Ya memang tidak sederhana. Maka sebenarnya, memang tidak sembarang memaknai hasil laboratorium. Apalagi latah menyebut hasil palsu atau tes nya error.Â
"False result" lain adalah salah guna. Wujudnya bisa dua kondisi. Menggunakan pada waktu yang salah, atau menggunakan secara salah. Dalam hal Covid misalnya, orang tanpa gejala, menjalani tes antibodi. Hasilnya non reaktif. Ini bisa dua kemungkinan. Memang belum pernah terinfeksi atau terinfeksi tapi baru saja dapat infeksinya. Makanya non reaktif. Artinya, itu bukan karena hasil palsu.
Itu kenapa sensitivitas tes antibodi covid memang rendah di pekan pertama infeksi. Baru meningkat di pekan kedua dan makin sensitif pada pekan ketiga setelah infeksi.
Atau ada yang bisa dengan darah kapiler (hanya ditusuk di ujung jari), ada yang harus serum (darah diambil dengan jarum suntik lebih dulu). Kalau tidak sesuai, maka dapat terjadi hasilnya non reaktif. Ini juga bukan false result, ya memang salah penggunannya.
Sebaiknya hati-hati menyebut dan menganalisis hasil "false result" agar tidak menimbulkan salah paham.
Mangga.
TDA 18/6/2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI