[caption caption="liputan6.com"][/caption]
Pemberitaan mengenai gonjang ganjing politik akhir-akhir ini masih terus menghiasi media, baik media elektronik maupun media cetak. Hal ini tidak terlepas dari semakin dekatnya Pilkada tahun 2017 yang banyak diramaikan dari calon perseorangan (calon independen). Sebut saja di DKI Jakarta ada Ahok, di Kota Yogya ada Garin Nugroho dan di beberapa daerah lainnya. Belum lagi ada beberapa isu yang selalu hangat dieritakan belakangan ini di Ibukota seperti kasus sumber waras, masalah reklamasi dan juga masalah relokasi warga yang akan dipindahkan ke rumah susun (rusun).
Dan tak juga ketinggalan mengenai kasus “panama papers” dan buruknya moral beberapa oknum penegak hukum yang belakangan ini tertangkap tangan oleh KPK. Dari sekian banyak isu-isu tersebut diatas, satu hal yang terbersik dalam pikiran saya.
Siapa sih yang paling diuntungkan dalam pemberitaan itu? Apakah rakyat kecil? Politisi? Pengusaha ? atau siapa ? Mereka itu pernah berpikir ga sih akan masyarakat kecil yang hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari pun harus pontang panting untuk mencari nafkah. Memang sekali-kali pajabat-pejabat itu harusnya kita paksa naik kereta ekonomi agar mereka paham bagaimana rasanya jadi masyarakat. Tidak selalu melulu dilayani dengan fasilitas VVIP, tetapi seharusnyalah mereka memiliki “sense of belonging” yang baik terhadap rakyatnya.
Trip Kereta Ekonomi
Kali ini saya tidak membahas mengenai isu-isu politik diatas lebih jauh. Saya hanya ingin berbagi mengenai perjalanan yang saya tempuh dari stasiun senen menuju semarang tawang dengan menggunakan kereta api ekonomi brantas dengan jadwal keberangkatan di sore hari. Nikmatnya naik kereta adalah suasananya yang tenang, nyaman, bebas dari macet dan yang paling penting adalah penumpang dikereta ekonomi ramah-ramah.
Bagi yang sering bepergian menggunakan kereta api ekonomi tidaklah asing jika ada diantara sesama penumpang bertukar tempat duduk. Ini biasa terjadi, karena bisa saja ada satu keluarga yang sewaktu pesan tiket tempat duduknya terpisah. Jadi agar mereka dapat satu tempat duduk, biasanya terjadilah tukar menukar tempat duduk untuk kenyamanan bersama dan jangan kaget jika menemui yang seperti itu. Karena di kereta api ekonomi biasanya toleransi dan solidaritas sesama penumpang sangat baik.
Suasana Perjalanan
Waktu perjalanan yang jauh tidak begitu terasa, karena bisa bercanda gurau dengan sesama penumpang walaupun baru kenal dan itu terjadi spontan saja. Sebab, dikereta ekonomi biasanya penumpang tidak individualis, melainkan berusaha saling mengenal dan berkomunikasi satu dengan yang lain. Dalam menjalin keakraban dan komunikasi inilah akan mulai terasa kekeluargaan dan juga akan saling berbagi pengalaman temasuk berbagi stok makanan yang dibawa selama dalam perjalanan. He..he…he.
Bagi yang tidak membawa stok makanan tidak perlu khawatir, karena dikereta banyak makanan dan minuman yang dijual oleh pramuniaga kereta yang siap menjual untuk penumpang dengan harga yang relative terjangkau. Toilet lumayan bersih, dilengkapi dengan wastafel, sabun cuci tangan, tisu dan airnya lancar. Bagi wanita dan laki-laki single tidak perlu khawatir akan kesepian selama naik kereta, karena banyak kehagatan disana ha…ha .. maksudnya banyak mahasiswa/I yang bisa berbagi cerita selama dalam perjalanan, yang penting jangan jaim dan belagu. He..he
Beragam Profesi
Sekedar tau saja, biasanya penumpang kereta ekonomi sangat beragam, mulai dari tukang jualan pecel ayam, tukang mie ayam, buruh, mahasiswa dan masyarakat lainnya tapi saya belum pernah ketemu pejabat, hehe. Mungkin ada yang bertanya mengapa naik kereta ekonomi? Memang selain harga tiket murah yang berkisaran sekitar Rp 100.000 sudah bisa sampai tujuan. Jarak yang paling paling jauh mungkin dari Jakarta adalah Malang Jawa Timur, ditempuh sekitar 16-17 jam perjalanan. Selain itu, suasana yang saya ceritakan diatas jarang kita temui saat naik kereta bisnis atau eksekutif apalagi naik bus transjakarta. Biasanya yang naik kereta bisnis kan orang-orang kaya, bukan seperti saya ini he..he..
Berguna Bagi Orang Lain
Sebagai umat manusia ciptaan Tuhan, sepatutnyalah kita saling menghargai, membangun tali persaudaraan dan saling berbagi dengan siapa saja seperti para penumpang kereta ekonomi tadi. Sewaktu saya mengikuti pelatihan dosen di UNAIR Surabaya, salah satu pesan dari Profesor kami saat itu adalah “sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”. Bagi generasi muda mari berbuat lebih banyak untuk masyarakat dan Indonesia yang lebih maju. Karena bersama kita pasti bisa! God Bless u All
Salam
Tongam sinambela
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H