Mohon tunggu...
Tongato
Tongato Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik dan peneliti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seikatsu Kaizen

12 Juni 2020   19:34 Diperbarui: 12 Juni 2020   19:32 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


REKAYASA BUDAYA, MENUJU MASYARAKAT MAJU

Beberapa waktu lalu, Indonesia telah dikeluarkan sebagai negara sedang berkembang dan masuk menjadi golongan negara maju bersama beberapa negara lain. Adalah Amerika Serikat yang menyatakan hal tersebut.

Terjadi pro-kontra mengenai hal tersebut di masyarakat. Bagi yang setuju, tentu menerbitkan kebanggaan digolongkan sebagai negara maju. Di pihak lain, mamasukkan Indonesia menjadi negara maju merupakan sesuatu yang ironis. Pasalnya indikator menjadi negara maju tak banyak yang tampak dalam kenyataan di lapangan.

Tengok saja kebiasaan masyarakat kita yang masih jauh dari sikap hidup disiplin, buang sampah pada tempatnya, dan rajin menabung sebagai indikator negara maju. Itu baru menyebutkan beberapa hal. Belum menyebutkan sektor ekonomi, industri  dan perdagangan yang merupakan indikator penting lainnya.

Tentu kita tak perlu berkepanjangan berpolemik. Langkah bijak adalah bagaimana usaha kita membangun negeri tercinta ini menjadi negara maju secara riil. Dalam hal ini  tampaknya, kita bisa belajar dari buku Seikatsu Kaizen, Reformasi Pola Hidup Jepang, Panduan Menjadi Masyarakat Unggul dan Modern yang ditulis Susy Ong, dosen Universitas Indonesia yang telah banyak menekuni sejarah reformasi sosial di Jepang.

Jepang menjadi negara maju seperti sekarang ini bukanlah takdir yang jatuh dari langit. Bukan pula budaya tradisional mereka yang tanpa upaya reformasi. Termasuk juga upaya rekayasa pola hidup masyarakatnya.

Disebutkan bahwa sejarah perjalanan Jepang selama lebih 150 tahun terakhir membuktikan bahwa Jepang mengambil langkah pertama yakni modernisasi dengan membuang budaya tradisional yang menghambat masyarakatnya menjadi unggul dan modern. Langkah yang ditempuh adalah mengerahkan semua sumber daya nasional, termasuk merekayasa tradisi untuk kejayaan negara.

Selain itu, sejarah juga membuktikan, bangsa Jepang sangat terbuka dan antusias dalam menyerap budaya luar, khususnya budaya barat yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan hidup rakyat dan kejayaan bangsanya. Keterbukaan inilah yang terbukti membawa Jepang mencapai kemajuan dalam waktu relatif cepat, meski sempat luluh lantak akibat bom atom yang menandai kekalahan Jepang dalam Perang Dunia kedua.

Sementara itu, para cerdik pandai bersama pejabat negara juga melakukan rekayasa pola hidup modern masyarakat Jepang secara intensif sejak 1910 hingga 1970-an. Pola hidup sederhana, rajin, disiplin, hemat, tulus, rendah hati, tidak bicara jika tidak perlu, menjaga kebersihan dan bertindak moderat merupakan diantara tiga belas prinsip yang diajarkan dan ditanamkan sejak anak-anak masuk sekolah dasar. Kampaye pola hidup tersebut digencarkan melalui berbagai cara dan media.

Upaya mengajarkan dan menanamkan pola hidup unggul dan modern tersebut, meskipun berlangsung lama, namun berhasil karena bersifat konkret. Undang-undang dibuat, kampanye dan slogan digencarkan, seluruh komponen bangsa dilibatkan dan  diberdayakan. Di sisi lain, petunjuk konkret tentang apa saja yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan bekerja disosialisasikan dan dibiasakan. Hasilnya, pola hidup unggul dan modern menjadi kebiasaan dan akhirnya melekat menjadi budaya masyarakat.

Bagi kita bangsa Indonesia, tentu menjadi hal yang kita impikan untuk menjadi negara maju. Negara yang menjamin kelimpahan dan kesejahteraan rakyatnya. Warganya hidup dalam keteraturan dan kenyamanan. Terpenuhinya sandang yang layak, pangan yang bergizi, dan papan dengan sanitasi dan ventilasi yang baik.

Dalam buku ini, penulis buku Susy Ong merekomendasikan tiga hal bagi kita, bangsa Indonesia dalam membangun sumber daya manusia ke depan agar menjadi bangsa dan negara yang maju dalam pengertian yang sebenarnya.

Ketiga hal tersebut, pertama, pengalaman Jepang membuktikan bahwa metode-metode untuk mewujudkan menjadi negara maju dan masyarakat modern, bukanlah milik bangsa atau kelompok tertentu, melainkan milik semua, universa.  Artinya, bangsa atau kelompok apa pun, jika memiliki keinginan, mau belajar dari modernisasi bangsa dan kelompok lain, dan memiliki tekad serta mau merealisasikannya, dapat dipastikan dapat mewujudkan dirinya menjadi negara maju.

Kedua, sikap bangsa Jepang dalam memandang korelasi antara kesulitan hidup dengan kemerosotan moral. Bangsa Jepang memandang bahwa kesulitan hidup menyebabkan kemerosotan moral. Oleh karena itu, untuk memperbaiki moral, maka harus dimulai dengan langkah-langkah konkret dalam memperbaiki kesejahteraan hidup rakyat.

Ketiga, pentingnya partisipasi dan peran masyarakat kelas menengah, termasuk para tokoh agama, sebagai agen perubahan dalam mewujudkan modernisasi. Para kelas menengah dan tokoh agama menerjemahkan gagasan modernisasi dengan bahasa yang dapat dipahami masyarakat awam dan menyosialisarikannya ke seluruh daerah dan seluruh lapisan masyarakat. Jepang meyakini bahwa modernisasi dan kemajuan bangsa dan negara hanya dapat tercapai manakala masyarakat secara merata menyerap dan menerapkan pola hidup modern.

Harus disampaikan bahwa buku ini sangat menarik dan layak dibaca para pengambil kebijakan, baik di pusat maupun di daerah. Bahasanya mengalir dan mudah dipahami, meskipun ada beberapa tema yang diulang-ulang dalam beberapa bagian. Pengulangan itu barangkali sebagai upaya penekanan akan pentingnya tema bersangkutan.

Akhirnya, setelah tuntas membaca buku ini, muncul optimisme bahwa kita sebagai bangsa Indonesia mamiliki modal melimpah untuk menjadi bangsa dan negara maju. Tinggal perlu tekad dan usaha untuk merealisasikannya.***

Judul: Seikatsu Kaizen, Reformasi Pola Hidup Jepang,
Panduan Menjadi Masyarakat Unggul dan Modern
Penulis: Susy Ong
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2019
Tebal : xi + 255
ISBN: 978-623-00-0273-1
Digital: 978-623-00-0274-8

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun