Mohon tunggu...
Niki Tomi
Niki Tomi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

kuliner's - true story

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Polemik Jakarta Monorail

6 Juni 2014   22:08 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:58 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prasmanan makan siang - doc pribadi

Walaupun awalnya saya hampir putus asa bakal gak dapat undangan acara "kompasiana nangkring" gegara susah dan gagal meluluk upload id card saat mau verifikasi akun, tapi toh saya terus berusaha dan akhirnya mendapat undangannya via email. Dan inilah, pertama kali saya ikut acara "kompasiana nangkring" edisi ke…. (keberapa ya?) dengan tema yang menggemaskan warga Jakarta, tema yang membuat warga Jakarta seperti di-php-in selama bertahun-tahun, tema yang sering dikait-kaitkan dengan "proyek yang dipolitisasi", dan yang jelas adalah tema tentang "proyek infrastruktur Jakarta" yang seharusnya sudah bisa mengurai kemacetan Jakarta dari dulu dan sudah bisa menjadi lifestyle warga jakarta dalam hal moda transportasi massal, apalagi temanya kalau bukan tentang “Monorail Jakarta: Persoalan Infrastruktur atau Politik?”. Karena tema yang sangat menarik dikritisi ini saya sampai browsing dulu, mempelajari secara detail tentang seluk-beluk proyek monorail jakarta dan menyiapkan satu pertanyaan kritis untuk saya ajukan saat acara nanti. Sampai pukul satu pagi, akhirnya saya mendapatkan satu pertanyaan yang cukup oke menurut saya tapi belum tentu oke menurut susilo bambang yudhoyono, apalagi kalau menurut ngana? (???). Yang pasti saya sudah siap dengan pertanyaan diacara nanti. Pagi pukul 8 saya berangkat dari pamulang tangerang selatan sampai di Kuningan City pukul 9 lebih tiga puluh menitan. Di TKP yang registrasi sudah lumayan banyak, dan beberapa narasumber juga sudah datang, seperti: Pengamat politik Bapak Prof Tjipta Lesmana, Pemerhati transportasi Bapak darmaningtyas, perwakilan dari bappenas Bapak Lukas Hutagalung, dan Dirut PT. Jakarta Monorail (JM) Jhon Aryananda. Kompasianer yang datang pun banyak, sedikitnya 100 kompasianer sudah duduk manis dan sudah tidak sabar ingin menyimak celoteh-celoteh narasumber tentang jakarta monorail, dan kerennya kompasiana nangkring kali ini banyak juga dihadiri oleh awak media, mungkin karena temanya fundamental kali ya.. (halah bahasamu tom). Karena acara sedikit agak molor, pembukaan kompasiana nagkring dibuka dengan bagi-bagi bingkisan dari kompasiana dan voucher dari Outback steakhouse, biar lebih semangat dan rasa ngantuknya hilang. Dan kemudian seperti biasa, bang Pepih Nugraha dari kompasiana  memberi sambutan, pertanda acara resmi dibuka.

[caption id="" align="aligncenter" width="486" caption="Bang Pepih Nugraha (Kompasiana) - doc pribadi"][/caption] Jhon Aryanda mengawali obrolan dengan menjelaskan apa itu monorail, yakni sebuah moda transprotasi massal yang cocok untuk kawasan metropolitasn seperti jakarta, dari segi efisien lahan, bebas banjir, kuota angkut perhari up to 600.000 penumpang sampai ketepatan waktu dari depo ke depo, serta menjabarkan progress jakarta monorail sampai saat ini.

Sedangkan obrolan mulai panas dan kritis ketika pak jhon sendiri mulai mengkritisi ‘niat baik’ PT. Jakarta Monorail (PT. JM) yang seakan-akan proyek bertahun-tahun ini dipolitisasi, mulai dari revisi PKS (Perjanjian Kerja Sama) sampai pernyataan-pernyataan bapak Wagub DKI Ahok yang sering kali memojokkan PT. Jakarta Monorail  dan kurang pas jika dihadapan media pemberitaan, hal ini membuat gusar pihak PT. JM. Memang, ini adalah bentuk kehati-hatian Pemrov agar monorail segera dibangun dijakarta tapi tidak seharusnya begini… (begini gimana? Ya begini, jadi terkatung-kutang, molor lagi..molor lagi..) Ditambahkan pernyataan Bapak Tjipta, melanjutkan pernyataan Bapak Jhon, hal pertama yang harus dipertanyaan adalah “jakarta butuh monorail gak sih?”. Menurutnya seharusnya jakarta membutuhkan monorail, karena jakarta terlampau macet yang kebangetan. Pak Tjipta juga mengkritisi birokrasi kita, kenapa proyek monorail ini bisa terkatung-katung bertahun-tahun? karena menurutnya birokrasi Indonesia punya 2 ciri khas, kebanyakan bacot dan korupsi. Beliau juga menyarankan bahwa pemerintah pusat, pemprov dan swasta duduk bersama untuk segera mengambil jalan yang terbaik untuk mengurai kemacetan di jakarta, sebab jakarta adalah ibu kota Negara. Sedangkan dari Bapak Dharmaningtyas lebih berbicara mengenai teknis transportasi monorail, beliau menilai bahwa jalur monorail hanya “jalur makan siang” bukan jalur yang menghubungkan dari tempat daerah penyangga jakarta yang notabene mereka bekerja di pusat jakarta. Tapi hal ini dapat diselesaikan dengan cara menghubungkan atau meng-integrasi-kan depo monorail dengan angkutan massal lainya seperti MRT, KRL dan Bus way, bela Pak Jhon.

Bapak Lukas sendiri menyoroti ‘akad’ monorail antara PT. JM dengan Pemrov DKI lebih mirip dengan akad nikah, mereka berdua sedang menjajaki satu sama lain, mencari trust agar pernikahan mereka menghasilkan kemaslahatan dan kemanfaatan bersama, karena menikah tanpa kepercayaan sama aja bohong. Tapi sayangnya pencarian trust nya terlampau lama, bertahun-tahun. Satu hal yang jadi saya tahu, setelah diklarifikasi oleh Pak Jhon, bahwa proyek jakarta monorail ini tidak pernah yang namanya diberhentikan selama pemerintahan Pak Fauzi Bowo tapi istilahnya apa gitu, saya lupa, dan saya Cuma bilang, oh begitu… Ditengah obrolan seru ini rupanya Kompasiana Nangkring juga disiarkan secara live disalah satu radio ternama dijakarta, Motion FM.

Perbincangan semakin serius ketika masuk ke sesi Tanya jawab, saya akui kompasianer ini kritis-kritis semua. Alhasil satu pertanyaan yang sudah saya siapkan terpaksa saya urungkan, karena sudah terjawab ketika salah satu kompasianer menanyakan progress dan usaha PT. JM untuk meyakinkan pemprov bahwa mereka mampu membangun monorail dijakarta. Bahwa PT. JM sudah maksimal meyakinkan pemprov hanya saja memang PT. JM harus professional dalam mengerjakan proyek ini, yakni step by step, bahwa step PT. JM sekarang masih di nomor 3. Step pertama jakarta butuh monorail gak? Step kedua dengan siapa akan bekerja sama? Dan step ketiga sedang proses memenuhi syarat-syarat, ijin dan sudah siap untuk meng-eksekusi. Di kompasiana nagkring ini, pernyataan para narasumber sangat kritis semua dan mempunyai harapan besar agar monorail benar-benar terealisasi dijakarta. Tidak semua pernyataan narasumber saya tulis dalam postingan ini, tapi ada beberapa pernyataan Pak Lukas yang menarik menurut saya, yakni:

Lukas Hutagalung khawatir, jika proyek yang tak kunjung dibangun ini gagal lagi, dikhawatirkan akan menjadi sentimen negative investor-investor luar negri, karena mereka menilai birokrasi Indonesia sangat rumit. Dan satu lagi yang harus digaris bawahi, semakin lama proyek jakarta monorail molor maka biayanya akan membengkak 2 kali lipat, tahun 2004 proyek ini kurang lebih hanya 4.5 T sedangkan sekarang kurang lebih antara 8-10 T. maka seharusnya pembangunan monorail ini harus segera dipercepat karena lebih cepat lebih menguntungkan.

[caption id="" align="aligncenter" width="520" caption="Prasmanan makan siang - doc pribadi"]

Prasmanan makan siang - doc pribadi
Prasmanan makan siang - doc pribadi
[/caption] Kurang lebih pukul setengah satu perbincangan serius disudahi, karena acara selanjutnya yang sudah ditunggu-tunggu akan segera dibuka, apalagi kalau bukan MAKAN SIANG. Bagi saya ini penting, karena sehabis menyimak perbincangan serius tentu sangat menguras tenaga, pikiran dan isi perut. Dan bagi mahasiswa seperti saya ini menu makanannya sangat gizi-able, cocok tenan. Hehe. [caption id="" align="aligncenter" width="519" caption="Nadya Fatira - doc pribadi"]
[/caption]

Sambil makan siang, kompasianer juga ditemani alunan musik kece yang dibawakan oleh suara emasnya Nadya Fatira. Doi kliatan cantik natural dan senyumnya manis, sampai es teh yang saya minum terasa pahit, terasa pahit kalau minumnya gak sambil lihat nadya fatira. aish, sadapp. Di penghujung acara, mas-mas pembawa acaranya (saya lupa namanya, tapi mukanya agak ke-arab-arab-an) bagi-bagi Doorprize dan mengumumkan pemenang live tweet. Bagi saya saat itu adalah hari yang sangat serius dan membuat saya jadi lebih banyak tahu tentang polemic sesungguhnya jakarta monorail. Saya orangnya tidak pesimis tapi kalaupun monorail dijakarta gagal dibangun saya tidak akan menyalahkan pemprov maupun PT. JM, tapi kalau boleh jujur dan dari hati yang paling dalem, saya Cuma pesan ke Pemerintah Pusat, tolong bantuin pemrov DKI dan jangan buat kebijakan-kebijakan yang justru membuat jakarta lebih macet, perihal mobil murah misalnya. Dan untuk pemprov dan PT. JM, jangan php-in warga jakarta lagi, segera bangun monorail jakarta!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun