Hiruk pikuk perhelatan pilpres semakin memanas dan brutal. Seperti yang kita sering dengar di media elektronik dan kita baca di media sosial, perang syaraf kata-kata begitu vulgar dipertontonkan oleh kedua belah pihak. Berbagai tema  mereka lontarkan kepada masyarakat semakin menambah panasnya pertarungan pilpres kali ini.
Berbagai tema diangkat oleh kedua belah pihak misalnya isu Pancasila Vs Khilafah, perang total VS perang Badar, PKI Vs Pancasila, akal dungu Vs akal sehat, suara penguasa Vs suara rakyat, kebatilan Vs Kebenaran tercetus dan menyebar dengan sangat cepat.
Di samping itu, berbagai Lembaga Survei merilis hasil surveinya yang sangat beragam. Salah satunya adalah Litbang  Kompas yang belum lama merilis hasil surveinya. Kedua kubu sangat terkejut dengan hasil yang dirilis oleh Litbang Kompas.Â
Survei  yang dilakukan pada tanggal 22 Februari 2019 -05 Maret 2019 yang menyatakan bahwa elektabilitas  Jokowi-Maaruf Amin berada pada angka 49,2 persen. Sedangkan pasangan Prabowo-Sandi sebesar  37,4 persen, sedangkan responden yang menyatakan rahasia sebesar  13,4 persen. Sungguh berita yang membuat kedua kubu berbeda dalam menanggapi hasil survei tersebut.Â
Karena Litbang Kompas secara sadar maupun tidak sadar diidentikan dengan pasangan 01. Sehingga sangat wajar jika hasil survei mengejutkan kedua belah kubu.
Elektabilitas Jokowi sebesar 49, 2 persen mengalami penurunan. Hal ini bisa kita bandingkan saat Litbang kompas melalukan survei pada bulan Oktober 2018, di mana elektabilitas Jokowi-Maaruf Amin sebesar 52,6 persen, sedangkan pasangan prabowo-Sandi sebesar  32, 7 persen dan menyatakan masih rahasia sebesar 14,7 persen. Â
Melihat trend elektabilitas yang menurun menjelang tanggal 17 April 2019 sangat mengkhawatirkan kubu 01 dan pihak istana. Kaena justru elektabiltas pasangan 02 mengalami peningkatan yang baik yaitu dari 32,7 persen menjadi 37,4 persen.
Melihat pengalaman di negeri Malaysia dan juga Pilkada DKI Jakarta, hasil survei yang dirilis oleh Litbang Kompas merupakan warning yang sangat keras bagi kubu 01. Menurut Penulis hasil survei ini sangat realitis, kita melihat dengan begitu vulgar.Â
Bagaimana di kubu 01, saat ini ada yang ditangkap oleh KPK, seperti kasus jual beli jabatan yang dilakukan oleh Ketua Umum salah satu partai politik pendukung 01 maupun Kasus Ketua Pemenangan di Jawa Tengah yang juga tertangkap KPK dengan skandal 8 M untuk serangan fajar.Â
Belum lagi kasus Luhut yang begitu vulgar memberi uang kepada salah satu pengurus ponpes untuk memenangkan kubu 01, serta pengakuan eks Kapolsek Pasirwangi Kabupaten Garut, AKP Sulman Aziz yang begitu gamblang dan terbuka melakukan konferensin pers sehingga meramaikan media sosial. Belum lagi saat kampanye terbuka  yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang dapat dijadikan salah satu indikator mempertegasa hasil survei litbang kompas tersebut.
Dari sedikit uraian di atas semakin mempersulit kubu pertahana, Kalau kita lihat kemenangan pilpres tahun 2014. Saat itu Jokowi-Kalla sebesar 53,15 persen sedangkan Prabowo-Hatta sebesar 46,85 persen. Artinya dengan hasil survei Litbang Kompas sebesar 49,2 persen, Jokowi sudah tamat. Karena dengan terjadinya penurunan dibawah 50 persen, menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat menganggap Jokowi gagal.