Guru merupakan profesi intelektual. Artinya, orang yang berkiprah bukan saja berkenaan dengan ilmu pengetahuan, tapi juga dengan hal yang menyangkut keterampilan dan sikap. Ketiga hal inilah yang mestinya berkembang dalam diri peserta didik agar tumbuh dewasa dan matang sehingga mampu melanjutkan estafeta kelangsungan peradaban manusia. Dan kehadiran guru memastikan semuanya tumbuh dan berkembang sesuai potensi kecerdasan yang dimilikinya.
Amat disayangkan bahwa sebagian orang yang menjalankan profesi keguruan tidak secara kaffah, menyeluruh dalam perjalanannya. Mereka hanya bisa mendidik dan mengajar tanpa bisa terus mengembangkan potensi diri yang dimilikinya. Kesehariannya terjebak pada kegiatan yang sifatnya rutinitas. Padahal segala yang rutin sering tanpa keterlibatan pengetahuan dan sikap secara intensif.
Inilah tipe guru yang hanya mendidik dan mengajar secara mekanik, bahkan ada yang sampai batas teknis. Kita sebut saja guru mekanis atau teknis. Tipe guru ini amat mungkin digantikan oleh robot cerdas (artificial intellengence). Ia bisa menjalankan sesuatu yang rutin secara berkesinambungan. Inilah yang kita sebut sebagai guru tipe pertama.
Tipe guru kedua, yaitu guru yang selalu mampu menginspirasi para siswanya. Guru tipe ini bukan saja mampu membuat para siswa berkata "oh gitu", tapi juga mampu memberi impresi dalam setiap pembelajaran. Berbagai metode, teknik dan strategi pembelajaran dikuasainya dengan sama sangat baiknya.
Tipe guru ketiga, yaitu guru penggerak, guru yang mampu menggerakkan para siswanya. Guru yang mampu sampai tipe ini dapat dipastikan memiliki ciri dan mampu menggerakkan para muridnya. Bahkan yang lebih luas menggerakkan sekolah dan lingkungan komunitasnya. Ia seakan memiliki ruh. Ia antusias menggerakkan para muridnya untuk bertindak.
Bila ia guru sains, ia mampu membuat penelitian dan menuliskannya; bila ia guru bahasa, ia bisa menulis puisi, cerita pendek, atau lebih hebat lagi membuat novel. Dan bila ia guru seni, ia bisa membuat karya seni yang bisa dinikmati bersama.
Bila kita sebagai guru baru bisa menjadi tipe guru pertama atau kedua, tidak masalah. Yang terpenting ada kemauan untuk belajar dan memperbaiki diri secara terus menerus. Optimisme menjadi napas hidupnya untuk terus menjadi yang terbaik.**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H