“Kata” dalam dalam semantik adalah suatu anak kalimat berupa huruf yang dirangkai membentu suatu makna/arti dalam himpunannya itu. Kata-kata hanyalah sebuah pra-teks tetapi aspek simpatilah yang dapat menarik hati orang lain walaupun tanpa kata-kata.
Kata-kata hanyalah bayangan dari kenyataan. Kata-kata merupakan cabang dari khayalan dan kenyataan. Apabila bayangan saja dapat menawan hati, betapa mempesonanya kekuatan kenyataan yang ada dibalik bayangan itu.
Kata-kata diperuntukan hanya bagi mereka yang memerlukannya untuk sampai pada makna pemahaman. Kata-kata tak berarti bagi yang mampu memahaminya. Dunia serta seluruh isinya juga bagi surga dan neraka adalah bentuk kata-kata yang mampu memahaminya karena hanya dijadikan dengan ucapan “KUN”, maka jadilah sesuai dengan bentuknya.
Ratusan..., ribuan..., bahkan jutaan..!! kata-kata yang diucapkan walaupun dari seorang nabi akan tetapi bila unsur simpati yang tidak dimiliki oleh empunya (penerima) kata-kata kepada orang lain maka tak akan bermakna kata-kata yang diucapkan. Unsur simpatilah yang dapat mengguncangkan dan menggelisahkan seseorang. Simpati yang dipancarkan tidak dapat diindera oleh seseorang.
Kata-kata hanya bagi mereka yang memerlukannya untuk sampai pada maknanya, apalah perlunya sebuah teriakan bagi seseorang yang mampu mendengar bisikan.? Kata tanpa pesona bagi penerima tak berguna walau sejuta.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H