Mohon tunggu...
Tongato
Tongato Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik dan peneliti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antara Murid dan Peserta Didik

2 Juni 2014   15:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:49 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kata murid, umumnya dipakai untuk anak yang belajar di tingkat pendidikan dasar dan menengah.Lebih sering kita melekatkannya untuk anak sekolah dasar, murid SD. Sedang sebutan siswa untuk anak sekolah menengah pertama, siswa SMP atau menengah atas/kejuruan, siswa SMA/SMK. Kita tidak pernah mendengar sebutan murid atau siswa disandang para penuntut ilmu di perguruan tinggi. Yang ini kita menyebutnya, mahasiswa. Kita tidak tahu dengan pasti mengapa terjadi demikian. Barangkali ahli bahasa bisa menjelaskan persoalan ini.

Lebih dari satu dekade melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), kita diperkenalkan oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) saat itu, kata baru untuk menyebut mereka yang belajar di pendidikan dasar dan menengah dengan sebutan peserta didik. Istilah ini menguat kembali beberapa tahun lalu dengan penegasan pemakaiannya dalam masa Penerimaan Siswa Baru (PSB) diubah menjadi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dan Masa Orientasi Siswa (MOS) diubah menjadi Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB). Sebagai pendidik saya terkaget-kaget dengan sebutan baru ini. Mengapa demikian?

Jelas, dalam hal kegiatan pembelajaran, guru bertindak sebagai fasilitator, tidak lagi mendominasi proses kegiatan belajar mengajar sebagaimana sosok guru tempo dulu. Guru kini harus bisa menciptakan suasana agar proses pembelajaran berjalan kondusif, dalam pengertian menyenangkan dan bermakna, sehingga potensi murid bisa berkembang. Murid sebagai subjek pendidikan, bukan objek pendidikan. Dengan sebutan sebagai peserta didik, dengan jelas menyuratkan makna sebagai peserta, bukan pelaku utama pembelajaran. Tak aneh bila para guru kita sebagian masih dominan dalam kegiatan pembelajaran. Ini yang membuat saya terkaget-kaget.

Sebagai guru yang sudah menjalani profesi hampir 20 tahun, saya merasa sreg dengan sebutan murid. Kata murid berasal dari kata bahasa Arab, yang berarti orang yang berkehendak. Berkehendak apa? Berkehendak untuk mengembangkan potensi dirinya. Sebagai pembelajar tentu harus ada kehendak untuk  maju. Dan kemajuan, kita yakini bisa bermula dari kehendak yang kuat tentunya. Kehendak ini harus tumbuh dalam diri pembelajar. Dan, guru menyediakan atmosfir untuk berkembangnya kehendak ini.

Tentu kita tidak meratapi keadaan ini. Apapun sebutan mereka, apakah murid, siswa, ataupun peserta didik, sebagai guru tetaplah harus fokus pada pembelajaran yang maksimal untuk menumbuhkan kehendak murid untuk terus mengali potensi pengembangan dirinya. Pengembangan diri agar potensi ataupun kehendak yang ada dalam diri mereka bisa terus berkembang dan mereka bisa menemukan jati dirinya sendiri sehingga mampu berpikir, bertindak dan berperilaku sebagai manusia yang utuh. Cerdas dalam berpikir, berakhlak dalam tindak tanduk dan menjunjung budaya bangsa sendiri.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun