesti dilaluinya.**

Semoga bermanfaat.

Salam Kompasiana

Tongato

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun