Mohon tunggu...
Tongato
Tongato Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik dan peneliti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Haji, Kesombongan yang Membawa Sesat

7 Juni 2024   13:42 Diperbarui: 7 Juni 2024   13:55 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini cerita sudah lama. Tepatnya ketika berkesempatan naik haji tahun 2011 bersama ibu. Hampir semua tahapan haji berjalan dengan lancar. Baik tahapan haji ketika di tanah air maupun setibanya di kota Madinah dan Mekkah.

Hal yang tak diinginkan, yaitu tersesat, salah jalan ketika di Mina, saat lempar jumrah di hari pertama. Tersesatnya bukan sendiri, melainkan satu rombongan, sekitar lebih dari empat ratus orang.

Menjelang isya 10 Dzulhijah rombongan berangkat dari Padang Arafah menuju Mina, tepatnya Mina Baru (Mina Jadid). Saya berangkat dengan ibu membawa kursi roda. Sesekali ibu berjalan, sesekali naik kursi roda mengingat perjalanan yang cukup jauh. Setelah mengambil batu kerikil secukupnya untuk lempar jumrah, rombongan jamaah melakukan mabit, berdiam diri di Muzdalifah pada dini hari.

Ibu Saat Berhaji (Dokpri)
Ibu Saat Berhaji (Dokpri)

Informasinya sesuai jadwal, rombongan akan melakukan lempar jumrah hari pertama  bakda asar. Namun, ada usulan dari jamaah, agar langsung berangkat lempar jumrah menjelang subuh. Tanpa perdebatan dan adanya rasa percaya diri yang tinggi (sombong?), rombongan berangkat di subuh itu. Hal ini karena pimpinan rombongan sudah mengenal jalur yang harus dilaluinya, baik jalur pemberangkatan ke tempat lempar jumrah maupun jalur pulang ke tenda di Mina Jadid.

Tanpa pemandu jalan seperti rombongan lainnya yang menggunakan jasa, ---"barangkali pemuda setempat" --- dengan atribut bendera dan papan tulisan rombongan, kami serombongan berangkat dengan penuh semangat. Sebagai penanda, digunakanlah bendera "seadanya", tanpa papan nama yang memadai.

Perjalanan berangkat ke tempat lempar jumrah lancar. Melenggang melalui deretan tenda-tenada dan toko-toko sepanjang jalan yang masih tutup. Sebagai catatan, tenda di Mina hampir sama semua, baik bentuk maupun warnanya yang putih. Sempat salat subuh di perjalanan sebelum sampai tujuan lempar jumrah (Jamarat). Menjelang tempat lempar jumrah, jamaah dari berbagai penjuru jalan berdatangan. Bertemu di perempatan dan pertigaan jalan. Jalanan semakin lama semakin padat.

Sesampainya di tempat lempar jumrah, alhamdulillah rombongan bisa lempar jumrah dengan baik. Saya dan ibu juga sempat melempar jumrah dengan aman dan tenang. Situasinya masih belum banyak pelempar sehingga bisa lempar jumrah di  Jumrah Ula, Jumrah Wustha, Jumrah Aqabah dengan lancar sebanyak masing-masing 7 kali.

Tenda-Tenda Haji di Mina (Dokpri)
Tenda-Tenda Haji di Mina (Dokpri)

Hari sudah mulai terang. Matahari sudah mulai bersinar, dan siang pun beranjak.

Nah, setelah lempar jumrah itulah rombongan terpecah-pecah, saat mau kembali ke tenda penginapan di Mina Jadid. Ada yang melalui jalur yang tepat, dan ada yang balik mengikuti jalur berangkat tadi. Dengan percaya diri, khususnya yang tersesat ini kembali ke tenda dengan jalur berangkat yang telah dilaluinya saat berangkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun